NovelToon NovelToon
Hadiah Terakhir Dari Ayah

Hadiah Terakhir Dari Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta setelah menikah / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:698
Nilai: 5
Nama Author: GoodHand

Desa Tirto Wening adalah sebuah desa yang ada di pelosok sebuah wilayah Kabupaten. Dipimpin oleh seorang pemimpin berdarah biru yang merupakan keturunan bangsawan keraton, desa itu terkenal dengan kemakmuran warganya.

Mahesa Narendra, pria tampan yang di gadang - gadang akan menjadi penerus kepemimpinan sang Ayah di Desa Tirto Wening, di minta untuk menikahi seorang gadis, putri dari sahabat Ayahnya.

Pak Suteja, sahabat sang Ayah, meminta Raden Mas Mahesa untuk menikahi putrinya yang bernama Anaya Tunggadewi. Semua itu Pak Suteja lakukan untuk melindungi putri semata wayangnya dari keluarga yang sedang memperebutkan harta waris.

Bagaimanakah romansa di antara keduanya?
akankah mereka berdua hidup bahagia?
apakah Anaya akan betah tinggal bersama suaminya di desa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GoodHand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Perlakuan Manis

Raden Mas Mahesa sesekali memperhatikan wajah Anaya yang nampak tertidur dengan nyaman di pelukannya. Senyuman tipis pun tersungging dari bibirnya saat melihat wajah damai Anaya yang nampak begitu cantik.

Wajah Raden Mas Mahesa tiba - tiba memerah saat tanpa sadar Anaya melingkarkan tangannya di pinggang sang suami. Ia memeluk Raden Mas Mahesa bak sedang memeluk guling.

"Raden kepanasan?." Goda Raka yang melihat ekspresi Raden Mas Mahesa.

"Sepertinya perlu di turunkan lagi suhu ACnya, Ka. Wajah Raden Mas sampai merah karna kepanasan." Imbuh Jaka yang membuat keduanya cekikikan.

"Jangan meledek." Sinis Raden Mas Mahesa.

"Gak meledek, Raden Mas. Apa Raden mau melihat bagaimana wajah Raden sekarang?." Kata Jaka.

"Jangan bilang kalau ini adalah kali pertama Raden Mas di peluk wanita?." Imbuh Raka.

"Memangnya aku pria murahan yang mudah di peluk atau memeluk wanita sembarangan?." Sergah Raden Mas Mahesa.

"Wah! Raden Mas kalah sama Raka dong! Raka yang seperti itu saja sering memeluk gadis - gadis desa." Gelak Jaka.

"Sembarangan mulutmu, Jaka!" Omel Raka sambil memukul mulut sahabatnya.

Sementara itu, Raden Mas Mahesa hanya bisa terkikik melihat perdebatan dua asistennya yang masih berlanjut.

"Sudah - sudah!. Kita istirahat sholat dan makan siang dulu." Titah Raden Mas Mahesa pada Jaka yang saat ini menyupir mobil.

"Baik, Raden Mas." Jawab Jaka yang kemudian mencari restoran terdekat.

Tak butuh waktu lama, mobil mereka pun berhenti di halaman parkir sebuah restoran tepat saat adzan dzuhur berkumandang.

"Kalian turun duluan dan pesan makanan. Aku akan membangunkan Raden Ayu." Kata Raden Mas Mahesa yang segera di laksanakan oleh kedua asistennya.

"Raden Ayu... Raden Ayu, bangun, kita sholat dzuhur dulu." Raden Mas Mahesa membangunkan Anaya sambil mengusap kepala istrinya yang berbalut jilbab.

Anaya hanya menggeliat sejenak, kemudian nampak kembali nyaman memeluk Raden Mas Mahesa lebih erat.

"Ya Allah. Aku bisa khilaf nanti, Raden Ayu." Lirih Raden Mas Mahesa.

"Raden Ayu. Bangun, kita sholat." Raden Mas Mahesa kembali membangunkan istrinya, kali ini lebih keras dari sebelumnya.

Perlahan, Anaya mulai membuka matanya saat Raden Mas menepuk - nepuk bahunya. Ia mematung sejenak karna bingung dan terkejut karena ia tidur sambil memeluk tubuh Raden Mas Mahesa.

"Astaghfirullah! Sepurone (maaf) Raden Mas. A-aku gak sengaja." Ujar Anaya yang segera menegakkan tubuhnya.

"Gak apa - apa, lagi pula kita sudah halal. Hanya saja aku takut khilaf karna terlalu hangat." Jawab Raden Mas Mahesa dengan blak - blakan.

"Coba lihat sini." Kata Raden Mas Mahesa yang meminta Anaya untuk melihatnya.

"Ada apa, Raden?." Tanya Anaya.

"Gak apa - apa. Cuma mau membenahi rambutmu yang keluar dari jilbabmu." Jawab Raden Mas Mahesa ambil membenahi rambut dan jilbab Anaya.

"Matur suwun, Raden." Ujar Anaya dengan jantung yang berdegub kencang.

"Kita di mana, Raden Mas?." Tanya Anaya yang berusaha mengalihkan pembicaraan walaupun wajahnya jelas - jelas memerah.

"Kita istirahat dulu, makan siang sekalian sholat dzuhur." Jawab Raden Mas Mahesa.

Ada niat ingin kembali menggoda istrinya yang wajahnya memerah, namun ia tak ingin membuat Anaya merasa tak nyaman. Akhirnya ia mengajak Anaya turun dari mobil dan menunaikan sholat sebelum makan siang.

Di mushola yang tak besar itu, Raden Mas Mahesa sholat berjamaah berdua dengan Anaya. Ini adalah kali pertama Raden Mas Mahesa mengimami istrinya. Ada rasa bahagia di dada ketika ia bisa sholat berdua dengan istrinya seperti ini. Hal yang sama pun di rasakan Anaya. Hatinya merasakan bahagia saat pertama menjadi makmum suaminya.

Anaya menyalami dan mencium tangan suaminya dengan takzim seusai mereka berdoa. Raden Mas Mahesa pun mengusap kepala Anaya dan mengecup ubun - ubunnya ketika Anaya mencium tangannya.

Tentu saja hal itu membuat Anaya terkejut, hingga ia berhenti dan masih dalam posisinya yang mencium tangan Raden Mas Mahesa.

"Kamu mau aku mengulang untuk mengusap dan mencium kepalamu lagi, Raden Ayu?." Goda Raden Mas Mahesa.

"Eh! Enggak kok Raden." Jawab Anaya yang segera mengakhiri salamannya.

"Kalau mau, gak apa - apa, Raden Ayu. Aku juga bisa melakukannya sambil memelukmu." Goda Raden Mas Mahesa sambil merentangkan tangannya.

"Raden Mas!." Kata Anaya sambil melotot ke arah suaminya yang justru tertawa.

Setelah selesai membereskan mukena, mereka berdu segera menuju ke meja yang sudah di pesan oleh Raka dan Jaka. Di sana, kedua asisten Raden Mas Mahesa itu sudah menunggu.

"Aku biasa makan satu meja dengan asistenku, kamu keberatan atau enggak, Raden Ayu? Kalau kamu gak nyaman, aku bisa minta mereka untuk cari meja lain." Tanya Raden Mas Mahesa sebelum mereka sampai di meja mereka.

"Gak apa - apa, Raden Mas. Aku gak keberatan." Jawab Anaya yang memang mudah akrab dengan orang - orang.

"Tapi kamu harus maklum, mereka terkadang mulutnya suka usil." Pesan Raden Mas Mahesa yang di jawab anggukan oleh Anaya.

"Silahkan duduk, Raden Ayu." Jaka memundurkan kursi tempat Anaya duduk.

"Terima Kasih, Jaka." Kata Anaya yang kemudian duduk di kursi itu.

"Kamu ini gak peka! Harusnya Raden Mas saja yang melakukan itu." Tegur Raka.

"Aku sedang mengajari Raden Mas, bagai mana cara memperlakukan wanita. Iya kan, Raden Mas?." Kata Jaka sambil cengar - cengir.

"Karepmu, Ka. (Terserah, Ka.)" Sahut Raden Mas Mahesa sambil geleng - geleng kepala.

Tak lama kemudian, pesanan mereka sampai. Empat porsi sop buntut lengkap dengan nasi dan juga es jeruk. Salah satu makanan favorit Raden Mas Mahesa.

"Astaghfirullah! Ngapunten, Raden Ayu. Aku lupa menanyakan apakah Raden Ayu suka atau tidak dengan sop buntut. Aku memesankan salah satu menu kesukaan Raden Mas." Ujar Raka.

"Gak apa - apa, Raka. Saya juga suka sop buntut." Jawab Anaya.

"Raden Mas gak suka tomat? Tumben?." Tanya Jaka saat melihat Raden Mas Mahesa menyingkirkan tomat dari sop buntut.

"Bukan aku, tapi Raden Ayu yang gak suka tomat. Lain kali saat pesan makanan, usahakan jangan pakai tomat." Jawab Raden Mas Mahesa sambil menukar mangkuk supnya dengan milik Anaya.

"Sendiko dawuh, Raden Mas." Jawab Raka.

Tentu saja Raden Mas Mahesa tau apa yang tidak di sukai Anaya dari cerita mendiang Ayah mertuanya. Ayah mertuanya itu sudah menceritakan banyak hal tentang Anaya padanya.

"Duhalahhh... Halaahhh... Kok malah jadi aku yang baper." Kata Raka sambil menyembunyikan wajahnya pada lengan Jaka.

"Aku kok rasanya kayak cuma ngontrak di sini." Imbuh Jaka sambil memukul - mukul kepala Raka yang menempel di lengannya.

"Yeh! Yo lara to tok kepruki! (Ya sakit to kamu pukulin!)." Protes Raka sambil memegangi kepalanya.

"Ngapunten (Maaf), Raden Ayu gak baper?." Tanya Jaka yang menggoda Anaya.

"Gak mungkin gak baper, wajah Raden Ayu saja sudah merah gitu." Sahut Raka.

"Sudah - sudah cepet makan! Kalo kalian ledekin terus gitu, nanti Raden Ayu gak jadi makan." Omel Raden Mas Mahesa sambil menutupi wajah istrinya.

"Njih, Raden Mas." Jawab Raka dan Jaka hampir bersamaan.

1
FDS
Bagus, berlatar di desa. alurnya juga menarik
Codigo cereza
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
GoodHand: terima kasih
total 1 replies
riez onetwo
Mupeng
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!