"Payungmu hilang, langit pun menghujanimu dengan deras, serta angin yang berhembus juga kencang, yang membuat dirimu basah dan kedinginan"
"Ternyata tidak berhenti sampai disitu saja, hujan yang deras serta angin yang berhembus kencang ikut menenggelamkan dirimu dalam banjir yang menerjang"
"Sampai pada akhirnya kamu menghilang dan yang aku temukan hanyalah luka yang mendalam"
~Erika Aura Yoana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amil Ma'nawi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gemasss
Setiap memulai harinya, selalu ada harapan yang Haura sematkan. Sederhana saja, semoga hari ini dirinya selalu di berikan kebahagiaan oleh sang maha pemberi. Waktu membawa Haura pada kehidupan yang berbeda dari orang-orang disekitarnya.
Haura POV :
Haura, nama yang bagus tapi tidak dengan takdirnya. Terkadang aku selalu bertanya-tanya, ada apa dengan hidupku? Tapi ya, inilah, inilah kehidupan yang memang harus aku jalani. Aku akan selalu mensyukuri segala kehidupanku yang seperti ini.
Aku bersyukur, karena masih ada oma, om dan tante, dan mungkin... Alvan juga. Kalian tahu? Hidup ini terlalu banyak pertanyaan, sehingga aku harus terus hidup agar mendapatkan jawaban. Di bilang sangat menyedihkan, tidak terlalu juga. Karena aku kuat, hehe...
Tentang orang tua, aku selalu bertanya pada oma. Tapi saat mendapatkan jawaban yang sama, membuatku malas untuk bertanya lagi. Entah itu jawabannya benar atau tidak, tapi aku tetap percaya dan khusnudzon saja. Terkadang aku merindukan seorang ibu atau ayah. Dari awal aku mulai mengingat diriku, tidak sedikitpun mereka terlintas dipikiran. Kelabu, ya. Warna itulah yang memenuhi isi pikiran, semua tidak terlihat, meskipun itu batang hidungnya.
Jika mereka ada di hadapanku saat ini, aku cuma mau bilang kalau aku sayang mereka. Dan jika boleh, aku juga ingin merasakan pelukan mereka, apa lagi kasih sayang dari mereka. Gak kebayang si,,, tapi kalo ngebayangin boleh kali. Saat nanti, jika suatu saat mereka pulang. Aku gak akan izinin mereka pergi, karena takut gak akan kembali.
Di bilang cape, gak terlalu si. Karena ini belum seberapa, karena aku percaya dengan hasil yang sudah menungguku di depan sana. Mereka bilang, tunggu saja sampai mereka pulang. Yaudah, mama, papa Haura nungguin kalian pulang disini. Haura gak akan nyerah, karena nanti gak ketemu sama kalian. Peluk jauh...
Saat ini, Haura tengah berada di roof top sekolahnya. Ia melihat pemandangan gunung, yang sangat jauh di depannya. Angin sepoi-sepoi menyapu kulit wajahnya yang putih bersih. Hijab segiempatnya juga bergoyang terkena angin.
Kesendirian membuat Haura nyaman untuk saat itu. Ya, terkadang seseorang membutuhkan banyak waktu untuk sendiri, dan tidak ingin di ganggu. Karena terkadang, kesendirian itu menjadi teman yang lebih baik dari teman kita yang selalu berpura-pura baik padahal berhati busuk.
"Hai" Sapa seseorang, yang baru saja berdiri di samping Haura. Haura menoleh sekilas, dan kembali melihat ke arah depan, setelah tau siapa orang itu. Haura, hanya diam dan kembali sibuk dengan pemandangan di hadapannya.
"Lo, apa kabar? Udah sembuhkan, luka yang waktu itu?" Tepat sekali, dialah orang itu, Syathir. Syathir bertanya sambil melihat ke arah yang Haura lihat saat ini.
Haura hanya menjawab dengan anggukkan, ia hanya malas saja untuk berbicara dengan lawan bicaranya. "Nama lo, Haura kan?" Syathir mencoba untuk memancing Haura agar melihat ke arahnya.
Dan rencananya itu berhasil, Haura melihat ke arah Syathir. "Kok, tau?"
"Hhe, gua cuma tau dari pelatih kita aja" Alis Haura mengerutkan alisnya, mungkin Haura belum ingat kembali dengan Syathir yang waktu itu menjadi pasangannya di turnamen satu minggu yang lalu.
"Kita belum kenalan ya? Kenalin, nama gua Syathir" Syathir mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Haura. Tapi, tidak dapat balasan dari Haura. Kemudian ia kembali menariknya.
Syathir menghela nafas dan kembali berdiri di samping Haura. Syathir merasa aneh dengan Haura, waktu sedang bertanding saat itu Haura biasa saja pada dirinya. Tapi kali ini berbeda, Haura tidak banyak bicara dan terlihat murung.
"Lo baik-baik aja, kan?"
"Baik" Jawabnya singkat.
"Gua suka cara lo main, kemarin. Makasih udah kasih tau gue, sampai kita menang. Oh, ya. Selamat juga, karena lo udah jadi mpv di kategori voli" Haura tidak tau harus memberikan ekspresi seperti apa pada Syathir, jadi dia hanya memilih untuk diam, pura-pura tidak mendengar.
Syathir merasa sangat canggung, saat di diamkan seperti ini oleh Haura. Dan baru kali ini dia bertemu dengan gadis pendiam seperti Haura. Syathir tidak tau bagaimana caranya, agar mereka bisa berbicara dengan normal. Tapi dia berusaha sebisa mungkin.
"Lo suka gua? Em-maksudnya, lo suka lihat pemandangan?" Haura menoleh, saat mendengar Syathir bicara dengan gugup. "Suka"
"Oh, gua juga suka. Itu maksudnya" Syathir menggaruk belakang kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
"Suka awannya" Lanjut Haura.
"Oh, sama. Gua juga suka, suka orang yang suka awan" Syathir tidak ingin menunggu lama, dia to the poin berharap Haura akan peka dengan apa yang dia katakan barusan.
"Oh..." Dan jawaban dari Haura membuat Syathir bingung. Ternyata orang yang dia sukai memiliki sifat sedingin itu. Selama ini, Syathir selalu mendapat perhatian lebih dari semua wanita yang ada di sekolah laksmana, tetapi kini ada satu wanita yang terlihat biasa saja terhadapnya. Syathir mulai tertarik, dan ingin membuat Haura seperti wanita-wanita lain yang mengagumi dirinya.
"Lo udah pacar?"
"Pacar? Siapa?" Haura belum mengerti dengan apa yang Syathir katakan. "Ya, lo. Udah punya pacar atau belum?" Haura malah semakin tidak mengerti dengan perkataan Syathir. Masalahnya, Haura seperti baru mendengar kata PACAR kali ini, dan itu dari Syathir.
"Pacar itu, siapa? Atau apa?" Seketika itu, Syathir membuka mulutnya. Dia tidak percaya, kalau Haura saja tidak tahu apa itu pacar. Syathir hanya menertawakan Haura yang saat itu masih kebingungan.
"Lo? Lo gak tau pacar? Hha, lucu si. Oke, jadi gini. Pacar itu adalah orang yang menjalin hubungan sama lo, karena unsur perasaan, misalnya gua cinta sama lo, gua punya perasaan sama lo dan kita pacaran. Otomatis, lo jadi pacar gue dan gue jadi pacar lo"
Mata Haura menyipit, sepertinya masih ada perkataan yang belum dia mengerti dari penjelasan Syathir. "Bentar, cinta? Cinta itu, nama kamu ya? Kan kamu laki-laki, kok namanya cinta?" Lagi dan lagi Syathir di buat tidak percaya, ia sedikit frustasi tetapi tetap sabar untuk menjelaskannya pada Haura.
"Ya, bukanlah. Cinta itu, adalah perasaan yang tidak bisa di ucapkan oleh lisan, tidak bisa di lihat oleh mata dan tidak bisa di dengar oleh telinga, melainkan hanya bisa di rasakan oleh hati" Ucapnya menjelaskan, berharap kali ini Haura mengerti.
"Berarti, cinta itu adanya di dalam hati?"
"Nah, iya. Bener banget"
"Gak ada disini, berarti?"
"Gak gitu" Syathir sudah beberapakali mengusap kepalanya. Ia benar-benar gemas, sepertinya Syathir semakin suka kepada Haura. Kini Syathir diam dan memperhatikan Haura yang terlihat sangat cantik. Syathir tidak menyangka, bahwa dia telah jatuh hati pada gadis yang tidak tau apa itu pacar dan cinta.
Tanpa Syathir sadari, ternyata tatapannya itu membuat Haura tidak nyaman. Karena Haura tidak pernah di tatap sampai segitunya oleh lawan jenisnya.
Kalau suatu saat gua dapatin lo, gue bakal bangga banget, karena gua sendiri juga gak bakalan nyangka kalau gua dapatin cewek kayak lo Hau
Panggilan seseorang membuat Syathir sadar dari lamunannya, dan melihat ke arah orang yang baru saja tiba disana. "Syathir, lo ngapain disini?" Erika juga melihat Haura yang berada di hadapan Syathir. "Ada kamu juga, Hau?" Dengan senyuman yang merekah, Erika menghampiri Haura.
"Kok kamu gak ajak aku, kalo mau kesini Hau?" Seperti biasa, Haura tidak menjawab pertanyaan dari Erika. Karena merasa terganggu oleh kedatangan Erika, Syathir pun pamit untuk pergi.
"Kalo gitu, gua duluan ya Hau" Haura hanya mengangguk dan Syathir pun pergi. Saat Syathir akan pergi, Erika melambaikan tangannya yang langsung di balas oleh Syathir. Dan kini hanya tinggal mereka berdua disana.
"Kamu, habis ngapain berduaan disini sama Syathir, Hau? Dia gak ngapa-ngapain kamu kan?" Erika hanya takut Syathir melakukan hal tidak di inginkan pada Haura, meskipun itu tidak mungkin.
"Enggak" Jawabnya singkat.
"Hau, nanti pulang bareng aku ya? Plis... Kamu gak pernah lo terima ajakan aku. Ya, kali ini aja mau" Haura menggeleng dan berpindah tempat sedikit menjauh dari dekat Erika. Tapi Erika tidak bisa diam, dia menyusul Haura ke tempatnya.
"Kenapa?"
"Jalan kaki lebih sehat"
"Jalan kaki lebih sehat" Ucap Erika bersamaan dengan Haura, yang mana ia menggunakan nada mengejek.
"Pasti aja itu jawabannya. Yaudah deh, aku juga mau jalan kaki aja, biar bisa pulang bareng sama kamu"
"Kamu naik motor aja, nanti sakit kaki" Karena merasa mendapat perhatian dari Haura, Erika menutup mulutnya tidak percaya.
"Cie perhatian sama aku" Haura pun meninggalkannya disana, dan Erika memanggil manggil nama Haura sambil menyusulnya. "Haura, tunggu"
Bersambung...
Apa hanya Syathir saja yang greget sama Haura? Apa kalian juga sama greget? Haha jangan lupa komen ya...
Apakah selanjutnya Haura akan menjadi pacar Syathir? Pasti penasaran kan?
Markijut...
Jangan lupa dukung aku terus ya... Dengan cara like komen dan vote maaciii
Fafay...
Next>>>
yg penting bersatu kan?
wkwkwk
mksdnya, thor????
salken, Thor