NovelToon NovelToon
Cinta Yang Tak Pernah Ia Sangka

Cinta Yang Tak Pernah Ia Sangka

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Cintapertama
Popularitas:703
Nilai: 5
Nama Author: Ayunda nadhifa akmal

Rio seorang master chef yang menyukai seorang wanita penyuka sesama jenis
bagaimana perjuangan Rio akankah berhasil mengejar wanita yang Rio cintai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayunda nadhifa akmal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 2

Aku terbangun dari tidurku, masih dengan rasa berat di kepala. Kulirik jam di nakas—pukul enam pagi sudah lewat beberapa menit. Aku mengembuskan napas panjang, bangkit perlahan, lalu bersiap untuk bekerja.

Perutku meronta seperti protes keras. Dalam perjalanan, aku meminggirkan mobil dan berhenti di tempat biasa: nasi uduk Mpo Rita. Aroma gurih langsung menyapa begitu aku duduk.

Aku makan dengan lahap, seperti orang yang sudah lama tak menyentuh makanan rumahan.

“Ini teh hangatnya, Rio,” ujar Mpo Rita.

“Terima kasih, Mpo.”

Setelah makan, aku menyalakan rokok. Asapnya naik perlahan, menenangkan pikiranku yang mulai sibuk memikirkan pekerjaan.

“Masih banyak, Mpo, nasi uduknya?”

“Sepuluh porsi lagi. Sebentar juga habis itu.”

“Alhamdulillah. Semoga cepat habis.”

Mpo lalu menggodaku seperti biasa. Aku menanggapinya sambil terkekeh, begitu juga dia. Percakapan kecil kami terasa hangat, seperti rutinitas yang tak pernah gagal membuat pagi lebih ringan.

Setelah membayar, aku kembali ke mobil. Seseorang menggoda aku dengan menyebut nama Darmaji, dan aku hanya mengacungkan jari tengah sambil tertawa kecil.

---

Di hotel, aku langsung berkutat di dapur. Panas uap masakan menyelimuti tubuhku, tapi aku sudah terbiasa. Ini hidupku—hiruk pikuk dapur yang tak pernah berhenti.

Saat istirahat, aku berjalan keluar dapur, menghirup udara yang sedikit lebih sejuk. Tanpa sengaja, mataku menangkap sosok seseorang—seorang wanita tomboy sedang berjalan sambil membawa minuman.

Aku berhenti. Entah kenapa, pandangan mata ini mengikuti gerakannya.

“Kenapa, Rio?” tanya temanku.

“Itu siapa?”

“Bartender. Kenapa? Naksir, ya?”

Aku refleks menjauhkan kepala. “Enggak lah. Kenapa aku harus naksir… dia?”

Temanku tertawa kecil. “Hati-hati, lama-lama kamu jatuh cinta.”

Aku hanya mendengus. Tidak mungkin. Dia terlalu… berbeda dari bayanganku tentang wanita yang menarik.

Tapi tetap saja, langkahnya tadi, cara dia membawa gelas, bahkan cara rambutnya jatuh di bawah topi—semuanya sempat membuatku menatap lebih lama dari seharusnya.

Aku pura-pura tak peduli.

---

Sore hari, saat aku hendak pulang, aku tak sengaja berpapasan dengannya di lorong. Tubuh kami sedikit bersentuhan.

“Maaf, nggak sengaja,” ucapku cepat.

Dia menoleh, tatapan matanya menusuk. “Dasar pria aneh.”

Aku berhenti sejenak. Ada sesuatu di tatapannya… sesuatu yang membuat dadaku hangat, meski ucapannya jelas bernada mengejek.

Aku berbalik, refleks membalas, “Aku aneh? Kamu itu wanita tapi gayanya…”

Dia mengangkat dagu, tatapannya membakar. Dan di momen itu—tanpa sadar aku memperhatikan wajahnya lebih lama dari kata-kata yang ingin kulontarkan.

Ada garis halus di rahangnya yang indah. Matanya tajam, tapi menyimpan kilau yang entah kenapa menarik.

Aku belum sempat berpikir lebih jauh saat dia mendorong tubuhku. Aku menahan keseimbangan, lalu tanpa sadar memepetnya ke dinding. Terlalu dekat. Terlalu intens.

“Apa? Mau ku cium sekalian?” ucapku, entah dari mana keberanian itu muncul.

Dia menatapku dengan kemarahan yang tercampur sesuatu yang tak bisa kujelaskan.

“Cih. Tak sudi aku disentuh kamu.”

Aku tersenyum kecil—senyum yang bahkan tak kumengerti sendiri. Ada getaran aneh di dadaku. Antara tantangan… dan rasa penasaran.

“Nanti kamu jatuh cinta,” gumamku sambil mengambil topi di kepalanya.

Ekspresinya berubah seketika. “HEY!”

Dia mengejar. Aku kabur sambil tertawa—bukan tawa mengejek, tapi tawa yang muncul dari ketegangan yang entah kenapa membuatku… hidup.

Aku bersembunyi di balik tembok, mengintip. Dia terlihat mencari, wajahnya jelas kesal. Tapi di mataku—dia terlihat berbeda. Lebih manusia. Lebih… menarik dari yang mau aku akui.

Aku berjalan cepat ke parkiran dan pulang.

---

Di rumah, aku menatap topinya. Warna gelapnya, bentuknya yang simple, dan aroma maskulin bercampur parfum lembut entah apa.

“Sebenarnya… siapa namamu?” batinku.

Aku menyimpannya di nakas. Tanganku berhenti di udara lebih lama dari biasanya, seolah enggan melepaskannya.

Entah kenapa, topi itu membuatku ingin tahu lebih banyak tentang pemiliknya. Tentang tatapan tajamnya. Tentang suara pendeknya. Tentang caranya marah.

Aku memotret topi itu.

Lalu mengunggahnya ke aplikasi hijau.

Tak tahu kenapa kulakukan itu. Mungkin hanya ingin… dia melihatnya.

Atau agar aku punya alasan jika dia mencari ku besok.

Entahlah.

Yang jelas… ada sesuatu yang mulai berubah.

Aku tahu cewek tomboy itu pacar alana yang kemarin aku ikuti mobilnya,aku tertarik dengan Alana gadis cantik dan seksi itu.

Tapi entah kenapa aku lebih tertarik mengenal sosok gadis tomboy itu,aku memandangi topi berwarna hitam beraroma maskulin.

Aku bergegas membersihkan tubuhku yang penuh keringat,aku terbiasa tidur dengan tubuh yang bersih.

Aku merasakan aliran air hangat yang membasahi tubuhku,aku mulai menggosok setiap inci tubuhku dengan sabun.

Ku ambil handuk untuk mengeringkan rambutku yang basah oleh air,aku segera memakai pakaianku kembali.

Aku melihat gawaiku untuk mencari inspirasi makanan yang sedang viral saat saat ini, sebagai kepala chef aku harus banyak ide baru,agar pelanggan di hotelku tidak bosan dengan masakan yang tersaji.

Aku mescroll hp ku,aku membuka aplikasi video,aku juga butuh hiburan saat pulang kerja.

mataku terasa mulai berat,dengan segera aku menyimpan gawaiku di nakas dan menarik selimutku kembali,aku tertidur dengan pulas.

saat pagi tiba...

Aku melihat jam di dinding baru saja menunjukkan pukul setengah enam pagi, bergegas aku berolahraga sedikit agar tubuhku lebih fit dan bugar.

Setelah cukup aku berolahraga,aku bergegas menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi tak lupa kopi hitam hangat yang selalu menemani pagiku.

Aku membuat roti bakar dengan selai nanas dan kopi hitam panas,

Rio menggigit roti bakarnya.

Hangat.

Sederhana.

Tapi entah kenapa terasa seperti sarapan yang menenangkan luka-luka kecil yang tidak ia ceritakan ke siapa pun.

Ia menyesap kopi hitamnya.

Pahit.

Tapi pahit yang tidak membuat marah.

Pahit yang membuat dada terasa lebih lega.

Rio menatap kursi di seberangnya.

Kosong.

Seperti biasanya.

Ia mengambil gigitan terakhir roti, meneguk kopi yang masih mengepul tipis, dan menatap pagi yang pelan-pelan membuka pintunya.

Hari itu belum menjanjikan apa-apa.

Tapi untuk pertama kalinya, Rio merasa seperti…

ada sesuatu yang sedang menunggu menyapanya.

Entah apa.

Entah siapa.

Tapi pagi itu terasa sedikit berbeda.

Sedikit lebih hangat.

Sedikit lebih bernada.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Rio melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang,ia menuju hotel tempatnya bekerja.

tapi sebelum menuju dapur,ia mengintip bar hotel,tampak gadis tomboy itu sedang sibuk dengan pekerjaannya.

dengan wajah yang tampak make up,tapi membuatku lebih menarik,aku terkejut saat ada seseorang yang menarik tanganku.

"sejak kapan dapur hotel pindah ke sini chef"

aku benar-benar begitu malu sekali,wajahku seketika memerah,aku bergegas menuju dapur hotel.

Staf dapurku tertawa terbahak bahak melihat ku.

"ciee,yang sedang jatuh cinta"ledek mereka padaku,di barengi dengan gemuruh tawa.

Aku hanya bisa mengaruk kepalaku yang tak gatal.

1
Dede Jangkung
mulai jatuh cinta
Blueberry Solenne
wah berarti sudah mapan ni
Dede Jangkung
bagus,semangat
Alna
salam kenal juga🙏
Alna
karena sekarang akhir zaman, jadi kita akan kembali ke zaman jahiliyyah kalo gak salah
Alna
mksud saya banyak temen saya yg buci
Alna
kalo aku biasa aja karena banyak yg jadi buci
Alna
gimana kalo sama adikku😬
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!