Gita merasakan jika berada didekat suaminya merasa sangat emosi, dan begitu juga dengan sang suami yang selalu melihat wajah istrinya terlihat sangat menyeramkan.
Setiap kali mereka bertemu, selalu saja ada yang mereka ributkan, bahkan hal.sepele sekalipun.
Apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Apakah mereka dapat melewati ujian yang sedang mereka hadapi?
Ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tujuh
Allahu Akbar Allahu Akbar...
Kembali suara adzan terdengar saat Gita masih sibuk dalam renungannya. Waktu subuh telah tiba.
Nyuuuut
Gita tiba-tiba membeliakkan kedua matanya saat merasakan denyutan yang sangat begitu sakit dibagian organ intinya. Rasa sakit itu semakin begitu kuat dan membuatnya kembali terpekik menahan rasa yang tak dapat ia ungkapkan dengan kata-kata.
Ia terjerembab dilantai, lalu bergulingan dengan tangannya yang memegangi alat vitalnya yang terus berdenyut bagaikan dirajam dengan pisau yang sangat tajam.
Saat bersamaan, ia melihat jika celana dalamnya basah oleh cairan pekat darah dan juga nanah yang bercampur dengan aroma busuk yang sangat begitu kuat.
"Ya Rabb, sakit banget." ia menggigit bibirnya dan juga menekan alat vitalnya yang terada sangat panas, perih, dan sakit yang luar biasa.
Tak hanya sampai disitu, tiba-tiba saja kepalanya juga berdenyut dan membuatnya semakin tak berdaya.
Ia bergulingan dilantai dan mencoba menahan suara rintihannya agar tidak terdengar oleh Arka, sebab ia tidak ingin mendapatkan tamparan lagi.
Lantai tampak kotor oleh cairan pekat darah yang bercampur dengan nanah tersebut. Ia terus merintih dengan rasa putus asa yang begitu kuat.
Setelah adzan berakhir, ia kembali seperti biasa, akan tetapi, organ intinya mengalami luka parah seperti berkudis dan mengeluarkan aroma busuk.
Ia berusaha bangkit dengan kepayahan. Ia memegang tepian ranjang, dan berniat hendak mengambil wudhu, ia ingin mengadukan semua masalahnya pada sang pencipta, akan tetapi, tiba-tiba saja Raihan terpekik dan menangis histeris tanpa sebab.
Tak ingin didengar oleh Arka, Gita yang masih kondisi kesakitan, akhirnya mengangkat tubuh Raihan dan menggendongnya.
"Tenang, Sayang, tenang, ada Mama." ia mengusap punggung puteranya sembari meringis menahan sakit dialat vitalnya.
Setelah cukup lama dan waktu subuh telah berakhir, akhirnya Raihan kembali tenang, meski dengan sesenggukan.
Gita menghapus air mata puteranya, dan juga air matanya sendiri, yang mana ia harus berusaha tegar demi sang buah hatinya.
Ia mengambil kain jarik, lalu menggendong puteranya dan akan memasak untuk cateringan yang telah ia terima uangnya, dan pagi ini harus segera diantarkan.
Meskipun tubuhnya sangat lelah karena tidak tidur seharian, maka ia mau tidak mau harus menyelesaikan pekerjaannya.
Ia menanak nasi uduk. Lalu memasak sambal dan semunya dengan Raihan yang masih dalam gendongannya, bocah itu benar-benar tidak mau diletakkan dilantai, dan ia terpaksa melakukannya, meskipun pundaknya terasa sangat sakit.
Setelah menyelesaikan semuanya. Ia menyiapkan sarapan untuk suaminya. Lalu mengeluarkan motor untuk mengantarkan pesanan nasi uduk ke sebuah kantor yang menjadi pelanggannya, sebab mereka mengetahui citarasa masakan Gita sangat pas dilidah.
Ia membawa kantong kresek berukuran besar dan meletakkannya dilantai pijakan motor maticnya.
Ia mengeratkan gendongannya pada tubuh Raihan agar tidak terjatuh, lalu tanpa melihat cermin, ia bergegas pergi meninggalkan rumah. Wajahnya sangat sayu, matanya sedikit sembab, dengan ia tampak sangat kurang tidur.
Saat keluar rumah, Raihan tertidur dengan pulas, ia tampak begitu nyaman, dan hal itu membuat Gita sedikit lega.
Ia mengendarai motornya dengan kecepatan yang standar, sebab ia harus menahan keseimbangan dengan tubuh Raihan dan juga nasi kotak pesanannya.
Setibanya disebuah kantor BUMN yang ditujunya. Ia membawa kantong kresek itu dengan sedikit kesulitan.
Seorang security yang melihatnya, langsung bergegas membantunya dan membawakan kantong kresek tersebut.
"Terimakasih, Pak," ucap Gita ramah.
"Sama-sama, Bu." jawab pria itu sembari melirik pakaian Gita yang tampak ada bercak merah dibagian organ intinya.
Gita yang menyadari pandangan sang security merasa sangat malu. Ternyata ia lupa menggunakan pembalut untuk menahan cairan pekat berbau tersebut yang keluar dari liang tersebut.
Ia buru-buru berpamitan dan kembali pulang.
Jantungnya berdegup sangat kencang, dan ia sangat malu sekali. Ia merasa jika sudah mengganti pakaiannya, namun tidak menyadari jika kudis yang datang dengan tiba-tiba itu ternyata terus mengeluarkan cairan berbau busuk.
Setibanya dirumah. Ia berniat untuk menyuapin Raihan. Namun tiba-tiba saja puteranya kembali tantrum tanpa sebab dan menangis dengan suara yang terdengar nyaring.
"Diam, Sayang, diam ya" bujuknya dengan rasa lelah yang tak sanggup ia ungkapkan.
Saat bersamaan, ia mendapatkan panggilan masuk dari kantor yang telah memesan cateringnya.
Ia menggeser tombol hijau sembari berusaha menenangkan puteranya. "Ya, hallo," ucapnya sembari menggoyangkan tubuhnya untuk membuat Raihan nyaman.
"Maaf, Bu. Kami ingin mengajukan komplain, dimana nasi uduk ibu terasa basi dengan ada banyak rambut dsn pastinya tidak dapat dimakan," ucap sang penelepon yang mana suara seorang perempuan.
Seketika Gita membeliakkan kedua matanya. Ia merasa mengapa bebannya begitu berat dan cobaan yang ia terima begitu sangat tak adil.
Sontak saja ia terdiam, dan suara wanita diseberang sana tak lagi dapat ia dengarkan. Dunia serasa berputar, dan kali ini bukan Raihan saja yang menangis, tetapi ia juga turut mengucurkan air mata yang sudah tak lagi dapat ia tahan.
"Ya Rabb, apa ini?" gumamnya dengan sangat lirih. Ia mendekap puteranya dengan erat, mengecup ujung kepala Raihan dan rasa sesak didadanya membuat ia merasakan begitu sangat lelahnya hati dan fikirannya.
Ia duduk dilantai, dan menyandarkan tubuhnya didinding meja kompornya, ia membutuhkan seseorang yang dapat ia ajak untuk berbagi kesedihannya.
Saat bersamaan, Arka keluar dari kamar, dan tanpa menoleh ke arahnya, ia berangkat kerja dengan kunci mobil ditangannya.
Ia sangat begitu berbeda. Kebiasaannya yang selalu mengecup Raihan dan mengecup kening sang istri saat akan berangkat kerja tak lagi dilakukannya, ia melupakan semua hal manis yang selalu mereka lakukan.
Pria itu keluar dari rumah tanpa menyentuh sarapan yang sudah disajikannya, dan ia menuju garasi untuk pergi ke kantor.
Hati Gita semakin sakit, dan secepat itukah perubahan sang suami padanya? Ia seperti tak dianggap keberadaannya.
Terdengar suara mesin mobil menderu dihalaman depan, dan Arka sudah pergi meninggalkan rumah tanpa mengucapakan sepatah katapun.
Gita merasakan perih diperutnya, ia belum sarapan, ditambah tidurnya yang tidak nyenyak, membuat kepalanya sangat sakit.
Dengan tubuh lemah, ia tak lagi ingin memikirkan nasi uduknya yang nasi dan juga banyak rambut didalamnya, ia sudah terlalu cukup lelah untuk semuanya.
Ia beranjak bangkit dari duduknya, lalu dengan berpegangan tepian meja kompor, ia menahan tubuhnya untuk berdiri.
Ia berjalan menunu meja makan, dan menyingkap tudung saja tempat dimana ia menyimpan sarapan untuk Arka sang suami yang tak lagi bersikap peduli padanya.
Ia mencicipi nasi uduk buatannya, dan terasa basi. Bukankah ia baru saja memasaknya? Bahkan nasi itu masih terasa hangat, lalu mengapa bisa basi?
xiexiexiexie.....
anak semata wayang yang dibangga-banggakan ternyata astaghfirullah ...
tp sayang nya si Minah belum nyadar diri ttg perbuatan anak nya itu ,, kasihan nya 🤣🤣🤣
msh penasaran aku kak Siti ,,, kira-kira apa yg terjadi pd 2 jalang itu yg pingsan di hutan,, apakah msh hidup atau mereka dh pd mati yaa ❓🤔
kak Siti maaf bukan nya kondisi Gita sdg menstruasi yaa , lalu knp Gita Sholat Subuh berjamaah dg Arka ❓🤔