“Aku sudah membelimu, jadi menurutlah. Patuhi semua keinginanku! Kau hanya budak di sini, tidak ada pilihan lain selain menuruti semua yang kukatakan!” Zico Archiven berkata pada seorang gadis cantik yang baru dibelinya dari tempat pelelangan.
Zico Archiven adalah seorang Tuan Muda generasi penerus dari keluarga Archiven di Italia. Dia adalah pebisnis sukses yang mempunyai beberapa usaha yang tersebar di seluruh dunia. Tak hanya jadi pebisnis sukses, dia juga menjabat sebagai ketua Mafia warisan dari sang Ayah yang sudah meninggalkannya lima tahun yang lalu.
Zico mempunyai kelainan aneh, dia tidak suka melihat wanita yang terlahir dari keluarga kaya raya. untuk itu dia mencari seorang budak untuk dijadikannya sebagai tempat pelampiasan hasr4tnya.
Bagaimana kelanjutan kisah Zico? Saat melihat gadis budaknya, Zico merasakan sesuatu yang beda. Dia seperti pernah melihat gadis tersebut. Siapakah gadis itu? Rahasia apa dibalik rasa penasarannya itu? Baca selengkapnya di sini, ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neoreul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 7 Dalam Pelukanmu
Keesokan harinya.
Mentari pagi menyinari celah-celah tirai paviliun, menerangi wajah Zico yang tenang dalam tidurnya. Dia terbaring di ranjang yang sama dengan Aurora. Keputusan untuk bermalam di paviliun, adalah tindakan yang tak biasa baginya.
Zico merasakan keanehan yang menghimpit dada. Bayangan wajah Aurora, begitu cantik dan memikat, terus berputar dalam benaknya. Rayuan Celine, tunangannya yang jelas, tak mampu menggoyahkan tekad itu. Ia tetap memilih untuk berada di samping Aurora.
Zico masih memejamkan mata, tapu perlahan-lahan ia merasakan sesuatu. Sentuhan lembut di pipinya membuatnya tersentak. Zico membuka mata dan mendapati Aurora yang sudah terbangun menatapnya dengan ekspresi terkejut.
“Maaf, Tuan. Saya hanya ingin membangunkan Anda. Saya ingin pergi ke toilet," ucap Aurora sedikit takut.
Gadis itu tampak kaku, tangannya terangkat ragu-ragu untuk melepaskan tangan kekar Zico yang melingkari pinggangnya.
Zico melepaskan pelukan itu, dia mengusap kasar wajahnya. Dalam gerak cepat, Aurora segera bangkit dari ranjang. Gadis itu berlari menuju ke toilet. Beberapa menit kemudian, dia keluar dengan wajah yang fresh karena sudah cuci muka dan gosok gigi.
Zico masih bersandar di ranjang, pria itu melirik Aurora yang tampak ragu untuk mendekat. “Kemarilah! Temani aku sebelum berangkat bekerja.”
Aurora mengangguk, dia berjalan mendekati Zico. Sesampainya di ranjang, pria itu langsung menarik tangan Aurora hingga jatuh di atas pangkuannya.
“Kau tadi berlari ke toilet, apa bagian bawahmu sudah sembuh?” tanya Zico dengan suara berat.
Aurora sedikit tersentak dengan pertanyaan yang fulg4r itu. “Bengkaknya sudah hilang, Tuan,” jawabnya lembut.
Zico menolehkan wajah Aurora yang terus menunduk. “Apa yang kau lihat? Aku sedang bertanya padamu. Setiap aku bertanya, aku ingin kau menjawab sambil menatapku. Mengerti!”
Aurora mengangguk sambil menjawab, “Mengerti, Tuan. Maafkan saya!"
Zico terus memandangi wajah polos tanpa make up itu sampai beberapa detik. Hingga satu ucapan keluar dari bibir Zico. “Kau cantik, untuk itu aku membelimu. Tetapi, wajah cantik saja tidak cukup kuat untuk berada di sampingku. Kau juga harus pintar dan cerdas. Apa kau mampu melakukan semua itu?”
“Asal Tuan mengajari, saya siap untuk belajar menjadi apa yang Tuan inginkan,” jawab Aurora, kedua matanya menatap mata Zico.
Zico kembali bertanya, “Apa pendidikan terakhirmu?”
Aurora diam dan berpikir, pandangannya melihat ke arah lain. “Maaf, Tuan. Saya tidak mengingat apa pun tentang identitas saya sendiri. Bahkan saya juga tidak tahu siapa mereka.”
“Bisa kau jelaskan padaku, bagaimana kau bisa berakhir di tempat pelelangan itu?” Zico mulai menggali informasi tentang Aurora.
Aurora menjelaskan apa yang ada dalam ingatannya. “Sebelum berada di tempat pelelangan, saya tinggal dengan sebuah keluarga di pedesaan kota Las Vegas. Selama tinggal di sana perlakuan mereka kepada saya sangat buruk sekali. Mereka selalu memukul tanpa tahu apa kesalahan saya. Mungkin saya lupa ingatan atau sejenisnya. Saat saya membuka mata, saya berada di sebuah kamar yang buruk sekali dengan kepala di perban. Di saat yang bersamaan saya tidak tahu apa-apa mengenai mereka semua.”
“Jadi, maaf, saya tidak bisa menjawab rasa penasaran Tuan terhadap siapa saya sebenarnya? Tetapi Tuan jangan khawatir saya akan menyesuaikan diri di sini meski Saya tidak tahu apa-apa untuk belajar saya sangat bisa cepat tanggap," jawab Aurora, dia berusaha untuk profesional.
Zico semakin tertarik dengan cara berpikir Aurora. Dia akan memberikan tugas yang berat demi menciptakan seorang gadis yang menjadi kriterianya.
“Bagus, buktikan jika kau mampu. Turunlah, aku harus bekerja. Bersiaplah untuk sarapan, pelayan sudah mempersiapkan semuanya. Selama kau di sini, jangan coba-coba untuk keluar. Kau tidak perlu berkeliaran tanpa seizinku. Mengerti!” Zico beranjak dari tempatnya.
Aurora menjawab sopan, “Mengerti, Tuan.”
“Segala yang kau butuhkan, aku akan mencukupinya. Jadi, kau tidak perlu bersusah payah lagi. Gunakan fasilitas yang ada. Satu lagi, aku ingin kau menambah berat badanmu. Jadi, penuhi soal gizi yang baik. Kedepannya aku ingin mengajarimu cara membela diri jika ada masalah. Kau tahu, aku mempunyai banyak musuh. Untuk bisa berdiri di sampingku, aku membutuhkan seseorang yang kuat,” jelas Zico, setelah itu dia keluar dari kamar Aurora.
Aurora terpaku di tempatnya, dia mengembuskan napas berat. “Sebenarnya, apa pekerjaan Tuan Zico. Auranya yang tegas membuatku sulit untuk bernapas. Apa pun itu aku harus bisa beradaptasi dengan baik. Aku tidak mau kembali ke pelelangan jahanam itu.”
Aurora segera bersiap untuk sarapan pagi. Dia mandi dan memakai pakaian yang tersedia dalam lemari. Saat membuka pintu lemari Aurora dikejutkan dengan pemandangan yang luar biasa. Di mana banyak sekali deretan dress mewah berjajar rapi.
“Wow, pakaian ini bermerk semua dan terlihat sangat bagus sekali. Apa aku menjadi budak yang spesial? Kenapa aku mulai tidak tahu diri seperti ini? Aku bahkan belum tahu, bagaimana lingkungan sekitarku.” Aurora bergumam sendiri sambil memilih pakaian.
Akhirnya setelah lama memilih dia mengambil satu dress berwarna merah muda. Dress itu sangat cocok di tubuhnya. Selesai berpakaian Aurora duduk di depan meja rias. Dia melihat alat make up tertata rapi di sana.
Aurora dengan lembut memoleskan bedak di wajahnya. Dia berdandan dengan sangat cantik dan akan memikat setiap orang yang melihatnya.
“Aku tidak tahu siapa diriku sebelumnya. Melihat tangan yang terampil memainkan alat make up, apa di kehidupanku sebelumnya aku ini anak orang kaya? Kalaupun iya, siapa keluargaku dan di mana mereka? Mengapa aku bisa berakhir di keluarga jahat itu dan pelelangan terkutuk,” batin Aurora. Dia telah selesai ber-make up.
Aurora mematut dirinya di depan cermin. Gadis itu puas dengan hasil make up nya. “Semoga Tuan Zico suka dengan penampilanku. Aku akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari tahu siapa diriku sebenarnya. Jadi aku akan memanfaatkan fasilitas yang ada. Aurora entah siapapun namamu, berusahalah dengan baik.”
Selesai berkaca Aurora keluar dari kamar. Dia ingin sarapan pagi bersama dengan Zico. Gadis itu berjalan dengan anggun menuruni tangga. Kebetulan di bawah sudah ada Fedric dan juga beberapa pengawal yang mengikutinya.
Zico yang menyadari kedatangan Aurora pun terpesona dengan penampilan gadis yang dipilihnya beberapa hari yang lalu. Pria itu menatap gadis cantik yang ada di hadapannya.
Begitu juga dengan Fedric, dia ikut terkesima hingga akhirnya tersadar dan menyapa dengan ramah. “Selamat pagi, Nona. Pagi ini Anda terlihat sangat fresh. Silakan duduk Tuan sudah menunggu Anda sejak tadi.”
Aurora hanya membalas dengan senyuman. Dia sangat canggung karena menjadi pusat perhatian. Gadis itu duduk di depan Zico yang belum mengalihkan pandangannya.
“Maaf Tuan, apa ada yang salah dengan penampilan saya? Jika salah saya minta izin untuk memperbaikinya. Tuan berkata jika saya bisa menggunakan fasilitas yang ada. Jadi, saya beranggapan boleh berpenampilan seperti ini,” kata Aurora penuh kekhawatiran.
Zico tersenyum tipis. “Tidak perlu, aku hanya sedikit terkejut saja. Ternyata kau bisa cepat beradaptasi di lingkungan ini. Aku hanya penasaran dengan identitasmu. Melihat penampilanmu sekarang, sepertinya kau bukan gadis biasa.”
“Siang nanti akan ada seseorang yang datang ke sini untuk mengajarimu bagaimana menyesuaikan diri dalam lingkunganku. Aku harap kau bisa mengikutinya dengan baik. Belajarlah menjadi gadis yang berguna untukku!”
Aurora menjawab dengan pesonanya, “Saya akan belajar menjadi seperti yang anda inginkan, Tuan. Terima kasih sudah menyelamatkan saya dari tempat terkutuk itu.”