Love Is Rain

Jangan pernah putuskan cinta saat hujan, karena ketika besok lusa kamu akan patah hati, setiap kali hujan turun, kamu akan terkenang dengan kejadian yang menyakitkan itu.

.................

Keenan keluar dari kafe itu dengan jalan yang tergesa. Saat tersadar dari lamunannya Beverly berlari mengejar Keenan.

Bie memegang pergelangan tangan Keenan untuk menahannya agar tidak masuk ke mobil.

"Keen, aku minta maaf. Aku terpaksa melakukan ini."

"Apa kamu mencintaiku?" tanya Keen pelan.

"Tak perlu kamu tanyakan itu, Keen. Aku sangat mencintaimu."

"Tapi aku ragu. Jika kamu memang mencintaiku, nggak akan mudah bagimu melepaskanku. Apa sebenarnya alasan kamu menerima cintaku? Kasihan? Atau cuma ingin coba-coba? Atau bahkan kamu memang sudah merencanakan ini semua. Kamu sengaja menerima cintaku hanya untuk mencampakkan aku. Kamu ingin buktikan jika kamu bisa mematahkan hatiku. Apa sekarang kamu puas?"

"Keen, nggak ada niatku mempermainkan perasaan kamu. Aku menerima cintamu, karena aku juga memiliki perasaan yang sama denganmu. Tapi aku tak bisa mengorbankan persahabatanku demi cinta."

"Kau berhasil membuatku terluka dalam. Kamu telah membuat luka menganga lebar di dalam sini." Keenan menunjuk dadanya. "Gadis yang kupikir sempurna kini dengan santainya menancapkan luka. Aku menganggapmu sebagai manusia tanpa rasa yang tega meninggalkanku hanya demi sahabatmu. Kamu yang pernah begitu aku banggakan, sekarang menyakitiku seolah tidak punya perasaan.Sekarang izinkanku mengantarkan terima kasih padamu karena telah mengajariku bagaimana rasanya mencintai dan dicampakkan dalam waktu bersamaan. Darimu aku belajar bahwa tidak seharusnya memberikan sepenuhnya hati dan berlebihan dalam berharap. Kamu juga telah mengajariku jadi sosok yang kuat setelah semua fase berat terlampaui. Walau harus menahan luka, terima kasih sudah memberikan luka yang teramat sempurna sehingga aku yakin akan sulit untuk aku menyembuhkan luka yang kamu buat."

Keenan melepaskan pegangan tangan Bie dan masuk ke mobil. Langit yang sejak tadi gelap telah menurunkan hujannya ke muka bumi.

Maafkan aku, Keen. Aku juga terluka dengan keputusan ini.

Keenan masih menyempati diri melihat ke belakang melalui spion, tampak Beverly yang membiarkan hujan membasahi tubuhnya. Ia menghentikan mobilnya sejenak sebelum akhirnya melajukan mobilnya membelah hujan.

Beverly masih berdiri di tempat dimana ia tadi melepaskan tangan Keenan, seperti ia yang juga berusaha melepaskan cintanya.

Saat langit memutuskan untuk melepaskan gerimis, tetiba hujan meminta berteduh di bawah sepasang mata. "Barusan matahari berpesan agar kau lepaskan saja kesedihanmu," ujar sebuah bulir hujan. Kemudian, ia merembes melewati pipiku.

Beverly melangkahkan kakinya perlahan menembus hujan. Tak peduli dengan tubuhnya yang telah kuyup karena air hujan. Ia tetap berjalan. Banyak pasang mata memandangi Bie dengan rasa kasihan.

Aku ingin berjalan di bawah hujan agar tiada yang tau jika aku sedang menangis. Meredam semua kesedihan yang aku rasakan ini terasa begitu sulit dan benar-benar menyakitkan. Aku ingin berteriak tapi suaraku tertahan. Sungguh aku hanya ingin meluapkan semua kesedihan yang aku rasakan saat ini. Dibawah hujan yang bertemankan jutaan rintik air hujan, aku ingin berterima kasih karena hujan yang telah menyamarkan air mataku ini. Hingga tiada yang tau saat ini aku sedang menangis.

....................

Keesokan harinya, Dimas heran melihat Keenan datang sendirian tanpa ada Beverly. Ia lalu menghampiri Keenan.

"Mana, Bie. Lo kenapa sendirian?" tanya Dimas.

"Gue bukan supir atau pembantunya. Mana gue tau kemana perginya cewek itu?!" Keenan menjawab ketus, membuat Dimas curiga.

"Lo marahan dengan Bie?" tanya Dimas.

"Gue mau belajar. Bisa tinggalin gue," ucap Keen mengalihkan pertanyaan Dimas.

"Jika Lo nggak bisa atau nggak mau menjemput Bie, seharusnya Lo ngomong. Biar gue yang jemput." Dimas berjalan meninggalkan Keenan.

Pelajaran segera dimulai. Catherine berlari menuju kelas. Melihat Catherine yang juga datang sendirian, membuat Dimas makin gelisah.

Kemana Bie. Kenapa ia belum datang. Tak pernah gadis itu datang terlambat.

Setelah pelajaran usai, Dimas mendatangi Catherine.

"Kenapa Bie tak hadir. Nggak biasanya ia bolos."

"Coba aku hubungi ponselnya."

Beverly saat ini telah memiliki sebuah ponsel yang diberikan Dimas saat gadis itu yang tahun kemarin.

Catherine mencoba menghubungi ponsel Bie tapi tak aktif. Ia menghubungi ponsel Bunda.

Keenan dari tempat duduknya terlihat menguping pembicaraan Dimaas dan Catherine. Sejujurnya ia sangat kuatir.

Sambungan ponselnya tersambung dengan Bunda. Catherine langsung mencerca Bunda dengan pertanyaan.

"Selamat siang Bunda. Kenapa Bie tak datang ke sekolah."

"Bie sakit. Kemarin pulang kehujanan. Kamu tau kan jika Bie sangat sensitif dengan air hujan."

"Ya, Bunda. Nanti pulang sekolah aku, Dimas dan Keenan mampir. Terima kasih, Bunda."

"Sama-sama nak Catherine." Sambungan ponsel diputuskan Catherine.

"Jadi Bie sakit," gumam Dimas.

"Iya, anak itu terkadang keras kepala. Sudah tau badannya tidak bisa terkena hujan. Masih saja hujan-hujanan." Catherine mengomel sendirian.

"Keen, bukankah Bie siang kemarin pulang bersama Lo. Kenapa ia bisa kehujanan?" tanya Catherine.

"Gue nggak tau. Kami nggak jadi pergi."

Mendengar jawaban Keenan, Dimas memandangi dirinya dengan tajam.

"Padahal Bie begitu sensitif dengan air hujan. Ia bisa demam seminggu."

"Nanti sepulang sekolah kita mampir dulu ke panti. Keen, Lo ikut,kan?"

"Maaf gue nggak bisa. Pulang sekolah ada perlu."

"Kalau gitu kita berdua aja, Dim."

"Oke."

..........

Pulang sekolah, Dimas dan Catherine langsung menuju ke panti. Dalam diam Keenan mengikuti mobilnya Dimas.

Mobil milik Catherine ditinggalkan diparkiran sekolah. Catherine telah meminta supirnya menjemput.

Saat Dimas dan Catherine keluar dari mobil, Dimas melihat mobil Keenan dari kejauhan.

Dimas dan Catherine masuk ke kamar setelah minta izin pada Bunda, Mereka melihat Bie sedang tidur bergulung selimut.

Catherine memegang dahi Bie. Dapat dirasakan suhu tubuhnya yang tinggi.

Beverly membuka matanya merasakan ada tangan memegang dahinya.

"Cath ...." ucap Bie pelan saat melihat Catherine.

"Kamu itu terkadang keras kepala, bengal. Udah tau tubuh nggak bisa kompromi dengan hujan tapi masih saja hujan-hujanan." Beverly hanya tersenyum mendengar omelan Catherine.

"Kita ke klinik atau rumah sakit," ucap Dimas.

"Nggak perlu, Dim. Nanti juga pasti sembuh."

"Gue nggak mau tau. Cath, Lo bantu Beverly ganti pakaian. Jika Bie nggak mau, kita pulang saja dan nggak akan pernah menganggap ia sahabat lagi."

Dimas keluar dari kamar, ia menunggu di luar. Lima belas menit Bie dan Cath selesai dandan. Setelah pamit dengan Bunda, mereka bertiga keluar dari panti menuju mobil Dimas.

Saat akan masuk ke mobil, Bie melihat mobil Keenan di kejauhan.

Maafkan aku,Keen. Kita jadi seperti dua orang asing. Dan aku tau kamu saat ini pasti sangat membenciku. Tapi aku senang kamu masih mau melihatku walau dari kejauhan saja.

Bersambung

**********************

Bagaimana hubungan Keen dan Bie selanjutnya? Nantikan terus kelanjutan novel ini. Terima kasih.