Siapa yang ingin hidup dalam kekurangan semuanya pasti mau hidup serba berkecukupan. Tapi itu takdir tak seorang pun tau hidup mereka akan seperti apa.
Ira seorang ibu rumah yang dulu berada diatas di hantam badai hingga terjatuh kebawah.
Mana dulu yang mengaku sebagai saudara? Tak satu pun ada yang peduli. Suaminya terpaksa jadi ojol untuk mencukupi kebutuhan hidup. Akankah hidup Ira berubah?Lantas bagaimana dengan keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Jam di dinding berdentang sepuluh kali menandakan waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh siang. Ira bergegas menyelesaikan pekerjaan beberes rumah.
Jam sepuluh tukang sayur keliling biasanya sudah mangkal di pos ronda. Ira harus bergegas membeli sayuran sebelum kehabisan oleh ibu - ibu yang lain.
Mereka memang selalu mengandalkan tukang sayur keliling untuk berbelanja sayuran karna pasar lumayan jauh dari rumah. Harganya juga tidak jauh berbeda dengan sayuran yang ada di pasar.
Paling Ira akan ke pasar seminggu sekali untuk membeli lauk.
"Eh, ada neng Ira." sapa tukang sayur ramah.
"Sayuran pesanan aku kemaren ada kan, mang?" tanya Ira sopan.
"Ada, neng. Mamang udah simpan baut neng." mamang sayur memberikan apa yang Ira minta.
"Berapa mang?"
"Sepuluh ribu aja, neng." Ira memberikan selembar uang sepuluh ribu pada mamang.
"Yang lain ga, neng?"
"Ini aja dulu, mang. Permisi bu ibu, aku duluan." pamit Ira sopan.
"Orang miskin belanja juga, tapi kok cuma ceban?" ledek bude Ira yang entah datang dari mana tau - tau sudah ada aja di sana.
Ira malas meladeni mulut pedes Budenya memilih menjauh dari sana.
"Ira bude ngomong sama kamu, ga sopan amat sih jadi orang main kabur aja." hardik bude karna merasa di acuhkan.
"Oh jadi ada yang ngomong ya, kok aku ga liat ya orangnya." sindir Ira.
"Ponakan sialan, aku manusia masa aku kamu samakan dengan setan." Ibu - ibu yang kebetulan belanja di sana tersenyum di kulum mendengar sindiran Ira. Biasanya Ira tidak pernah membalas sekeras apapun budenya menghina dirinya tapi kali ini luar biasa.
Bude yang tengah marah dengan cepat berjalan kearah Ira dengan tangan terayun hendak memukul ponakanya itu. Tapi sayang Ira sudah tau gerakan budenya segera menangkis serangan itu. Bude hanya mengenai angin tapi tubuhnya tidak bisa ia seimbangkan sehingga ia terjatuh tersungkur. Semua yang ada disana kembali tertawa tapi kali ini mereka tidak bisa menyembunyikan tawa mereka. Begitu juga dengan Ira ikut tertawa samar.
Bude yang merasa di pecundang Ira segera bangun meski kedua kali dan tanganya terasa sakit. Matanya melotot penuh amarah. Ingin rasanya ia menelan Ira hidup - hidup saat ini.
"Maaf, bude. Bude ga apa - apa?" Ira masih berusaha baik terhadap wanita itu.
"Ini semua gara - gara kamu, awas saja kamu nanti." ancam bude.
"Loh kok aku yang bude salahkan, bude kan ga aku apa - apain. Bude terjatuh juga karna ulah bude sendiri, aku ga nyentuh sama sekali lho." bela Ira tapi makin membuat budenya makin meradang.
"Ponakan tak tau diri. Tunggu pembalasan." ancam bude kembali sebelum ia pergi dari sana dengan kaki agak di seret.
Ira dan ibu - ibu yang lain tersenyum miring melihat bude menjauh.
"Nah gitu, nduk. Sesekali kamu harus bisa bela diri. Jangan mau di injak - injak terus." seorang ibu berbaju merah mendukung apa yang Ira lakukan barusan terhadap budenya. Begitu juga dengan ibu - ibu yang lain, Ira merasa kali ini ada yang berpihak pada dirinya.
"Terimakasih ibu - ibu, saya duluan." Ira segera meninggalkan ibu - ibu yang masih masak kusuk membahas budenya. Sebenarnya ada rasa tidak enak hati melihat keadaan budenya tadi. Pasti akan drama baru nanti yang menunggunya.
...****************...
Assalamualaikum kk,terimakasih supportnya dan jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen serta votenya yang banyak biar thor semakin semangat menulis bab selanjutnya 😊😘🙏🙏
nauzubillah mindalik