Pencopet Cantik

Pagi menjelang Rania sudah bersiap untuk berangkat kerja. Dia bangun lebih awal agar segera sampai ke kantor.

Jam menunjukkan pukul setengah tujuh saat Rania telah tiba di kantor nya. langkahnya mantap menuju ruangan OB dan mengganti bajunya dengan seragam kerja.

Setelah selesai dia bergabung dengan rekan yang lain. Pagi ini Rania bersama Nindy kembali di tugaskan membersihkan seluruh ruangan di lantai lima belas, ruangan paling atas, dimana Ruangan Tomi berada.

Dengan membawa perlengkapannya Rania melangkah memasuki ruangan Tomi. Dia merogoh sakunya. Dan meletakkan dompet Tomi diatas mejanya. Kemaren dia sudah berjanji untuk mengembalikannya, namun karena pekerjaannya yang menumpuk dan hari sudah sore jadi dia baru mengembalikannya pagi ini.

Rania telah selesai membersihkan ruangan Tomi. Menutup pintunya dan berjalan menuju ruang meeting. Di depan pintu seorang gadis cantik berambut panjang dengan pakaian kerja seksi serta make up tebal menunggunya.

"Hei, kau anak baru, Sini!!" panggilnya.

Rania menoleh kearah wanita yang memanggilnya. "Ada apa Bu?" tanya Rania sopan.

"Sejak kapan aku jadi ibumu!!" bentak wanita tersebut.

"Aku peringatkan padamu, jangan coba coba kau dekati Dimas, dia itu pacarku, paham!!!" bentak Tasya Manager divisi keuangan.

"Maaf mbak, tapi saya tidak mengerti maksud mbak? dan saya tidak ada hubungan apapun dengan Dimas. " jawab Rania.

"Tidak usah bohong, aku tahu kau coba mendekati Dimas. Gadis kampung seperti mu bermimpi jadi Cinderella dengan memacari pria kaya. Harusnya kamu ngaca Dimas Tidak cocok denganmu, dia itu pacarku, Ingat P a c a r k u." ucap Tasya dengan penuh penekanan di kata pacarku.

"Jadi jauhi dia." lanjutnya. Setelah bicara Tasya pergi meninggalkan Rania sendiri.

"Dasar gadis sinting." ucap Rania. Dia melanjutkan pekerjaannya.

...****************...

Hari ini Tomi tidak datang ke kantornya, dia kembali ke kantor Radit. Seperti biasa melaksanakan tugasnya menjadi asisten pribadi Radit.

"Siang dit," sapa Tomi pada Radit. Dia melangkah masuk dengan membawa beberapa berkas ditangannya.

"Kenapa kau ada disini, bukankah kau kembali ke kantor Papa mu?" tanya Radit heran.

"Apa maksud mu?? Kau memecat ku??? Setelah apa yang aku lakukan padamu, kau ingin membuang ku???" ucap Tomi marah.

"Bukan, bukan seperti itu, aku pikir kau akan lama di kantor Papa mu, karena perusahaan keluarga mu juga butuh perhatian. Apalagi Papa mu sedang berada diluar negeri." ucap Radit cepat, karena dia lihat sepertinya suasana hati Tomi sedang tidak baik.

"Semua urusan kantor sudah beres. Aku hanya perlu membaca laporan dari sektretaris ku, Juan. Dia sungguh bisa dia andalkan." ucap Tomi membantah.

"Kenapa kau tidak coba kembali ke rumah dan menerima perjodohan itu. Siapa tahu gadis itu cantik, baik dan cocok untuk mu.!!" Ucap Radit..

"Apa kau pikir aku tidak bisa mencari pasangan ku sendiri. Hingg harus di jodohkan." Ucap Tomi dan mendengus kesal.

Amarahnya selalu naik jika membahas tentang perjodohan. Papa nya bahkan mengatakan akan mengusirnya dari rumah dan memutuskan hubungan dengannya jika dia menolaknya.

Ancaman orang tua Tomi ternyata tidak mempan, sebelum ayahnya mengusirnya, Tomi telah lebih dulu keluar dari rumahnya dan memilih tinggal di apartemen.

Tomi keras kepala, dia menolak perjodohan tersebut. Dan dia akan membuktikan jika dia juga memiliki pasangan dan bersiap untuk menikah. Tapi siapa , hingga saat ini Tomi belum juga menemukannya.

"Kok malah bengong?" ucap Radit membuyarkan lamunan Tomi.

"Aku akana kembali nanti, kau tidak perlu khawatir." jawabnya cepat.

"Tomi, kita ini berteman sejak lama. Dan aku tahu betul siapa dirimu dan betapa keras kepalanya kau. Tapi ingatlah, paman sudah tua, siapa lagi yang akan meneruskan usahanya jika bukan kau? Apa kau ingin perusahaan Papa mu yang susah payah di bangun hancur karena keegoisan mu?" tanya radit.

"Aku tahu kau menolak perjodohan itu, tapi kan bisa di bicarakan baik baik. Paman hanya ingin kau segera menikah, dia sudah tua dan sudah waktunya dia pensiun dan menjaga cucu. Pikirkanlah" ucap Radit.

Kata kata Radit ada benarnya, dan Tomi mengakui itu, tapi dia juga berhak menentukan pilihannya. Ini hidupnya dan menikah bukanlah hal main main.

"Kalau aku kembali ke perusahaan ku, siapa yang akan membantumu?" ucap Tomi.

"Ada Farel dan staf lainnya. Kau tenang saja, aku bisa mengatasi nya. Jika aku terbentur dan membutuhkan bantuan mu, aku pasti akan menemui mu." ucap Radit lagi.