Devan Ganendra pergi dari rumah, karena iri dengan saudara kembarnya yang menikah dengan Dara. Karena dia juga menyukai Dara yang cantik.
Ia pergi jauh ke Jogja untuk sekedar menghilangkan penat di rumah budhe Watik.
Namun dalam perjalanan ia kecelakaan dan harus menikahi seorang wanita bernama Ceisya Lafatunnisa atau biasa dipanggil Nisa
Nisa seorang janda tanpa anak. Ia bercerai mati sebelum malam pertama.
Lika-liku kehidupan Devan di uji. Ia harus jadi kuli bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama Nisa.
Bagaimana penyelesaian hubungan keluarga dengan mantan suaminya yang telah meninggal?
Atau bagaimana Devan memperjuangkan Nisa?
Lalu apakah Devan menerima dengan ikhlas kehadiran Dara sebagai iparnya?
ikuti kisah Devan Ganendra
cusss...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balapan
Devan dan Nisa menikmati nasi goreng special daerah sini. Kata Devan rasanya beda banget sama yang di Jakarta. Bahkan ingin nambah katanya.
Tapi Nisa melarangnya, bukan masalah uang yang ia bawa. Tapi tidak baik jika kekenyangan nanti.
Apalagi Devan kan sukanya yang pedes begitu. Bisa sakit perut.
Nisa kemudian mengajak Devan menuju plaza, dimana disana banyak pasangan muda-mudi menghabiskan malam mingguannya.
Setelah sampai, seseorang mendatangi Devan.
"Motor cakep nih!, balapan yuk?" Katanya kepada Devan.
Devan yang tidak paham dengan maksud orang itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Engga bisa balapan mas!" Sahut Devan kemudian turun dari motor, setelah Nisa turun terlebih dahulu.
"ck!, masa punya motor sport kayak gini ga berani balapan!" ketusnya. "Banci Lo!" teriaknya.
"Hah!" Devan mengepalkan kedua telapak tangannya. Namun Nisa menggelengkan kepala.
"Ga usah di layanin!" ucapnya sambil berbisik di telinga Devan.
Nisa kan tingginya kurang sedikit lah kalau sama Devan. Jadi kalau mau bisik-bisik ke telinga Devan engga usah jinjit.
Devan kan 175 cm tingginya. Sementara Nisa 170 kurang sedikit lah. Kurangnya sih lima cm, alias 165.
"Berani gak!" tantangnya kepada Devan.
"Ayok!" sahut Devan kepada sang penantang.
Devan akhirnya naik ke motornya kembali.
"Mas!" Teriak Nisa kepada Devan.
"Udah!, tungguin saja disini." ucapnya kepada Nisa. "Ayok!" kini Devan menantang.
"Ahh!, kirain pengecut Lo!" teriaknya.
Kemudian salah satu pemuda berada di depan mereka berdua.
"Jalurnya ya!, ini sampai bambu runcing. Terus puter balik lewat kandang sapi. Lurus sampai Nolelo belok kanan tape ketan, terus belok kanan lagi arah sini!, paham!"
Breemm...!!!
Breemm...!!!
Keduanya saling memutar gas motornya. Suara bising terdengar di telinga. Memecah suasana plaza kota kecamatan tersebut.
"Satu...!!!"
"Dua...!!!"
"Ti...ga..!!!"
Motor Devan melesat bersamaan dengan lawannya.
Bahkan lawan Devan ingin berbuat curang. Namun Devan sepertinya memang ahli dalam bidang balapan kali ini.
Ketika putar arah, Devan lebih dahulu di depan. Membuat lawannya memutar gasnya secara penuh.
Keduanya saling berusaha menyalip. Namun Devan tidak memberi kesempatan.
Hingga putaran belok kanan, Devan kembali lebih dahulu. Hingga di jalanan lurus ke arah finish, Devan melajukan kendaraannya lebih cepat.
Semua sorak-sorai ketika Devan ternyata sampai lebih dulu. Selang beberapa detik, baru pemuda yang menantang Devan.
Ia turun kemudian marah marah ke arah Devan.
"Dia curang!"
Teman-temannya penantang itu mengelilingi Devan. Membuat Nisa marah melihat keadaan itu.
"Kalian apa-apaan sih!, kalah ya kalah!" Ketus Nisa.
Namun tanpa di duga, Devan langsung di pukul oleh salah satu pemuda yang mengerubunginya.
Beruntung pukulannya di tangkis Devan, kemudian memegang tangan sang pemukul.
Devan turun dari motornya, dan memelintir tangan pemuda itu.
Sialnya, kawan-kawannya berusaha memukul Devan. Hingga Devan pun menghindar. Kemudian Devan membalas dengan tendangan beruntun, membuat salah satu dari mereka jatuh.
Kini Devan di keroyok oleh lebih dari lima orang, mereka bersiap untuk memukul Devan.
Kalau lima orang mah kecil bagi Devan, hingga kemudian tendangan beruntun mengenai musuh-musuhnya.
Nisa yang melihat itu sejenak tertegun. Sebab Devan ternyata mempunyai ilmu bela diri yang cukup. dan sepertinya tanpa di bantu Nisa pun, Devan bisa mengalahkannya.
Bukan Nisa kalau tidak ikut campur akan perkelahian ini.
Sudah lama ia tidak berlatih dengan kemampuannya. Hingga kemudian membantu Devan melawan satu persatu.
Devan terkejut, karena Nisa juga jago beladiri. Bahkan membuat lawannya langsung tidak berkutik. Bahkan ada yang pingsan.
Sementara Devan hanya melumpuhkannya, tanpa harus membuat lawannya banyak luka. Yang penting bisa membuatnya mundur.
Aksi tersebut ternyata di ketahui oleh polisi, hingga tak lama kemudian, sirene pun berbunyi ke arah mereka.
"Kabur...!!" Teriak salah satu Dari mereka.
Kemudian dari banyak orang yang ada di tempat itupun segera bergegas melarikan diri. Khawatir di tangkap dan di jeruji besi.
"Van!, ayok kabur!" Teriak Nisa kepada Devan, karena melihat semua orang kabur, takut di tangkap polisi.
"Oke!" Sahutnya, kemudian Devan pun melajukan kendaraannya dengan kencang. Bahkan Devan sempat menunggingkan motornya.
Nisa yang ada di belakang pun mendekap erat Devan. Bahkan pelukannya membuat jantung Devan berdebar-debar. "Punggungku!!". Aihhh si Devan malah mengeluh.
Hingga akhirnya Devan sampai di kota Magelang. Kemudian keduanya berhenti di sebuah halte bus.
"Iss!, kamu mah bikin takut!, ngebut begitu!" Keluh Nisa ketika turun dari motor Devan.
"Masa sih!, belum mentok gas!" Sahut Devan sambil cengengesan. Kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tapi masih pakai helm. Helm pun kemudian di buka.
Keduanya duduk di trotoar jalanan.
"Kayaknya aku butuh ponsel!", ucap Devan. Karena udah seminggu ini tidak memegang ponsel karena jatuh dan tidak di ketemukan. Mungkin jatuh di got pinggir jalan. Tapi disana juga gak kelihatan. Jadi Devan membiarkan saja.
"Mau beli?" Sahut Nisa.
Dan Devan mengangguk, kemudian melihat ke kiri dan kanan jalan.
"Ada uangnya?" tanya Nisa kepada Devan.
"Kayaknya cukup yang di ATM ku!" Sahut Devan kemudian berdiri dan menarik tangan Nisa. "Beli dimana?" Lanjut Devan.
"Ruko depan sana kayaknya ada deh!, coba yuk lihat!"
"Ya udah!"
Devan kembali naik ke punggung motor di susul oleh Nisa. Beruntung Nisa pakai celana panjang, sehingga tidak kerepotan jika naik motor Devan.
Sesampainya di ruko yang di maksud, Devan langsung membeli ponsel yang murah harganya. Harga dua juta saja cukup. Ia ga mau pamer di hadapan Nisa.
"Ini aja kali ya!" ucap Devan.
"Cukup ga duitnya?" Tanya Nisa.
"Cukup!"
Devan memberikan ATM berwarna hitam kepada pelayan. Lalu membayarnya.
"weww! black card!" Ucap pelayan meski seakan sedang menggerutu.
Nisa tidak memahami kata tersebut meski mendengar. Karena memang tidak jelas.
Selesai membayar dan men-setting ponsel, keduanya berlalu pergi.
Tujuannya kali ini adalah alun-alun kota Magelang.
Setelah sampai di alun-alun, Devan mencari es segar untuk rasa dahaganya. Nisa mengikuti kemauan Devan. Hingga kini keduanya duduk di sebuah bangku taman.
"Kamu bisa karate ternyata!" Ucap Nisa kepada Devan.
"Dikit-dikit sih, engga jago juga!" Sahutnya.
"Engga jago tapi bisa membuat lawan tak berkutik. Bahkan aku lihat sepertinya kamu sengaja tidak melumpuhkannya."
"Kamu juga jago gitu. Cuma engga pakai perasaan. Main libas aja!, coba kalau mereka terluka atau bahkan mati!, kamu mau tanggung jawab?"
"Iya ya!, tapi mau bagaimana lagi. Orang mereka duluan yang memulai berantem!"
"Setidaknya jangan sampai luka serius!"
"Nah!, kenapa waktu itu kamu engga melawan warga yang menuduh kita berbuat mesum?" Ucap Nisa penasaran.
"Kalau waktu itu aku melawan, bisa jadi kita ga menikah. Kita sama sama di kantor polisi!" Sahut Devan. "Itu bukan penyelesaian." Sahutnya.
Keduanya asik menikmati es campur pesanannya. Bahkan keduanya saling berbagi, meski hanya dari buah yang ada di mangkuknya.
.
.
.
BERSAMBUNG
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
ibu tirinya, Nisa???
lanjut thor ceritanya
lanjutkan
jadi semangat bacanya deh
kog bisa2nya kek gitu
kan mayan ada devan yg jadi jaminan
cwek tuh perlu bukti ucapan juga lhooo
pokoknya yg bilang habiskan semua nya 😅😅😅😅