Anara gadis 25 tahun mengalami kecelakaan setelah mengetahui perselingkuhan calon suaminya dengan kakak tirinya. Tubuhnya yang tidak berdaya dan dinyatakan koma, tetapi ternyata arwahnya gentayangan. Arwah bisu itu harus menyaksikan banyaknya kepalsuan yang terjadi selama hidupnya. Ibu diri yang dianggap sudah sebagai ibu kandungnya yang ternyata juga selama ini hanya berpura-pura baik kepadanya. Tetapi takdir berkata lain, Dokter tidak bisa menyelamatkan Anara.
Anara menangis meminta keadilan untuk hidupnya, meminta kesempatan agar diberi kehidupan kembali untuk membalaskan dendam pada orang-orang yang telah menyakitinya.
Siapa sangka di saat matanya terbuka, Anara
berubah menjadi anak kecil yang berusia 6 tahun, walau tubuh Itu tampak kecil, tapi sisi dewasanya masih ada. Anara gunakan kesempatan itu untuk membongkar kepalsuan ibu tirinya.
Jangan lupa untuk ikuti terus novel saya.
Follow Ig saya : Ainuncefenis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9 Tindakan.
Nara yang tampak mengendap-endap keluar dari kamar yang berjalan dengan langkah yang hati-hati yang tidak lupa terlihat mengawasi di sekitarnya.
"Aku harus keruang kerja Papa," ucap Nara yang sangat berhati-hati dan tiba saatnya dia sudah berada di depan pintu ruangan yang dia tuju.
Tidak lupa Nara melihat di sekitarnya dan tidak lupa Nara kembali mengawasi sekitarnya yang benar-benar Nara harus buru-buru mengurus segalanya. Dia sangat takut yang tiba-tiba saja ada seseorang yang melihatnya.
Akhirnya Nara sudah masuk ke dalam ruangan tersebut. Nara yang buru-buru menghampiri meja kerja Haris dengan tangan kecilnya yang sangat lincah mencari-cari sesuatu.
"Aku harus menemukan dokumen itu. Aku tidak memiliki waktu sama sekali," ucap Nara dengan buru-buru mengacak-acak meja kerja tersebut tetapi tetap dia harus kembali menyusun rapi agar tidak ketahuan bahwa ruangan itu sedang diobrak-abrik.
Sampai akhirnya apa yang dia cari telah dia temukan di dalam laci.
"Akhirnya aku mendapatkannya juga," ucap Nara setelah membuka dokumen tersebut dan memeriksanya merasa yakin itu yang telah dia cari.
"Aku tidak akan membiarkan kalian menang dalam hal ini. Kalian lihat saja apa yang akan aku lakukan. Kalian semua siap-siap saja dengan semua ini," batin Nara dengan penuh dendam.
Tidak ingin berlama-lama di ruangan itu. Nara yang langsung keluar dan dokumen tersebut tidak lupa dia sembunyikan di balik bajunya. Nara kemudian langsung keluar dari ruangan itu dengan langkah yang cepat sebelum ada yang mengetahui.
****
Pagi ini Nara begitu sangat lucu sekali menggunakan dress coklat dan tidak lupa rambutnya di terurai dan memakai bando yang membuatnya begitu sangat lucu.
"Om hari ini mau kemana?" tanya Nara yang sejak tadi tangannya bergenggaman dengan Haris menuruni anak tangga.
"Om, harus ke kantor yang kebetulan ada rapat penting hari ini?" jawab Haris melihat ke arah Nara.
"Apa Nara boleh ikut?" tanyanya.
"Kamu mau ikut?" Haris menimpali pertanyaan itu yang membuat Nara menganggukkan kepala tanpa ragu.
"Boleh! Tapi Om pasti nanti akan sedikit sibuk. Jadi Nara nanti bisa di ruangan Om saja, tapi ingat jangan kemana-mana, takutnya nanti kamu menghilang," ucap Haris yang membuat Nara menganggukkan kepala.
"Ayo kita langsung berangkat saja!" ajak Haris. Nara mengangguk dan mengikuti langkah Haris.
***
Akhirnya Nara sampai juga di Perusahaan dengan tangannya yang sejak tadi tidak pernah lepas dari genggaman Haris. Nara yang berjalan sembari kepalanya berkeliling. Nara pasti masih mengingat Perusahaan itu yang mana itu adalah rumah kedua baginya.
Orang-orang yang berpapasan dengan Haris dan Nara sama-sama menundukkan kepala.
"Mereka tersenyum seolah menjadi orang yang paling tulus dan padahal di belakang mereka hanya bisa membicarakan atasan," batin Nara yang sudah sangat hafal sekali bagaimana kelakuan karyawan di kantor itu yang sampai-sampai tidak bisa membedakan mana ketulusan dan kepalsuan.
"Nara, orang-orang yang bekerja di perusahaan ini adalah orang-orang yang positif. Jadi kamu tidak perlu takut melihat mereka, mereka semua orang-orang baik," ucap Haris.
"Benarkah?" tanya Nara yang membuat Haris menganggukkan kepala.
"Tetapi kenapa Nara melihat kalau mereka sepertinya bukan orang-orang baik, wajah Mereka tampak palsu," jawab Nara.
"Kamu melihat hal itu?" tanya Haris.
Nara menganggukkan kepala.
"Memang kita tidak bisa melihat seseorang dari luarnya saja, tetapi banyak mengatakan kalau pandangan anak kecil itu tidak pernah salah. Tetapi walau seperti itu yang terpenting mereka masih melaksanakan kewajiban mereka sebagai pekerja di Perusahaan ini," jawab Haris.
"Om harus hati-hati dan siapa tahu saja mereka orang-orang jahat," ucap Nara mengingatkan.
"Tidak Nara, mereka adalah orang-orang baik," jawab Haris.
"Iya, aku juga selama ini menganggap seperti itu, mereka semua adalah orang-orang baik dan pada kenyataannya tidak. Papa harus membuka mata dan jangan sampai sama sepertiku yang sampai aku tidak sadarkan diri masih tetap menganggap mereka orang baik," batin Nara.
"Nesya!" wanita yang dipanggil Haris langsung menghentikan langkah dan menghampiri Haris dan marah dengan Nesya menundukkan kepala.
"Ada apa Pak?" tanya Nesya.
"Saya ada meeting hari ini. Kamu tolong temani Nara," ucap Haris
Mata Nesya langsung melihat ke arah Nara pasti penuh dengan tanda tanya.
"Ini Nara anak angkat saya," ucap Haris
"Begitu!" sahut Nesya yang memperlihatkan ekspresi datar.
"Tapi, saya juga akan mengikuti rapat penting hari ini, bagaimana saya bisa menjaga Nara?" tanya Nesya.
"Rapatnya diadakan 2 jam lagi dan saya ingin menemui klien sebentar. Jadi kamu temani Nara terlebih dahulu dan nanti ketika rapat sudah dimulai Nara bisa berada di ruangan saya," ucap Haris.
"Baiklah pak!" sahut Nesya.
"Nara, kamu bersama tante Nesya. Saya harus pergi sebentar," ucap Haris.
"Baik Om," jawab Nesya.
"Saya permisi dulu!" ucap Haris.
"Pak sebentar!" Nesya tiba-tiba mencegah Haris.
Nesya yang berdiri di depan Harris memperbaiki dasi Haris.
"Sedikit miring yang bisa mencari perhatian dari klien," ucap Nesya.
"Terima kasih Nesya," ucap Haris yang membuat Nesya menganggukkan kepala.
Nara yang melihat hal itu tampak mengerutkan dahi bagaimana Nesya untuk pertama kali dia lihat wanita yang paling judes yang memiliki wajah sangat jutek di perusahaan itu tersenyum.
"Kalau begitu saya permisi dulu!" ucap Haris yang membuat Nesya menganggukkan kepala.
"Apa aku tidak salah lihat melihat dia tersenyum seperti itu? Aneh sekali, kenapa juga diperhatiin pada Papa," batin Nara.
"Ayo,kamu ikut saya!" ajak Nesya yang membuat Nara menganggukkan kepala.
Nesya membawa Nara ke ruangannya dan Nara yang duduk di sofa. Lalu Nesya menghampirinya dengan memberikan minuman pada Nara.
"Apa Nara lapar?" tanya Nesya.
"Tidak Tante!" jawab Nara.
"Kamu sebaiknya di sini saja dan saya harus menyiapkan laporan pekerjaan saya. Kalau kamu butuh sesuatu bisa minta pada saya," ucap Nesya.
Nara menganggukkan kepala dan Nesya terlihat menduduki bangku kerjanya.
"Astaga! aku memang jarang sekali berbicara dengan dia, kita berbicara hanya berdebat saja dan ternyata dia baik juga. Dia tidak mengintimidasi anak kecil," batin Nesya yang cukup salut dengan pembawaan Indonesia yang ternyata di luar pemikirannya.
Wanita berusia 35 tahun itu memang memiliki kepribadian yang cukup disegani orang-orang kantor. Dia sering berdebat dengan Anara jika mengambil keputusan di perusahaan yang mana menurut Nesya terkadang keputusan antara kurang tepat.
Anara tidak pernah mau kalah dan bahkan menganggap Nesya adalah musuhnya yang mana hanya Nesya satu-satunya yang tidak pernah ramah kepadanya dibandingkan karyawan lain dan ternyata di saat dunia berbalik justru Nesya yang bahkan terlihat jauh lebih sopan dibandingkan pada karyawan yang lain yang hanya selama ini pencitraan di depannya.
"Apa itu tante akan ikut rapat bersama Om Harris nanti?" tanya Nara penasaran.
"Iya, jadi saya akan tinggalkan kamu sangat saat mengikuti rapat nanti. Kamu jangan merecoki ruangan saya dan cukup duduk di tempat kamu," ucap Nesya memberikan ingat.
"Apa Nara boleh ikut ke ruangan rapat?" tanya Nara sepertinya ada sesuatu yang ingin dia lakukan.
"Nara, kamu itu masih kecil dan di ruang rapat itu bukanlah tempat bermain, di sana orang-orang yang sedang serius membahas pekerjaan. Kamu tetap di sini saja," jawab Nesya yang pasti tidak mempunyai alasan apapun untuk membiarkan Nara keruangan rapat.
"Iya juga, aku juga saat masih kecil tidak pernah dibawa Papa ke ruang rapat," batin Nara yang merasa hal itu sangat tidak mungkin.
Bersambung...
dan pastinya ku harap ini cerita sp end..sumpeh capek bgt baca cerita udah baca berbab" eh diujung malah diganting kayak jemuran...gariiinngggg bookk
apa setelah ini ada kejutan lainnya yang akan terbongkar??? wah, pasti seru ini...
Ceritanya bagus, Konfliknya tidak terlalu bertele2 dan Sesuai alurnya jadi gak buat bosan ...
Penyampaian kosakatanya mudah dipahami....
Semoga sukses kakk othor❤️
kasian anara dikeliling orang jahat yang suka berkhianat apalagi ibu tiri & kakak tirinya, ingin menguasai apa yg dimiliki anara... termasuk heri, berselingkuh dgn kakak tiri anara.