Marsya adalah seorang dokter umum yang memiliki masa lalu kelam. Bahkan akibat kejadian masa lalu, Marsya memiliki trauma akan ketakutannya kepada pria tua.
Hingga suatu malam, Marsya mendapatkan pasien yang memaksa masuk ke dalam kliniknya dengan luka tembak di tangannya. Marsya tidak tahu jika pria itu adalah ketua mafia yang paling kejam.
Marsya tidak menyangka jika pertemuan mereka adalah awal dari perjalanan baru Marsya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata ketua mafia yang bernama King itu ada kaitannya dengan masa lalu Marsya.
Akankan Marsya bisa membalaskan dendam masa lalunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9 Bagai Burung Dalam Sangkar
Marsya lagi-lagi terbatuk. "Kurang ajar, Dr.Rey ternyata menipu aku pantas saja ponselnya tidak pernah aktif," gumam Marsya.
***
Keesokan harinya....
Pagi-pagi sekali Marsya sudah membersihkan tubuh Tessa dengan waslap. Sebenarnya itu tugas Berta namun Marsya merasa kasihan kepada Berta yang sudah capek mengurus rumah dan anak-anak jadi Marsya akhirnya yang membersihkan tubuh Tessa. Tubuh Tessa begitu putih dan mulus membuat Marsya sedikit menyunggingkan senyumannya.
"Anda beruntung sekali bisa dicintai secara ugal-ugalan oleh Tuan King. Tapi sayang, Tuan King tidak memikirkan perasaan orang lain," batin Marsya.
Sementara itu di meja makan. "Daddy kapan pulang?" tanya Arsy.
"Tadi malam, sayang," sahut King.
"Apa Daddy membawa oleh-oleh?" tanya Arsy dengan gemasnya.
"Bawa dong, nanti kamu ambil saja di kamar Daddy. Oh iya, Daddy kamu juga menitipkan sesuatu untuk mu nanti ambil di kamar uncle," ucap King menatap Ratu.
Ratu menganggukkan kepalanya. Raja memang jarang sekali pulang, karena dia lebih senang tinggal di luar negeri membuat Ratu selalu merasa kesepian. Makanya Ratu menjadi anak yang introvert karena semua yang dia rasakan hanya bisa dia pendam.
"Bu dokter mana?" ucap Ratu.
Seketika King menghentikan makannya dan menatap Ratu membuat Ratu takut dan seketika menundukkan kepalanya. King justru kaget, karena untuk pertama kalinya dia bisa mendengar suara Ratu secara langsung. Selama 3 hari ini dia hanya bisa memperhatikan interaksi dia dan Arsy hanya lewat CCTV saja.
"Bi Berta, bisa panggilkan Bu dokter tidak?" seru Arsy.
Berta melihat ke arah King, dia tidak bisa memanggil Marsya tanpa persetujuan King. King tahu akan tatapan Berta, dia pun menganggukkan kepalanya sebagai pertanda setuju. Berta pun dengan cepat naik ke lantai dua untuk memanggil Marsya, sekejam-kejamnya King dia akan kalah dengan anaknya sendiri.
"Dr.Marsya, Tuan King memanggil anda untuk turun ke bawah," seru Berta.
"Hah, buat apa?" tanya Marsya.
"Sarapan bersama," sahut Berta.
Marsya mengerutkan keningnya, dia merasa aneh dengan sikap King yang tiba-tiba mengajaknya sarapan bersama padahal tadi malam King sudah hampir membunuhnya. Marsya tidak mau mencari masalah dengan King, dia pun segera mengikuti Berta turun ke bawah. Pada saat Marsya menuruni anak tangga, sebuah tangan menyentuh pundak Marsya dan reflek Marsya menarik tangan itu dan memukulinya.
Arsy dan Ratu sampai melongo melihat aksi Marsya, sedangkan King sedikit menyunggingkan senyumannya. Marsya kaget, dia pun menghentikan aksinya dan menundukkan kepala. "Maaf Tuan, aku reflek," ucap Marsya.
King menghentikan sarapannya dan bangkit dari duduknya. Dia menghampiri Marsya, dan berdiri di hadapan Marsya dengan kedua tangannya King masukan ke dalam kantong celananya. King menatap tajam Marsya membuat jantung Marsya berdetak tak karuan.
"Ternyata kamu jago beladiri juga, aku barusan hanya tes kamu saja," ucap King.
"Maksud Tuan apa?" tanya Marsya.
"Memangnya kamu pikir aku tidak menyelidiki kehidupan kamu. Orang yang masuk ke dalam rumah ini bukanlah orang sembarangan dan aku harus mencari tahu seluk beluk orang itu. Ternyata kamu juara boxing juga, hebat sekali kamu," puji King.
Marsya hanya bisa diam, sebenarnya dia tidak mau King tahu siapa dirinya tapi nyatanya King sudah tahu duluan. "Aku tidak menyesal kehilangan dokter bego itu, dan ingin kamu tetap di sini untuk menjaga Tessa dan anak-anak," pinta King.
Marsya membelalakkan matanya. "Ta--tapi Tuan, aku ingin kembali ke klinik," sahut Marsya gugup.
King mencengkram lengan Marsya. "Aku tidak main-main dengan ucapanku. Jika kamu berani menolak, aku akan hancurkan klinik itu, tapi kalau kamu mengikuti semua permintaanku maka aku akan bayar kamu sepuluh kali lipat dan aku akan membangun klinik yang lebih besar dari pada itu," ucap King.
Marsya terdiam, entah kenapa dia benci sekali kepada pria yang ada di hadapannya ini. King hanya bisa mengancam dan mengancam membuat Marsya tidak bisa berbuat apa-apa. "Sekarang lebih baik kamu sarapan dulu bersama anak-anak, dan jangan coba-coba membantah," ancam King.
King pun pergi dari sana, Arsy dan Ratu menatap iba kepada Marsya. "Bu dokter maafkan Daddy Arsy ya! Bu dokter jangan pergi dari sini, karena Arsy ingin Bu dokter tetap berada di rumah ini," pinta Arsy.
"Bu dokter baru saja menjadi teman aku, masa Bu dokter sudah mau pergi dari sini," lirih Ratu.
Mendengar keluhan kedua anak itu membuat hati Marsya tersentuh juga. Marsya pun mendekati kedua anak itu dan mengusap kepala keduanya. "Dengarkan Bu dokter, Bu dokter di sini hanya bekerja dan suatu saat Bu dokter akan pergi juga jadi kalian jangan terlalu berharap lebih kepada Bu dokter ya," ucap Marsya lembut.
Ratu memeluk Marsya membuat Marsya kaget. "Aku tidak pernah merasa senyaman ini dengan orang, meskipun baru beberapa hari bersama tapi aku merasa sayang sama Bu dokter," ucap Ratu dengan deraian air mata.
Marsya melepaskan pelukan Ratu dan menghapus air matanya. "Jangan nangis, Bu dokter masih ada di sini kok. Ya sudah, kalian lanjutkan sarapan lagi ya, Bu dokter temani kalian," ucap Marsya.
Kedua anak itu mengangguk dan tersenyum, mereka tidak sadar jika dari atas King memperhatikan ketiganya. "Wanita itu lumayan hebat bisa membuat Ratu berbicara seperti itu," batin King.
King masuk ke dalam kamar Tessa, dia duduk di samping Tessa dan menggenggam tangan Tessa. "Sayang, bangunlah Arsy sangat membutuhkanmu dia merasa kesepian tanpa kehadiran kamu. Kamu tahu 'kan aku sering bepergian dan harus meninggalkan Arsy di rumah dengan pelayan dan pengasuh, bangunlah jika kamu bangun, maka aku tidak akan khawatir dengan keadaan Arsy," ucap King.
King menciumi punggung tangan Tessa, dia begitu sangat mencintai Tessa. Tessa memang hamil di luar nikah, bahkan Tessa mengalami kecelakaan pada saat usia Arsy sudah menginjak 4 tahun dan King baru akan menikahinya karena pada saat itu King sibuk dengan dunia hitam yang sedang digelutinya. Namun takdir berkata lain, Tessa kecelakaan dan sampai saat ini belum juga sadarkan diri.
"Aku janji, jika kamu siuman nanti, aku akan langsung menikahi kamu," ucap King kembali.
Marsya menghembuskan napasnya berat, mulai hari itu Marsya sudah tidak bisa ke mana-mana lagi. Hidupnya sudah bagaikan burung dalam sangkar, tidak bisa sebebas dulu. Marsya sangat marah kepada Rey yang sudah menjadikan dia tumbal supaya bisa keluar dari rumah King.
***
Sementara itu di rumah Takeda, Marisa yang tidak lain dan tidak bukan merupakan adik Tessa merasakan muak melihat kelakuan bejad Papanya sendiri. "Pa, wanita dewasa itu banyak kenapa Papa memilih anak-anak kecil? kelakuan Papa sangat menjijikan," geram Marisa.
"Kalau kamu merasa jijik, kamu pergi saja dari rumah ini," sahut Takeda dengan santainya.
"Berita korban hasil kejahatan Papa itu saat ini sedang viral, memangnya Papa tidak takut di tangkap polisi?" geram Marisa.
"Polisi mana yang bisa menangkap Papa? sudahlah jangan ikut campur dalam kesenangan Papa, kamu urus saja kehidupan kamu sendiri," ucap Takeda.
Marisa bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan Papanya. Marisa adalah orang dibalik kecelakaan Tessa, alasannya karena Marisa tidak terima jika kakaknya itu menikah dengan King, pria yang sudah sejak dulu dia cintai. Marisa tidak mau jika kakaknya menikah dengan King, maka dari itu dia menyabotase mobil Tessa sehingga membuat mobil Tessa jatuh ke jurang.