NovelToon NovelToon
Antara Ada Dan Tiada

Antara Ada Dan Tiada

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:451
Nilai: 5
Nama Author: Sazzzy

"Apa yang kamu bicarakan Lin Yi? A-aku sudah kotor sejak kecil haha, dan kamu, dan kalian kenapa masih tertarik pada perempuan sepertiku? Sepertinya kalian kurang berbaur ya, diluar sana masih banyak loh gadis yang lebih dariku dari segi fisik dan mental, so, kerjasama kita bertiga harus profesional ya!" Sebenarnya Safma hanya mengatakan apa yang ada dalam pikirannya, walaupun Safma sendiri tidak terlalu paham dengan maksud dari kalimatnya secara mendalam. Tidak ada airmata dari wajah Safma, wajahnya benar-benar pintar menyembunyikan emosinya.

"Safma!" Sudah habis kesabaran Lin Yi, kemudian menarik tangan Safma pelan juga tiba-tiba namun dapat membuat gadis itu terhuyung karena tidak seimbang. "Jangan bicarakan hal itu lagi, hatiku sangat sakit mendengarnya. Kamu terlalu berharga untukku, Please biarkan aku terus mencintaimu!" Lirih Lin Yi dibarengi air mata yang mulai berjatuhan tanpa seijinnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sazzzy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Linyi

Setelah mengatakan hal itu, mata River terpejam dan terdengar dengkuran halus ditelinga Safma.

Melihat kejadian itu, tentu saja Safma merasa tergelitik geli sampai tak sadar terkekeh kecil. Memiringkan kepalanya dengan pikiran besok jika River diberitahu kejadian tadi apakah reaksi lucu dari pemuda ini?

Kemudian menggelengkan kepalanya, tak mungkin ia membongkar aib teman barunya bukan. Itu terlihat jahat walaupun memang Safma jahat, lalu tangan Safma perlahan mencoba melepaskan cekalan tangan River di pergelangan tangannya.

Mendekat di kepala River, tangannya mengusap lembut surai River agar pemuda itu tak mimpi buruk lagi. Ya, siapa tahu bisa begitu. Walaupun belum ada yang membuktikan hal itu, toh di usap rambutnya adalah hal kesukaan kaum Adam?

Tapi mengusap lembut surai seseorang bukankah dapat membuat rileks? Ya, mungkin saja. Ah ... Entahlah, Safma tak mau banyak berfikir ditengah malam seperti ini.

"Aku tidak akan meninggalkanmu untuk sekarang, tapi aku tidak tahu dikemudian hari. Karena masa depan tidak ada yang tahu, karena itu nikmati saja dulu seperti ini. Aku harap kamu tidak memiliki perasaan apapun terhadapku kecuali pertemanan juga kekeluargaan. Bukan karena aku tidak mau menjadi pelarian mu, yang jelas aku terlalu buruk untuk disukai dan dicintai oleh orang tulus seperti mu dan orang lain. Jikapun kita bersama dengan jalinan kasih, akan susah untuk aku membuka hati dan jatuh cinta pada seseorang." Terus mengusap lembut surai River dengan wajah datar, "Aku tidak ingin menyakiti hati siapapun, termasuk kamu. Cukup aku yang menyakiti hatiku, tidak akan pernah ada kesempatan untuk orang lain menerima ataupun memberi rasa sakit lebih dari aku."

Sekian lama, akhirnya River terlihat nyaman dalam tidurnya. Safma beranjak pergi ke kamarnya untuk kembali tidur walaupun hanya sejam.

Pagi pun tiba, Safma meregangkan otot-otot tubuhnya yang tegang. Alarm berdering, Safma berdecih karena malah seperti dirinya yang membangunkan Alarm bukan sebaliknya. Lalu untuk apa ada alarm coba?

Bergegas menuju ke kamar mandi walaupun nyawanya belum sempurna terkumpul sepenuhnya. Terlihat sesekali ia merasakan nyeri pada jari kelingking kaki kiri yang terpentok kaki meja.

Jujur saja ia masih merasakan kantuk karena kurang tidur, ah iya lupa, sebenarnya memang ia selalu mengantuk ya.

Hoammm ...

Tuhkan, baru saja, kenapa angin buru-buru sekali keluar dari mulutnya hingga Safma menguap terus menerus. Sepertinya ia butuh udara segar, tapi ....

Kruukkk krukk

Oh. Perutnya yang lebih butuh, ya butuh asupan agar lambung didalamnya tidak berisik seperti ini.

Setelah siap dengan dirinya, Safma bergegas menuju dapur, agak kaget karena didapur sudah keduluan River yang mengambil alih dapurnya.

Si River juga sudah siap dengan seragamnya, kapan doi menyiapkan seragam itu. Perasaan tadi malam dia memakai kaos hitam dengan celana training. Apakah pemuda itu sudah menyiapkan keperluannya sejak semalam?

"Selamat pagi putri tidur." Sapa ramah River yang terdengar menjengkelkan.

Mana timing sangat tepat, bagiamana tidak. Saat River menyapa si Safma terlihat menguap beberapa kali.

"Pagi." Cuek Safma, berjalan menghampiri River yang terlihat sibuk dengan masakannya.

"Kamu duduk saja, kamu kan tuan rumah dan aku tamu." Titah River menunjuk meja makan minimalis dengan dagunya.

Terdengar ada yang salah di telinga Safma, tapi entah apa itu. Yang jelas kalimat River tadi seperti ....

"Masih pagi ngelamun apa?" Lembut River didepan wajah Safma.

"Bukan hal penting." Senyum tipis, kemudian matanya menangkap sederet piring dan mangkuk yang sudah berisi makanan yang terlihat lezat. "Chef River, terimakasih sudah mau repot-repot membuat semua ini."

Mendengar itu membuat River mencetak senyuman puas, "Makanlah masakan chef yang dimasak khusus pagi ini untukmu."

"Kita makan bersama."

"Oke."

Baru satu suapan, mata Safma terpejam menikmati rasa yang menyapa lidah perasanya. "Kamu benar-benar layak jadi chef, masakanmu sangat lezat."

"Terimakasih atas pujiannya."

Beberapa saat kemudian, Safma berdiri di pintu dengan River yang senyam-senyum gak jelas.

"Bekerjalah, kamu akan telat jika senyam-senyum seperti orang gila begini." Terdengar sedikit khawatir.

"Baiklah, aku berangkat kerja dulu." Sudah mengatakan kalimat itu, tetap saja River tak beranjak dari tempatnya.

Karena beberapa menit si River masih saja stay di tempatnya. Safma sedikit menarik sudut bibirnya, "Ya." Kemudian menutup pintunya meninggalkan River yang terkejut.

"Unik sekali teman barunya ini." Gemas River lalu beranjak dari tempatnya.

"Efek putus cinta apakah seperti itu?" Gumam Safma dengan sedikit bergidik geli seraya berjalan ke kamar untuk kembali tidur.

Ditempat lain, teman-teman yang lain heran dengan gelagat aneh River sejak masuk tadi. Entah apa yang merasuki tubuh River hingga seperti orang gila dan antusias dalam kerjanya.

"Bro, kamu salah makan?"

"Apa kamu lupa minum obat?"

"Apa kamu kehabisan obat?"

"Apa kepala kamu habis terbentur?"

"Habis putus cinta?"

Itulah deretan pertanyaan yang teman-teman River tanyakan.

Dan jawabannya hanya satu yang River berikan, yaitu 'Aku baik.'

Kembali ke apartemen Safma, gadis mungil itu tidur dengan membolak-balikkan badannya berkali-kali sampai dia berada di pinggir ranjang tanpa disadari. Lalu.

Brukk

Sakit? Iya.

Kaget? Jelas.

Kesal? Pasti.

Kenapa Safma bisa terjatuh? Padahal dia sedang mimpi indah, sangat indah karena hanya ada dirinya seorang dengan berbagai macam hal yang diinginkannya.

Perlahan Safma bangkit dari lantai, kemudian melemparkan tubuhnya ke kasur dengan tangan dan kaki direntangkan lebar-lebar. Huh.

Ada satu bakat tersembunyi Safma yang memang harus disembunyikan, karena jika dipamerkan pada orang-orang juga akan percuma sih.

Kalian tahu apa itu? Ya, lucid dreams.

Safma sangat ahli jika memainkan lucid dream, makanya dia tidak pernah bermimpi buruk sampai mengguncang kesadarannya.

Ah, tunggu.

Lucid dream?

Apakah Safma mengalami lucid dream? Dan keberadaannya disini adalah karena lucid dream yang Safma alami?

Apakah ini semua nyata atau ilusi? Benar! Kenapa ia baru terpikirkan hal ini?

Gadis itu mulai bangkit dan mencari letak cermin lalu memandangi pantulan dirinya. Bergerak random, tapi ini seperti bukan mimpi. Ditambah ia bisa melihat jam dan waktu, tapi Safma sendiri pernah sadar jika itu mimpi dan ada jam juga disana.

Ah, membingungkan, ini mimpi atau nyata? Jika ini mimpi, semua kejadian ini masuk akal terjadi karena sebelum tidur Safma sempat membicarakan River. Dan jika Safma membicarakan atau memikirkan seseorang sebelum tidur, pasti akan terbawa sampai mimpi.

Namun jika ini nyata, sungguh kejadian yang di luar nalar dan logika. Dan yang bisa dilakukan Safma adalah menjalani ini semua.

Oh, ngomong-ngomong sudah jam berapa sekarang yah? Perut terasa kosong. Lapar.

Safma akan keluar untuk mencari makan siang deh, saatnya berburu makanan halal! Let's go!

Dipojokkan meja rumah makan Indonesia, terlihat gadis sedang hikmat menyantap makan siangnya. Tanpa peduli sekitar, fokus Safma hanyalah makanan didepannya.

Entah kenapa ia merasa rindu akan kampung halamannya, padahal baru ditinggal beberapa hari.

"Hai?"

Sapa seseorang yang entah siapa, Safma pun menoleh dan mengernyitkan keningnya.

"Ya?"

Tersenyum, pemuda itu terlihat tersenyum manis dengan lesung pipinya. "Boleh duduk disini?"

"Oh ya, silahkan." Ramah Safma.

"Terimakasih."

"Iya."

"Kamu juga suka makan makanan Indonesia?" Tanya pemuda itu.

"Ya?"

"Kamu juga suka makan makanan Indonesia ya?" Ulang pemuda itu.

"Ya."

"Kalau boleh tahu, kamu asal mana?" Penasaran pemuda itu.

"Indonesia."

"Wah serius?" Shock pemuda itu membuka mata dan mulutnya. "Aku juga asal Indonesia loh."

"Oh, hai salam kenal." Kaku Safma.

"Bisa bicara bahasa Indonesia?" Tanya pemuda itu lagi.

"Of course." Yakin Safma.

Kini mereka mulai berbicara dalam bahasa Indonesia, bukan bahasa inggris lagi.

"Namaku Yudi, nama kamu siapa?" Tanya pemuda itu terdengar excited bertemu sesama warga negara asalnya.

"Aku Safma," menyambut jabat tangan Yudi.

"Nama yang indah, kamu disini liburan, sekolah, kuliah atau kerja?"

"Liburan."

"Wah, kalo aku disini sedang berkuliah menyelesaikan S2 ku," Kata pemuda yang mengenalkan diri sebagai Yudi. "Seneng rasanya bisa bertemu seseorang yang ternyata satu warga negara dengan ku." Lanjutnya.

"Kamu kuliah melanjutkan S2?"

"Benar, di universitas X."

"Sendiri atau bersama teman?" Kepo Safma.

Terlihat berfikir, "Sendiri, kuliah sambil kerja. Lumayan gajinya bisa bantu-bantu keperluan rumah sama sekolah adik."

"Kamu sandwich?" Celetuk Safma.

"Hah? Nggak, aku manusia dan mahasiswa S2 asal Indonesia." Jelasnya.

Terdengar helaan nafas panjang, "Maksudku apa kamu termasuk join sandwich?"

Mengangguk lalu menggeleng, "Kalo hal itu mau gak mau sih."

"Gapapa, kamu gak sendirian." Tersenyum manis.

"Kamu juga?" Tebak pemuda itu.

"Nggak, tapi dalam komunitas online yang aku ikuti kebanyakan dari mereka join sandwich. Jadi tetaplah semangat, kamu gak sendirian yang mengalami hal itu." Terang Safma.

"Terimakasih."

"Untuk?"

"Menyemangati ku." Jelas pemuda itu.

"Haha, santai aja. Aku udah selesai, jadi aku duluan." Safma melenggang pergi.

"Iya." Dengan rasa sedikit tak rela.

Yeah, people come and people go.

Di jalan, Safma menghentikan langkahnya tatkala sebuah kerumunan orang begitu terdengar antusias entah karena apa.

Mereka berteriak memanggil nama seseorang yang tak asing bagi Safma karena menurutnya di negara Indonesia si artis itu juga lumayan banyak fans fanatiknya. Namun Safma tak suka dengan artis itu, like idol like a fans. Dua-duanya red flag.

Apalagi artis itu terkenal karena sensasi dan kontroversinya, Safma jadi geli, ternyata tidak hanya di Indonesia. Artis sensasional itu laku dan banyak penggemarnya di manapun itu. Untung saja Safma bukan artis, dan Safma merasa beruntung akan hal itu.

Berjalan tanpa menghiraukan, Safma melewati kerumunan itu begitu saja.

"Wah, dia sangat cantik dan menggemaskan," celetuk seseorang entah siapa.

"Oh lihat, wajahnya juga sangat manis, apakah dia artis? Gadis kecil itu, aku ingin membawanya pulang." Timpal orang lain.

Dan entah kenapa Safma merasa diperhatikan secara besar-besaran, akhirnya Safma menoleh kearah, tidak, eh kerumunan itu menatap dirinya atau belakangnya ya. Tapi dirasanya tidak ada orang lain selain dirinya di sana.

Merasa takut, dengan cepat Safma berbalik dan berjalan dengan sedikit cepat juga. Jantung ikut berdetak kencang, Safma bingung kenapa bisa mereka begitu.

Safma sadar dirinya complete untuk bahan pujian orang, entah itu lawan jenis ataupun sesama jenis. Tapi ya balik lagi, Safma tidak suka jadi pusat perhatian, jadi lebih baik kabur.

Semakin jauh dan semakin kencang Safma berlari, namun saat di belokan ia menabrak seseorang.

Brukk

Segera minta maaf karena merasa bersalah, membungkukkan badannya berulang kali. "Maaf, saya minta maaf."

"Safma?" Kaget seseorang yang sedang membersihkan setelan jas kantornya.

Dipanggil ya dongak, Safma mendongakkan kepalanya dan alangkah kagetnya ia. Kenapa bisa bertemu lagi? Bukankah negara ini begitu luas ya wilayahnya.

"Kita bertemu lagi," lanjut pemuda itu.

"Lin Yi?"

"Kamu masih ingat namaku," kekek pemuda itu.

"Ah tidak, aku sedang hilang ingatan, aku juga tadi asal bicara. Maaf sekali lagi." Kemudian bangkit dari duduknya.

"Kamu lucu." Jujur Lin Yi menahan gemas.

"Em, aku pergi dulu." Safma mencoba menghindar.

Sedikit berlari dan menghalangi jalan Safma, "Tunggu," dengan sedikit ngos-ngosan. "Kamu sudah makan?"

"Sudah."

"Yah sayang sekali, padahal niatnya akan aku traktir tadi." Lesu Lin Yi diperlihatkan dengan jelas.

Tawaran yang menarik dan tentunya menghemat pengeluaran. "Tapi aku belum makan ronde kedua, jadi oke."

Senang, "Baiklah, ayo aku tunjukkan rumah makan yang cocok denganmu."

"Maaf, apa aku boleh ikut?" Sela seseorang entah siapa.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!