Galuh yang difitnah oleh penduduk kampung dan dibuang dihutan larangan, hutan yang menyimpang segudang misteri.
Dapatkah galuh membalaskan dendam dan menemukan dalang dari orang yang menghasut penduduk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Pergi ke desa
Galuh hanya menunduk dan segera beranjak ke kamarnya, setelah saras menyampaikan maaf dari bu minah. Ia berencana besok pagi akan menemui bu minah secara diam-diam.
"Sebaiknya aku menemui bu minah besok pagi." Ucap galuh bersungguh-sungguh, keputusannya sudah bulat untuk menemui bu minah esok pagi.
Tak lama hujan turun dengan derasnya, sampai malam tiba hujan tak berhenti juga, setelah makan malam saras dan galuh segera masuk ke kamarnya masing-masing dan segera tidur.
***
Pagi harinya...
Galuh sudah bangun dan segera pergi menuju kearah dapur dan menimba air didalam sumur untuk mandi. Setelah selesai menimba galuh segera mandi.
"Sebaiknya aku langsung pergi, kemana saras ini." Ucap galuh yang seraya mencari keberadaan saras digubuk itu, tetapi tak ketemu.
"Saras, saras dimana kamu, sarass." Teriak galuh, tetapi tak ada sautan sama sekali.
"Hmm dia itu, sebenarnya kemana sih? Paginya sudah hilang, malamnya baru kembali." Ucapan galuh dengan bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
"Sebaikanya aku segera pergi, supaya sebelum sore aku sudah ada dirumah." Lanjut galuh, ia segera melangkah keluar gubuk itu.
Galuh saat ini sudah berada dihutan, ia segera menelusuri jalanan yang bisa langsung tembus kebelakang rumah bu minah. Saat ini bu minah sedang menimba air untuk mencuci piring dan pakaian yang sudah menumpuk. Tiba-tiba semak- semak yang berada tak jauh darinya bergerak, ia menjadi waspada, takut itu adalah bintang buas.
"Siapa itu.?" Teriak bu minah, kebetulan rumahnya jauh dari tetangga, jadi tak akan ada yang mendengar jika ia berteriak tadi.
"Saya bu." Sahur galuh yang langsung keluar dari semak-semak. Hal itu membuat bu minah membulatkan matanya.
"Galuh, galuh ini kamu nak?." Tanya bu minah dengan mata berkaca-kaca dan segera memeluk galuh.
"Iya bu." Sahut galuh dengan mengangguk.
"Kamu kemana saja galuh? Maaf kan ibu yang tak menolongmu waktu itu, kamu pun tau warga disini bertindak sesukanya." Ucap bu minah dengan sedih karna ia tak bisa menolong galuh dan ibunya.
"Ayo masuk, nanti warga melihatmu dan menghakimu lagi." Lanjut bu minah untuk masuk kerumahnya, galuh segera mengikuti bu minah. Setelah sampai didalam bu minah segera menyuguhkan teh panas kepada galih.
"Aku selama ini tinggal dihutan bu." Sahut galuh dengan penuh senyuman.
"Syukur lah." Ucap bu minah dengan tersenyum dan memegang tangan galuh, ia tak mau banyak bertanya.
"Bu, apa benar ibu saya tidak kelihatan sejak malam itu?." Tanya galih dengan sedih, padahal ia ingin sekali bertemu dengan sang ibunda.
"Benar galih, bahkan saat saya pergi pagi-pagi sekali saya sudah nggak ada melihat keberadaan ibu kamu." Jawab bu minah seraya menarik napas dalam.
"Maaf kan ibu galih, ibu gak bantuin kalian malam itu." Lanjut bu minah dengan sedih.
"Sudah lah bu, semuanya sudah terjadi toh? Mau bagaimana lagi." Ucap galuh dengan menarik napas dalam. Mereka larut dalam pikiran masing-masing.
"Kamu sudah makan, galuh?." Tanya bu minah yang membuyarkan lamunan galuh.
"Belum." Sahut galuh seraya menggelengkan kepalanya.
"Ayo, kita makan bersama kebetulan ibu sudah masak pagi tadi." Ajak bu minah, mereka segera makan siang. Saat galuh menoleh kearah jam yang tertempel di dinding, seketika ia membulatkan matanya. Ternyata sudah jam 4, ia sudah lama berada dirumah bu minah padahal ia merasa baru berapa menit saja.
"Aneh." Ucap galuh dalam hati.
"Ada apa galuh?." Tanya bu minah yang melihat raut wajah galuh yang berubah.
"Tidak ada bu, aku harus segera kembali hari sebentar lagi akan malam." Ucap galuh yang pamit kepada bu minah, ia tahu perjalanan untuk kehutan tak sebentar, melainkan memerlukan waktu sekitar 2 jam lebih untuk sampai kerumah gubuk saras.
" Hmm, baiklah galuh kamu hati-hati." Ucap bu minah yang berat melepaskan galuh untuk pergi, tapi apa boleh buat disini pun galuh tidak aman.
Galuh segera pergi lewat belakang rumah yang langsung tembus ke arah hutan larangan itu, saat perjalan pulang ia melihat seorang wanita paruh baya yang memandang nya dari jauh, galuh segera menyipit kan kedua matanya, wanita itu seperti ibunya tapi galuh tak yakin karena cara berpakaian pun beda, wanita itu memakai kebaya dan jarik, sedangkan sang ibu hanya menggunakan daster lusuh. Ia segera melanjutkan perjalanannya.
Tak lama galuh pun sudah sampai digubuk saras tanpa halangan, ternyata saras belum kembali sama sekali. Pria itu segera masuk kedalam dan menyala kan obor, ia membuat makan malam. Saat galuh sedang menanak nasi, suara saras mengejutkan galuh.
"Galuh, sedang apa kau?." Tanya saras yang mengejutkan galuh.
"Saras, bisa tidak kalo muncul itu jangan tiba-tiba? Bikin kaget aja." Jawab galuh dengan kesal.
"Aku lagi menanak nasi buat makan malam." Lanjut galuh. Saras hanya diam saja dan segera berlalu kearah kamarnya. Galuh hanya menggaruk kepalanya yang nggak gatal, ia merasa aneh dengan sikap saras tapi ia tak ambil pusing.
Tak lama nasi pun masak dan galuh segera memanggil saras untuk makan bersama. Setelah selesai makan, galuh segera memberesekan tempat makan tadi dan segera istirahat ke kamar.
"Aku masih penasaran, kemana sebenarnya ibu pergi?." Gumam galuh, ia bertekad untuk pergi kerumahnya untuk mencari ibunya. Saras pun tak sadar jika galuh seharian ini pergi kedesanya.
****
Ke esokan paginya, galuh sudah bangun dan lagi-lagi tak mendapati saras, ntah kemana gadis itu. Galuh tak ambil pusing, ia segera pergi mandi dan akan segera pergi ke desanya dengan cara menyamar. Pria itu menggunakan baju lusuh dan celana sobek-sobek serta memakai caping.
Ia segera pergi ke arah desa, tetapi tak melewati jalan belakang rumah bu minah, ia melewati jalan setapak yang mengarah ke sungai yang tak jauh dari rumahnya. Galuh memandangi rumahnya yang sudah tak ter urus. Ia segera mendekat dengan cara mengendap-ngendap, untung pintu belakang tak terkunci dan galuh segera masuk kedalam rumahnya.
"Kotor sekali, berarti benar yang dibilang bu minah." Ucap galuh yang menutup hidung karena banyaknya debu.
Pria itu segera mencari barang yang menurutnya bisa dijadikan petunjuk kemana ibunya pergi. Tapi nihil, galuh tak mendapati apa- apa, ia akan segera pergi. Tiba-tiba, Bughhh, suara benda jatuh yang ternyata sebuah kotak kayu yang terkunci, galuh yang penasaran segera mengambil kotak itu dan mencari kuncinya.
"Kotak apa ini? Aku nggak pernah melihatnya mana terkunci lagi." Ucap galuh yang segera mencari kunci kotak tersebut. Tak lama galuh menemukan sebuah anak kunci yang sangat kecil, ia yakin jika itu adalah kunci kotak tersebut. Ternyata benar, tak lama kotak tersebut terbuka dan galuh segera melihat isinya yang ternyata berisi secarik kertas, dan foto serta sebuah kunci lagi.