DRAGON PRINCE SCANDAL

Sebuah ruangan mewah yang berada di ruang meeting telah di penuhi oleh para pemegang saham. Umur Pak Surya saat ini sudah lima puluh delapan tahun, tapi masih energik dan awet muda. Dia adalah Owner dari PT Surya Beratha yang bergerak dalam Investasi Batu Bara.

Disitu hadir Gurkha Gamayo, putra angkat dari Pak Surya Beratha. Ada istri, serta putri tunggal mereka Rina Melani Surya. Bapak Surya sengaja mengundang para Kepala Divisi serta koleganya dan anak, istrinya, karena dia akan mengumumkan sesuatu yang penting.

Gurkha Gamayo duduk disamping Pak Surya, dengan tegang. Kulitnya yang merah ke coklatan, kelihatan semakin merah. Rahang yang tegas, hidung mancung, memiliki susunan gigi yang rapi dan putih, mata hitam bulat besar, tatapannya sangat tajam membuat orang segan kepadanya. Alisnya yang tebal dan melengkung sempurna, membuat siapa pun yang menatapnya menjadi tergila-gila. Semua orang di sini tidak tahu asal usul pemuda ini, dan Gurkha Gamayo mengklaim dirinya sedang mengalami amnesia.

Dengan pesonanya dia membuat, Pak Surya menyayanginya. Bahkan hanya dengan lirikan matanya saja, bisa membuat wanita klepek-klepek Namun sayang, laki-laki yang satu ini, kehilangan insting sebagai predator yang ahli. Dia terlalu dingin seperti tidak punya asmara.

Pak Surya duduk di kursi barisan terdepan. Dengan pandangan  bijaksana, dia memimpin meeting bersama beberapa orang penting di perusahaan Surya Beratha dan pemegang saham.

"Selamat pagi, maaf saya terlambat datang. Badan terasa kurang enak dari kemarin." kata Pak Surya mulai membuka percakapan. Kedua tangan Pak Surya berada di atas meja. Dia mulai menjelaskan kondisi keuangan perusahaan yang dia pimpin saat ini. Disitu juga ada Ibu Dwika bagian accounting yang ikut menjelaskan.

Sedikit bicara, banyak bekerja adalah model Pak Surya dalam memimpin perusahaan. Pemimpin bertangan dingin, sangat termasyur, berwibawa dan sukses. Banyak lawan bisnisnya segan kepada Pak Surya.

Tidak banyak yang di perbincangkan dalam meeting kali ini, Pak Surya beralih topik pembicaraan. Gurkha Gamayo sedikit tegang, dia baru pertama kali di hadapkan dengan masalah perusahan

"Sebagai Owner dari perusahan Surya Beratha, saya mengumumkan bahwa Anak angkat saya Gurkha Gamayo, saya resmikan menjadi Presiden Direktur di perusahan ini." kata Tuan Surya dengan suara datar. Serentak keluar protes dari istrinya.

"Tidak bisa begitu Paa, dia tidak bisa bekerja, kita tidak tahu asal usulnya. Aku tidak ingin dia menusuk dari belakang." protes istrinya cepat.

"Benar Paa, kita harus hati-hati, ini perusahan bukan mainan, jangan sembarangan memasukan orang ke perusahan kita." Rina ikut menimpali. Dia kecolongan, seolah dia merasa memelihara ular dalam karung.

"Saya sangat bertrimakasih kepada kebaikan dan kepercayaan Papa, tapi lebih baik Papa urungkan niat Papa untuk mengangkat saya, karena saya tidak mengerti tentang perusahan." ucap Gurkha Gamayo menolak usulan papa angkatnya. Walaupun dia setiap saat belajar memanage perusahan, belajar banyak hal, tapi dia tetap takut menjadi pemimpin di perusahan ini, dia buta tentang investasi atau apapun namanya.

"Tidak ada yang membantah, ini sudah resmi, sudah ada hitam di atas putih, akan ada consultants yang mendampingimu untuk belajar. Kami akan menuntun kamu menjadi orang nomor satu disini, ada Papa dan Pak Burhan sebagai Sekretarismu." jelas Pak Surya tegas.

"Saya setuju saja Pak Surya, saya yakin Pak Surya sudah paham siapa Presiden Direktur kita yang baru. Kalau menurut Pak Surya dia yang terbaik, saya tidak masalah, tapi jika suatu hari terjadi penyimpangan dalam mengelola perusahan saya akan menuntut supaya pilihan Pak Surya turun dengan legowo." ucap Pak Herman pemegang sepertiga saham, yang lainnya tampak sudah sangat paham dengan penjelasan dan data-data yang Pak Surya utarakan karena semuanya sudah jelas.

"Kami rasa semua tidak ada masalah, kita memang perlu memcari orang baru untuk regenerasi di perusahan, semoga pilihan Pak Surya tepat."

"Tapi, aku tetap tidak setuju Paa..." protes Nyonya Surya berdiri. Dia pergi dari ruang rapat.

"Jika semua sudah jelas, meeting akan saya akhiri." Pak Surya berkata berjeda, dia menunggu respon dari peserta meeting. Biasanya ada interupsi, karena ini masalah penting untuk ke depannya.

Tidak semua rapat menghasilkan suara yang bulat dengan satu keputusan yang tajam. Saat terjadi perdebatan dengan suara yang sama-sama kuat, biasanya pada saat itulah deadlock di keluarkan.

"Rupanya tidak ada masalah, kalau begitu saya akan pamit kembali ke ruangan." kata Pak surya tanpa peduli dengan tingkah istrinya.

"Gurkha, datang ke ruanganku." titah Tuan Surya memanggil anak angkat yang sangat dia sayangi.

"Baik Paa...." jawab Gurkha sopan.

Rina mulai merasa terancam kedudukannya sebagai putri tunggal. Selama ini Papanya kurang percaya kepada dirinya, bukan tanpa sebab, Rina adalah anak semata wayangnya tapi suka menghamburkan uang di Bar, Club atau dengan laki-laki tidak berguna. Itulah sebabnya Pak Surya Beratha tidak memilih Rina sebagai seorang yang patut mengganti kedudukannya.

Melihat Gurkha pergi ke ruangan Pak Surya, dengan santai Rina mengekor dan pura-pura tidak ada masalah. Dia ingin menguping, apa saja yang dibicarakan oleh Papanya dengan Gurkha Gamayo. Pak Surya pun tidak menghiraukan ketika Rina ikut masuk ke ruangannya.

"Ya, Paa, ada yang bisa saya bantu?" tanya Gurkha sopan setelah berada di ruangan Pak Surya. Dia tidak ingin Pak Surya salah menilainya, sungguh mati dia tidak berambisi menjadi orang nomor satu di perusahan Pak Surya Beratha.

"Duduklah Gurkha, mulai besok kamu akan duduk disini sebagai Presiden Direktur. Papa mengharap supaya kamu bisa melaksanakan tugas dengan baik. Bekerja sambil belajar." pesan Pak Surya tegas.

"Baiklah kalau memang itu perintah Papa, saya akan turuti. Saya mohon maaf apabila membuat kesalahan di kemudian hari karena ketidak tahuan saya. Jika mengikuti kata hati, saya sebenarnya ingin menolak jabatan itu, resikonya terlalu tinggi."

"Jalani saja, lama-lama kamu akan pintar. Kamu boleh pulang duluan ke Apartement, tidak untuk leha-leha tapi untuk belajar. Bawa semua buku yang sudah di persiapkan oleh Pak Burhan, dia menjadi Sekretarismu, dan akan memberikanmu banyak pelajaran." kata Pak Surya tegas. Dia yakin terhadap feeling nya, bahwa Gurkha punya potensi untuk menjadi pemimpin. Aura ke pemimpinannya terpancar dari wajah Gurkha yang ganteng.

Gurkha memacu mobilnya dengan kecepatan sedang, dia tidak berani singgah dimanapun kecuali bersama orang lain, atau ada yang mengajak. Dia belum yakin terhadap dirinya, ada perasaan ragu yang masih tertanam di otaknya.

Tapi perasaan ragu itu terpaksa dia hempaskan, matanya nanar melihat gadis yang pernah dia tolong. Gadis itu tidak sendiri, seorang pemuda ada bersamanya. Wajah gadis itu semakin terlihat cantik, mempesona. Gadis itu masuk ke sebuah Restoran mewah.

Gurkha juga ikut masuk dan turun dari mobil dengan tergesa-gesa. Rasa rindu membelah jiwanya, matanya tajam menyapu ruangan restoran yang sangat ramai.

"Halo Gurkha, kita bertemu disini." sebuah suara mengagetkan dirinya. Dia cepat berbalik, matanya melotot memandang pasangan kekasih yang ada di depannya.

"Kamu pasti tidak mengenal kami, aku Revaldo dan ini tunanganku Devi Laxsmi Dewi..." kata Revaldo. Gurkha menjabat tangan Revaldo, tapi tidak mau bersalaman dengan Devi. Tanpa terasa keringat dingin membanjiri wajahnya.

"Trimakasih Reva, senang bertemu dengan kalian berdua, aku tidak lama, mau langsung pulang. Disini rupanya ramai sekali. Lain kali kita bertemu lagi. Ngomong-ngomong kita pernah bertemu dimana ya?"

"Aku pemegang saham 10 % di Perusahan Surya Beratha." jawab Reva tersenyum.

*****