Memiliki mimpi hidup membina rumah tangga dengan kasih sayang yang tulus nyatanya mimpi itu hanya tingal kenangan. Dijual sahabat terbaiknya sendiri menjadikan awal derita baru bagi kehidupan Wanita bernama Tyara Alkyara Putri, dibenci, dimusuhi. Bahkan dijauhkan dari orang-orang yang dulu menyayanginya. Bahkan status orang tua yang juga tidak memperdulikan akan nasib dan deritanya. Akankah Wanita berumur 20 tahun memiliki sebutan Ara akan mampu bertahan dengan membawa status dirinya yang sudah tidak perawan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07 ( Firasat Aneh apakah ini )
Diruangan yang hanya ada Tyara bersama bayi kecil dalam gendongannya, entah perasaan apa yang dialami Tyara merasa ada kenyamanan setiap kali berdekatan dengan bayi ini. Bahkan setiap kali dipandang bayi itu ia tak pernah merasa se'damai ini.
"Jujur Tante tidak tau perasaan apa yang Tante rasakan saat ini kamu benar-benar sudah berhasil membuat Tante lega dan merasakan adanya beban, Tante janji biarpun ibu kamu orang yang sudah bikin Tante menderita Tante tidak akan melibatkan kamu dalam masalah ini, kamu janganlah takut pada Tante ya."
Diberikan kecupan pada kening bayi itu, sang bayi mampu tersenyum dan inilah yang membuat Tyara penasaran firasat dan ketenangan yang ia miliki saat ini.
Selesai m3nidurkan hanya berselang beberapa menit sampai sang bayi tertidur pulas, tak lama kedatangan Alexa kembali menemuinya dan langsung memaksa Tyara untuk bangkit dari ranjang dengan cara kasar.
"Sekarang anakku sudah tidur, jadi pergilah!"usirnya bahkan tak segan-segan Alexa sampai mendorongnya.
"Apa kamu tidak bisa jangan pake cara kasar!"
"Aku tidak peduli, pergilah!"
"Ternyata setelah menjadi Istri dari orang kaya raya sudah banyak perubahan yang terjadi,"sindir Tyara, tatapan amat menyeramkan berbalik dilayangkan oleh Alexa.
"Kenapa? Apa salah!"
"Tidak aku sangka ternyata persahabatan yang terjalin selama bertahun-tahun nyatanya bisa seasing seperti ini? Bahkan aku tidak menyangka orang yang sudah aku anggap seperti bagian dari keluarga bahkan bisa lebih jahat!"sindir Tyara yang tak henti-hentinya membuat Alexa kesal.
"Kamu menyindirku? Apa setelah adanya anak haram itu lahir kamu jadi kekurangan banyak uang? Bahkan katakan saja sebenarnya menolong nenek itu hanyalah sebuah sandiwara agar kamu bisa masuk di keluarga kaya raya kan?"
Anehnya balasan yang dibalas Tyara hanyalah sebuah senyuman yang ia tunjukkan seperti sedang memberikan tantangan balik.
"Bukankah yang harusnya berkata seperti itu, itu aku? Bukankah kamu yang sengaja mengoda bahkan menjebak lelaki yang kini menjadi suamimu agar hidupmu bisa naik derajat? Ataukah jangan-jangan anak ini bukanlah darah dagingnya melainkan anak pria lain?"
"Cukup! Jaga bicara kamu sebelum kamu akan sangat menyesal!"
"Kenapa? Memang faktanya seperti itukan?"
"Butuh berapa uang agar kamu bersedia pergi dari keluarga ini?"
"Bahkan kalaupun kamu memberikan aku 1 triliun aku pun tetap tidak akan pergi, yang aku sangat sayangkaan aku tidak menyangka kamu akan secepat ini berubah! Bahkan tidak mau menganggap aku ada. Bahkan kamu sama sekali tak menyadari kesalahan terbesar kamulah yang menjadikan hidupku jadi sehancur ini, kamu benar-benar wanita berhati iblis Lex, kamu berhati iblis!"
Tak ingin menambah masalah Tyara memutuskan keluar dari kamar ini.
"Sial! Aku tidak bisa hanya berdiam diri jika aku tidak melakukan sesuatu pasti si nenek peyot itu akan terus-menerus berpihak pada Tyara dan hal ini tidak bisa aku lakukan hanya berdiam diri. Apalagi aku percaya batin antara anak dan Ibu kandungnya sangatlah ngaruh!"
Sekilas lirikan Alexa teralihkan pada bayi yang tertidur pulas diatas ranjang, ia tiba-tiba tersenyum sinis entah apa gerangan ide gila yang akan ia perbuat, keluarnya dia Tyara menemui nenek.
"Apa Cantika sudah tertidur?"
"Alhamdulillah ia sudah tertidur sangat pulas nek."
Lalu dari arah luar terdengar suara mobil yang berhenti dihalaman.
"Siapa nek?"tanya Tyara.
"Itu sepertinya Arvan, dia suami dari Alexa kebetulan ia sudah pulang nenek akan mengenalkannya sama kamu."
"Aku sedikit heran setampan apa pria itu sampai-sampai Alexa bisa mendapatkannya? Sebenarnya aku juga sedikit curiga apa dia benar-benar mencintainya? Ataukah lelaki itu terkena jebakan dari Alexa?"batin Tyara yang terus menebak.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Kamu sudah pulang Nak."
"Iya Alhamdulillah sudah nek, oh iya dimana bayiku?"
"Mereka ada dikamar, kamu masuklah."
Tadinya Arvan yang tidak terlalu fokus akan kehadiran Tyara yang juga berhadapan, ketika ia sudah melangkah pergi dihadapan Nenek langkahnya tiba-tiba terhenti dan ia memutarkan tubuh.
"Nek, siapa dia?"tanyanya sambil menatap Tyara.
"Aku pembantu di Rumah ini,"sahut Tyara yang seketika mengejutkan Nenek.
"Pembantu? Baiklah selamat bekerja dan semoga betah."
Tak berkata lagi Arvan kembali melanjutkan langkahnya kedepan, nenek memegang pundak Tyara, ia sedikit terkejut atas ucapan Tyara barusan.
"Kenapa kamu bilang kalau kamu itu pembantu Tyara? Nenek sama sekali tidak ada maksud menjadikan kamu pembantu?"tegur Nen.
"Tyara tau Nek, tapi jika Tyara tidak melakukan pekerjaan Tyara malah sungkan, anggap saja aku tinggal disini juga ikut kerja membantu -bantu disini, plis jangan tolak ya Nek."
"Baiklah."
"Apa ini hanya perasaanku kenapa aku sedikit familiar dengan wanita itu?"batin Arvan.
Sedikit ada keraguan pada diri Arvan ketika bertemu dengan Tyara untuk yang pertama kalinya, setibanya Arvan didepan kamar ia dihadapkan dengan tangisan bayi yang kencang tanpa mau berhenti, sangat cemas Arvan lantas bergegas lari menghampiri.
"Cantika kenapa nangis sekencang ini?"
"Aku tidak tau Mas, aku baru datang kesini dan melihat Putri kita sudah nangis seperti ini, tapi sebelum aku datang, Cantika bersama dengan pembantu itu aku takut pembantu itu berbuat kasar pada Putri kita?"
"Dasar bedebah!"
Emosi Arvan seketika naik mendengar pengakuan Alexa. Perginya Arvan keluar dari kamar, Alexa tersenyum licik semudah ini ia mengelabui suaminya.
" Sadarlah kehadiranmu sama sekali tidak akan pernah dianggap oleh mereka. Bahkan akan aku bikin kamu tidak akan betah dan dengan sendirinya akan pergi dari sini."
Turunnya Arvan, wajahnya memerah dengan nafasnya yang tak beraturan bercampur emosi jadi satu, didatangi nenek dan Tyara lantaran mereka juga mendengar bayi itu menangis sekencang-kencangnya.
Arvan mencengkram rahang Tyara hingga dirinya sedikit merintih kesakitan dan mencoba mengendalikan amarah Arvan. Nenek berusaha ikut mengendalikan amarah cucunya, namun sia-sia.
"Van, lepaskan cengkraman kamu, Tyara kesakitan, lepaskan!"
Keduanya saling bertatapan, namun ada perbedaan antara mereka jika Arvan penuh dengan ketajaman dan kemarahan, lain halnya dengan Tyara wajahnya tak mampu mengendalikan rasa takut akibat trauma yang ia alami sejak menjadi korban p3m3rkosaan.
Arvan mencengkramnya dengan kasar layaknya tidak ada ampunan untuk wanita dihadapannya ini. Namun ada pertanyaan lain dibenak Arvan seolah-olah pertemuan antara mereka ini bukanlah pertemuaan pertama.
Belum lagi melihat air mata yang mengalir dengan derasnya dan wajah Tyara yang memerah sangking takutnya akhirnya mulai meredakan amarah Arvan secara perlahan.
"Van, kamu sudah gila bertindak kasar sama perempuan? Siapa yang mengajarimu, siapa!"tegur Nenek memarahi, dipeluk tubuh Tyara, Nenek tau ada tindakan Arvan kali ini bisa menakuti-nakutinya.
"Arvan tidak akan pernah marah kalau bukan pembantu nenek ini yang memulai duluan, ia sudah tega menyakiti putriku apa salah aku sebagai Ayah ikut naik pitam!"
"Apa maksudmu?" Tyara berbalik melayangkan pertanyaan itu.
"Nenek jelas dengar kan tangisan Cantika? Dialah dalangnya,"tuduh Arvan.
"Apa maksud anda berani menuduh tanpa adanya bukti?"tegur Tyara tak terima.
"Ditemukan luka merah seperti akibat terkena cubitan, sebelum aku menemui Cantika, Tyara sudah bersama dengan Putriku jadi jujurlah kamu kan yang telah mencubit Putriku?"tuduh Alexa, wajah memelasnya lagi-lagi ia gunakan membodohi mereka.
"Astaghfirullah punya bukti apa kamu berani menuduhku seperti itu? Aku juga memiliki bayi mana mungkin aku bisa kasar pada bayi lain yang umurnya sama seperti Cantika, kamu janganlah fitnah!"
"Nek, nenek percaya kan kalau bukan aku yang bikin Cantika menangis? Jelas nenek tau sendiri selang 5 menit setelah aku menidurkannya Cantika sama sekali tidak nangis, tapi kenapa baru 10 menit aku pergi ia baru menangis?"
Berbalik Tyara mencoba mengalihkan tuduhan terhadap Alexa.
"Jadi kamu menuduh aku yang telah menyakiti buah hatiku sendiri? Jika aku kasar pada anakku kenapa tidak dari dulu sebelum ia lahir aku membuangnya, ia anakku ...darah dagingku bahkan aku mengandung sampai 9 bulan apa sungguh setega ini kamu menuduhku?"
"Kamu wanita yang tidak tau diri dengan beraninya menuduh Ibu kandungnya pelakunya, anda ini waras atau tidak! Butuh berapa uang agar anda bersedia pergi tanpa harus tingal disini? Butuh berapa!"
Tak main-main kali ini kemarahan Arvan sudah diluar batas, dilemparkan beberapa lembaran uang tepat kearah wajah Tyara membangkitkan emosi Tyara.
Bahkan kali ini ia tak bisa menahan air matanya disaat harga dirinya telah terinjak-injak.
"Aku memang tidak punya apa-apa, boro-boro rumah! Uang sepeserpun aku tidak memilikinya, tapi aku bukanlah wanita mata duitan yang akan diam ketika harga dirinya diinjak-injak, tanpa seperpun uang anda aku akan pergi!"
"Nak, kamu janganlah pergi ini pasti hanya sebuah kesalahpahaman, janganlah pergi,"mohon nenek melarangnya.
"Tapi maaf nek, Tyara tidak bisa tinggal disini, benar kata cucu nenek, aku tidak sepantasnya tingal disini, aku memang tidak memiliki apa-apa, tapi ucapannya sudah sangat merendahkan aku, Nenek tidak perlu membalas kebaikanku, sekali lagi terima kasih atas bantuannya terima kasih!"
"Aku tau semua ini ulah kamu Lex, aku sangat-sangat tidak menyangka hanya untuk sebuah rencana licik ini kamu jadikan Putri kamu sebagai pelampiasan. Bahkan sampai berani menyakitinya, kamu benar-benar sudah tidak waras!"batin Tyara tak henti-hentinya mengalihkan pandangannya terhadap Alexa.
"Ketahuilah kadang orang yang kelihatannya baik dia bisa saja menyimpan seribu rahasia dengan rapat-rapat. Kadang pula orang yang kelihatannya pandai dalam berbisnis bahkan jaya dalam kekayaan, sesungguhnya orang itu memiliki kebodohan terbesar dalam hidupnya."
Kata-kata yang Tyara ucapkan sebelum ia melangkahkan kakinya keluar dari kediaman ini, tak sepatah kata yang terucap Tyara akhirnya pergi dari ruangan ini dengan langkah tergesa-gesa.
"Apa yang barusan dikatakan pembantu itu?"batin Arvan seperti mengerti arti dari maksud ucapan Tyara, tapi masih belum bisa memahaminya dengan jelas.
Bersambung