NovelToon NovelToon
Cincin Peninggalan Kakek

Cincin Peninggalan Kakek

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:24.2k
Nilai: 5
Nama Author: RivaniRian21

Di sebuah desa kecil di lereng Gunung Sumbing, Temanggung, hidup seorang pemuda bernama Arjuna Wicaksono. Sejak kecil, ia hanya tinggal bersama neneknya yang renta. Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan saat ia masih balita, sementara kakeknya telah lama pergi tanpa kabar. Hidup Arjuna berada di titik terendah ketika ia baru saja lulus SMA. Satu per satu surat penolakan beasiswa datang, menutup harapannya untuk kuliah. Di saat yang sama, penyakit neneknya semakin parah, sementara hutang untuk biaya pengobatan terus menumpuk. Dihimpit keputusasaan, Arjuna memutuskan untuk merantau ke Jakarta, mencari pekerjaan demi mengobati sang nenek. Namun takdir berkata lain. Malam sebelum keberangkatannya, Arjuna menemukan sebuah kotak kayu berukir di balik papan lantai kamarnya yang longgar. Di dalamnya tersimpan cincin perak kuno dengan batu safir biru yang misterius - warisan dari kakeknya yang telah lama menghilang. Sejak menggunakan cincin itu, kehidupanNya berubah drastis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RivaniRian21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 Dinding Tak kasat Mata

Semangat Arjuna yang membuncah pagi itu perlahan tergerus oleh teriknya matahari Jakarta dan kerumitan rute menuju Universitas Nusantara Global. Setelah bertanya beberapa kali dan berganti moda transportasi umum yang menguras sebagian besar sisa uang sakunya, akhirnya ia tiba di depan gerbang kampus yang megah itu. Gerbangnya saja sudah seperti pintu masuk ke sebuah istana modern, dengan penjagaan keamanan yang ketat dan lanskap taman yang tertata apik. Arjuna menelan ludah, ransel butut di punggungnya terasa semakin berat dan mencolok.

Begitu melangkah masuk ke area kampus, dunia seolah berubah. Mobil-mobil mewah berjejer rapi di tempat parkir, beberapa bahkan dengan sopir pribadi yang menunggu di dekatnya. Mahasiswa-mahasiswi berlalu lalang dengan pakaian yang seolah baru keluar dari etalase butik ternama, beberapa berbicara dalam campuran bahasa Indonesia dan Inggris dengan aksen yang terdengar begitu berkelas. Mereka membawa tas laptop bermerek, berbincang tentang liburan ke luar negeri, atau proyek-proyek canggih. Arjuna, dengan kemeja lusuh yang warnanya sudah sedikit pudar dan celana panjang satu-satunya yang masih layak pakai, merasa seperti noktah kusam di atas kanvas yang berkilauan. Setiap langkahnya terasa berat, seolah lantai marmer yang dipijaknya ingin menolaknya.

Ia mengikuti petunjuk arah menuju Gedung Rektorat, tempat di mana ia berharap bisa mendapatkan informasi pendaftaran dan beasiswa. Semakin dalam ia melangkah, semakin kuat tatapan-tatapan aneh yang ia rasakan. Beberapa mahasiswa secara terang-terangan memperhatikannya, ada yang berbisik-bisik sambil terkikik pelan saat ia lewat, ada pula yang refleks menjaga jarak seolah ia membawa penyakit. Arjuna berusaha mengabaikannya, menundukkan pandangan lebih dalam, dan mempercepat langkah. Cincin di jarinya terasa sedikit menghangat, namun rasa gugup dan kecil hati mulai merayapinya dengan cepat.

Di lobi Gedung Rektorat yang luas dan ber-AC dingin, beberapa calon mahasiswa lain dan orang tua mereka juga terlihat. Mereka semua tampak berbeda darinya. Para orang tua mengenakan pakaian formal, para calon mahasiswa tampak percaya diri dengan map berisi dokumen di tangan, beberapa bahkan didampingi konsultan pendidikan pribadi.

Arjuna memberanikan diri mendekati meja resepsionis yang dijaga oleh seorang wanita muda berpenampilan sangat rapi dengan senyum profesional yang terasa dingin dan dipaksakan saat melihatnya.

"Permisi, Mbak... saya mau bertanya tentang informasi pendaftaran beasiswa," ujar Arjuna dengan suara pelan dan sopan, berusaha agar tidak terdengar gemetar.

Resepsionis itu menatapnya sekilas dari ujung rambut sampai ujung sandal jepitnya yang sudah usang, senyumnya sedikit memudar. "Oh, untuk beasiswa ya? Sudah cek website?" tanyanya dengan nada datar, hampir bosan, tangannya sibuk menata brosur seolah itu lebih penting.

"Sudah, Mbak. Tapi saya ingin bertanya lebih lanjut, mungkin ada formulir yang bisa diambil..."

"Semua informasi awal ada di website, Mas. Sangat lengkap. Pendaftaran juga online. Kalaupun ada formulir fisik, itu biasanya untuk tahap setelah seleksi awal dan tidak bisa diambil sembarangan," jawab resepsionis itu, kini perhatiannya lebih tertuju pada layar komputernya. Ia seolah memberi isyarat bahwa Arjuna tidak perlu berlama-lama di sana dan membuang waktunya.

Saat Arjuna masih mencoba merangkai kata untuk bertanya lagi, dua orang mahasiswi modis menghampiri meja resepsionis dari arah lain. Mereka langsung menyapa resepsionis dengan akrab, berbicara tentang kesulitan menemukan ruang seminar untuk acara klub mereka. Resepsionis itu langsung mengubah sikapnya menjadi jauh lebih ramah dan antusias, penuh senyum melayani kedua mahasiswi tersebut, meninggalkan Arjuna yang termangu, tak terlihat.

Merasa diabaikan dan semakin kecil, Arjuna mundur perlahan. Ia bisa mendengar potongan percakapan di belakangnya, kini lebih jelas dan tak lagi ditahan-tahan.

"Itu tadi siapa sih, Dit? Kok kayaknya salah masuk kampus gitu?" suara salah satu mahasiswi, cukup keras terdengar oleh Arjuna.

"Nggak tahu, paling anak dari kampung mana gitu nyasar. Mau daftar beasiswa kali, tapi ya ampun, lihat aja penampilannya. Standar UNG kan tinggi banget. Muka-muka kayak gitu mana bisa bersaing sama kita-kita," timpal temannya, diiringi tawa kecil yang sangat merendahkan. "Lagian, kalaupun masuk, emang sanggup gaulnya di sini? Bisa stres sendiri nanti."

Dada Arjuna terasa sesak, seperti dihantam batu besar. Kata-kata itu, tawa itu, begitu tajam menusuk harga dirinya. Wajahnya memanas, tangannya mengepal tanpa sadar. Ia ingin sekali berbalik dan mengatakan sesuatu, membela diri, tapi lidahnya kelu. Ia bukan hanya merasa miskin secara materi, tapi juga miskin dalam penampilan dan mungkin, di mata mereka, miskin dalam harapan dan kelayakan.

Ia berbalik dan berjalan cepat keluar dari lobi, tak lagi peduli pada tatapan orang. Hinaan itu begitu nyata dan menyakitkan. Langkahnya membawanya tanpa tujuan melewati koridor-koridor kampus yang megah. Ia melihat sekelompok mahasiswa tengah duduk-duduk di taman kecil yang rindang, tawa mereka riang. Saat ia melintas, salah satu dari mereka, seorang pemuda dengan rambut di-styling sempurna dan mengenakan jam tangan mewah, menunjuk ke arahnya dengan dagu.

"Eh, liat deh, guys," ujar pemuda itu cukup keras kepada teman-temannya, senyum mengejek tersungging di bibirnya. "Sejak kapan UNG nerima sumbangan pemulung buat jadi mahasiswa? Apa jangan-jangan dia mau nawarin jasa bersih-bersih di sini?"

Gelak tawa membahana dari kelompok itu. Beberapa bahkan menatap Arjuna dengan jijik.

"Kasihan banget sih, bajunya kayak belum ganti seminggu," timpal seorang gadis di kelompok itu. "Ini kampus elite, Bro, bukan tempat penampungan!"

Arjuna terpaku. "Pemulung masuk kampus." Kata-kata itu terngiang-ngiang, menghantamnya lebih keras dari pukulan fisik. Kakinya terasa lemas, pandangannya sedikit mengabur karena air mata yang berusaha ia tahan agar tidak tumpah. Ia ingin lari, ingin menghilang dari tempat ini. Ia merasa begitu kotor, begitu tidak pantas.

Di luar gedung, ia akhirnya menemukan bangku taman yang agak tersembunyi, jauh dari keramaian. Ia duduk dengan bahu terkulai, mencoba menenangkan gejolak di hatinya yang terasa seperti badai. Ia memandangi cincin di jarinya. Batu biru itu berkilau redup. Apakah ini pertanda ia harus menyerah? Apakah mimpinya untuk kuliah di tempat semegah ini hanyalah angan-angan kosong seorang anak desa yang naif dan tidak tahu diri? Hinaan tadi terasa begitu membekas, menggerogoti sisa-sisa kepercayaan dirinya.

Arjuna pun, memilih diam dan mulai mencari warnet, untuk memulai proses pendaftaran untuk dirinya ,

Arjuna seperti biasa memilih tempat paling ujung, tak lupa dia sempat menscan dokumen dokumen nya yang di butuhkan ,

sehingga setibanya di warnet Arjuna tinggal mengupload file file itu,

setelah selesai, Arjuna mendapatkan lembaran, bukti pendaftaran, dan tinggal menunggu hasil, dua hari kedepan, lewat akun emailnya,

setelah itu, Arjuna memutuskan untuk kembali ke kosan, karena jarak lumayan jauh,

namun entah mengapa di tengah jalan hatinya, merasa ada yang mengikutinya.

1
Aman Wijaya
lanjut terus Thor
Aman Wijaya
top markotop ceritanya Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz pooolll lanjut terus
4U2C
𝘆𝗮 𝗶𝗻𝗴𝗮𝘁 𝗮𝘀𝗮𝗹 𝘂𝘀𝘂𝗹𝗺𝘂 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗯𝗶𝗮𝗿 𝗽𝗮𝗿𝗮 𝗿𝗲𝗮𝗱𝗲𝗿 𝘀𝘂𝗸𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗰𝗮 𝗸𝗶𝘀𝗮𝗵𝗺𝘂..
4U2C
𝗷𝗮𝘂𝗵𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗼𝗻𝗴𝗹𝗼𝗺𝗲𝗿𝗮𝘁 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝘀𝗲𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝘀𝗲𝗻𝗱𝗶𝗿𝗶 𝗷𝗮𝗱𝗶 𝘀𝗼𝘀𝗼𝗸 𝗸𝗼𝗻𝗴𝗹𝗼𝗺𝗲𝗿𝗮𝘁 𝘀𝗲𝘀𝘂𝗻𝗴𝗴𝘂𝗵 𝗻𝘆𝗮,,𝗶𝘁𝘂 𝘀𝗲𝗺𝘂𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗽𝗲𝗿𝘀𝘂𝗹𝗶𝘁𝗸𝗮𝗻 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽𝗺𝘂 𝗻𝗮𝗻𝘁𝗶𝗻𝘆𝗮,,𝗹𝗶𝗵𝗮𝘁 𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗮𝗽𝗮-𝗮𝗽𝗮 𝘀𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗮𝗱𝗮 𝗺𝘂𝗻𝘀𝘂𝗵𝗺𝘂 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗱𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮-𝗱𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮..𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽𝗹𝗮𝗵 𝗿𝗲𝗻𝗱𝗮𝗵 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝗯𝗮𝗻𝘁𝘂 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗻𝘁𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝘂𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗮𝗺𝗽𝘂..𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝗴𝗶𝘂𝗿 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮 𝗿𝗮𝘆𝗮..
4U2C
𝗽𝗮𝗰𝗮𝗿 𝗺𝗶𝗮 𝗥𝗜𝗔𝗡 𝗱𝗶𝗮𝗺𝗯𝗶𝗹 𝗦𝗜𝗡𝗧𝗔 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗸𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗗𝗜𝗢𝗡,,𝗮𝗽𝗮 𝗮𝗱𝗮 𝗵𝘂𝗯𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗗𝗜𝗢𝗡 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗠𝗜𝗔 𝘆𝗮,,𝗱𝗮𝗻 𝗹𝗮𝗴𝗶 𝗸𝗲𝗺𝗮𝗻𝗮 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗽𝗲𝗻𝗴𝗮𝘄𝗮𝗹 𝗶𝗯𝘂 𝗟𝗜𝗔𝗡𝗔 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗠𝗜𝗔,,𝗺𝗲𝗹𝗮𝗺𝘂𝗻,𝗮𝗽𝗮 𝗺𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗺𝗲𝗹𝗼𝗻𝗴𝗼..𝗮𝗸𝘂 𝘀𝗮𝗿𝗮𝗻𝗸𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝘂𝗮𝘁 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗱𝗲𝗸𝗮𝘁 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮 𝘀𝗲𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮..𝗺𝗮𝘂 𝗻𝘆𝗮𝗸 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮 𝗮𝗷𝗮 𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗸𝗲𝗿𝗮𝘀,,𝗱𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗽𝗮𝘁𝗶 𝗴𝗮𝗱𝗶𝘀 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮,,𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗠𝗜𝗔 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗔𝗨𝗟𝗜𝗔,,𝗽𝘂𝘁𝗿𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮..
agus purnomo
kopi lagi suhu
Aman Wijaya
lanjut terus Thor semangat semangat ditunggu lagi updatenya 💪💪💪 sehat selalu untukmu Thor sehingga bisa berkarya terus
Aman Wijaya
Arjuna rasa disidak seperti seorang terpidana lanjut terus Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz pooolll Thor 💪💪💪
Aman Wijaya
babat semuanya Juna jangan beri ampun bikin mereka semua tidak bisa bangun
Aman Wijaya
top top markotop lanjut terus Thor semangat semangat semangat
Aman Wijaya
lanjut terus Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz jooooz pooolll Thor lanjut terus
Rita Natalia
Dion siapa ya ?
Achmad
ayo Thor lanjut semangat jangan kendor
Achmad
semangat Thor lanjut semangat
Achmad
semangat Thor lanjut semangat Thor
Achmad
bagus Thor lanjut semangat
agus purnomo
kopi dini hari suhu biar mata fokus update
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!