NovelToon NovelToon
Shadows In Motion

Shadows In Motion

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: KiboyGemoy!

Karya Asli By Kiboy.
Araya—serta kekurangan dan perjuangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KiboyGemoy!, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 7

Rifan tersenyum tipis ke arah Araya yang tetap memasang wajah datar. Kini mereka sudah tiba di depan pagar rumah milik Rifan.

"Ku katakan padamu. Jangan menyebarnya," ucap Araya, terdengar mengancam.

Rifan mengangguk dengan pelan. "Akan ku lakukan kalau kamu bersikap baik padaku," ucapnya.

Araya menyipitkan matanya. "Apa maksudmu?"

Rifa terkekeh pelan. "Teruslah menjawab semua apa yang aku tanyakan padaku."

Araya menghela napas, jujur saja gadis itu tidak pandai dalam hal meladeni.

"Ada apa denganmu?" tanya Araya, merasa sikap Rifan tiba-tiba saja berubah.

"Tidak ada apa-apa denganku."

"Kau banyak bicara sekali," ucap gadis itu kemudian melangkah pergi meninggalkan Rifan yang berdiri menatap punggungnya.

Saat Araya menghilang dari pandangannya, wajah pemuda itu kembali datar seperti semula. Ia berbalik dan memasuki halaman rumahnga yang terlihat sepi.

Rifan memasuki kamarnya, pemuda itu perlahan duduk di pinggir ranjangnya, membuka arloji di lengan kemudian meletakkannya di atas meja.

Tiba-tiba saja bayangan Araya menyanyi kembali terngiang di atas kepalanya. Pemuda itu tersenyum tipis.

"Apa dia bodoh?" gumamnya disertai kekehan.

Sadar dengan apa yang tengah dia lakukan, Rifan kembali memasang wajah datar. "Tidak ada yang lucu."

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Selesai menjelaskan materinya, guru yang berada di atas merapikan bukunya sebelum akhirnya membuka suara lagi.

"Anak-anak sekalian, tidak lama lagi sekolah akan berulang tahun."

Seketika para murid berteriak heboh mendengar sekolah akan berulang tahun. Guru yang berada di atas tersenyum.

"Jadi, mulai sekarang siapkan lah penampilan kalian!"

Setelahnya guru keluar dari dalam kelas meninggalkan perasaan bahagia untuk para murid. Dari mood yang terasa bosan kini mereka asik mencari rencana untuk pertunjukan.

"Kantin, yuk," ajak Naya.

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Di kantin, makanan sudah siap di depan mereka semua. Naya duduk berhadapan dengan Devan, sedangkan Araya dengan Rifan. Entah mengapa pemuda itu ikut.

"Apa kau tidak memiliki seorang teman? Kasihan sekali," ucap Devan, tertawa remeh.

Naya melirik sejenak ke arah Rifan sebelum akhirnya membuka suara, untuk menjawab ucapan Devan. "Dia kan masih baru, wajarlah. Bagus juga kalau dia menjadi teman kami." Naya tersenyum saat Rifan menoleh padanya.

"Aku ingin bersama, Araya," ucap pemuda itu entah apa maksudnya, tapi mendengar hal itu membuat Devan langsung menggebrak meja dengan kuat.

Brak!

"Perbaiki ucapanmu sialan, Araya kekasihku!" ucapnya dengan lantang membuat penghuni kantin memperhatikannya.

Sejenak Rifan mengatur perasaannya saat mendengar bahwa Araya dan Devan berpacaran. Berarti pemuda itu salah mengira, dan jujur saja dari ucapan sebelumnya.

Ia ingin membuat Naya dan Devan tidak terganggu, ternyata.

"Oh, aku tidak tahu," jawabnya.

"Kau pikir kau siapa," ucap Devan menarik kerah baju milik Rifan dengan kuat.

"Aku Rifan, dan aku sudah salah paham selama ini," ucap pemuda itu tajam.

Naya berdiri dari duduknya, menyentuh tangan Devan dengan lembut. "Lepaskan, Devan. Orang-orang melihat kita." Devan pun melepaskan tangannya dari kera baju Rifan.

Kedua pemuda itu saling pandang, memancarkan emosi yang dalam. Namun, Rifan hanya menatap Devan santai kemudian kembali duduk. Sejenak melirik Araya yang terus memakan makanannya tidak peduli.

Sebelum suasana menjadi hening, Naya membuka suara dengan penuh riang.

"Oh, yah, kalian mau menampilkan apa untuk merayakan hari ulang tahun sekolah?" tanya Naya.

"Kalau kamu apa?" tanya Devan.

"Aku berpikir lebih baik kita menampilkan kemampuan kita. Aku ingin tampil di atas panggung dengan pakaian balletku, tapi planningnya memiliki pasangan akan lebih menarik," jelas Naya.

"Pemikiran yang bagus. Kamu memang selalu berpikir sejernih ini," ucap Devan mengelus pucuk kepala Naya.

Naya menoleh ke arah Araya. "Bagaimana, Ra? Kamu setuju ngga?"

Araya mengangguk tanpa keberatan. "Sepertinya itu bagus. Devan kamu sama aku kan?" tanya Araya langsung saja.

Devan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sejujurnya aku tidak suka dance, itu berat."

Araya mengangguk tanpa memaksa, karena itulah sikap oramg dewasa.

"Bagaimana dengan ballet, Van?" tanya Naya.

Devan tersenyum kemudian mengangguk. "Itu bisa dicoba," jawabnya.

Naya sungguh riang karena dia sudah mendapatkan pasangan. "Araya, kamu tidak masalahkan?" tanya Naya.

Araya menggelemg dengan pelan. "Devan tidak bisa jadi untuk apa ku paksa," jawabnya.

"Syukurlah. Jadi, kamu sama siapa?"

Araya menghela napas. "Akan ku usahakan."

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Di dalam kelas Araya sudah sibuk membaca bukunya, mencatat yang perlu dirangkum. Perasaan gadis itu sekarang berusaha untuk menjadi dewasa padahal bukan itu yang dia inginkan. Tapi, susah untuk mengontrol diri.

Rifan yang tengah membaca buku random, melirik ke arah Araya yang nampak fokus.

"Ehem," dehemnya.

Namun, yang di kode tidak peka sama sekali—sudah biasa.

Rifan memang tidak tertarik me gurus campur masalah orang tapi Araya lebih-lebih enggan untuk kepo dengan semua urusan manusia di dunia ini. Sungguh abai.

"Kamu seorang dancer?" tanya Rifan langsung ke inti, karena jika memberi kode terus menerus, itu tidak akan mempan.

Araya menoleh sejenak, kemudian mengangguk dengan pelan.

"Sudah memiliki partner?"

Araya berhenti mencata, gadis itu menatap Rifan. "Apa kau ingin menjadi partner ku?" tanyanya langsung saja.

"Aku tidak pandai dalam hal seperti ini."

Araya tidak lagi menjawab, gadis itu kembali menatap bukunya.

"Tapi, bisa di coba asal kamu mengajariku, bagaimana?" Pemuda itu tersenyum tipis.

Araya kembali menatapnya. "Baiklah."

"Hari ini kita latihan, jemput aku, yah?" Benar-benar dunia terbalik, Rifan meminta Araya untuk menjemputnya, bukan kah itu benar-benar membingungkan.

Di sisi lain Naya memperhatikan keduanya, gadis itu mengembangkan senyum.

"Kelihatannya mereka berdua mulai akrab, yah?"

Devan yang tengah bermain game menoleh sejenak ke arah Naya. "Siapa?"

"Rifan dan Araya."

Segera Devan melirik ke arah kedua murid itu, tapi dengan masa bodoh dia lanjut memainkan gamenya.

"Biarlah, asal itu bukan kamu," ucapnya membuat Naya terkekeh malu.

"Kwnapa kamu tidak marah? Perasaan dikantin tadi kamu mengamuk," ucap Naya, menyentuh tangan Devan.

Devan tersenyum. "Sebagai pasangan aku harus bertindak agak terlihat setia," jawabnya yang membuat Naya terkekeh.

"Terus, kapan kamu akan putus dengannya?" tanya Naya.

Rifan menghela napas, belum memutuskan waktu putus dengan Araya.

"Tanpaku dia akan hancur, kamu tau itu kan?"

Naya menghela napas kesal ssbelum akhir membuang muka. Gadis itu benar-benar tidak suka pada jawaban Devan, membuatnya marah saja.

"Hey, apa kamu marah?" Devan meletakkan ponselnya, menyentuh bahu Naya dengan lembut.

Naya mendengus. "Terus kamu bakal ngegantungin aku gitu? Aku ngga mau, yah?!"

Devan menarik napas dalam-dalam. "Naya, kamu tau kan kalau Araya cuman punya aku? Nanti ada waktunya." Devan benar-benar berbicara dengan lembut, membujuk Naya.

"Secepatnya, Devan."

Devan mengangguk. "Akan ku lakukan, hmm?"

Naya tersenyum penuh kemenangan. "Gitu dong."

Mata gadis itu melirik ke arah Araya yang nampak fokus pada bukunya. Senyum sinis muncul. Serta rasa benci semakin membeledak pada dirinya.

"Aku akan menghancurkan mu," batinnya.

1
Alexander
Ceritanya bikin aku terbuai sejak bab pertama sampai bab terakhir!
Kiboy: semoga betah😊
total 1 replies
Mèo con
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Kiboy: aaa makasih banyakk, semoga seterusnya seperti itu ಥ⁠‿⁠ಥ
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!