You Are My Sunshine

Acara penyambutan sudah hampir dimulai, Wira berulang kali melirik jam tangan bermerek yang melingkar manis di pergelangan tangannya dengan air muka gelisah yang sangat kentara tergambar jelas di wajah tampannya. Matanya menjelajah ke seluruh penjuru ruangan aula rumah sakit itu mencari-cari keberadaan Almira yang hingga kini masih belum muncul.

Sudah sedari tadi Wira terus-menerus menghubungi ponsel istrinya namun tetap saja tidak diangkat, atau mungkin karena Almira sedang mengemudi maka mengabaikan panggilan telepon darinya, pikirnya.

"Dok, anda diminta untuk bersiap di samping podium karena acara akan segera dimulai," ucap Fatih mengingatkan pada Wira.

"Oke, aku sedang menunggu istriku dulu, sepertinya terjebak macet, nanti setelah dia datang aku akan segera menyusul ke sana, tolong kamu informasikan pada pengatur acara," pinta Wira.

"Baik Dok, mmm... ta-tapi kalau bisa sesegera mungkin, anda pasti sangat mengenal bagaimana kepribadian pimpinan rumah sakit ini, hehe." Fatih sedikit tergagap sambil cengengesan dan terdengar sungkan saat mengutarakan pendapatnya. Tentu saja Wira tahu apa yang dimaksud Fatih sehingga membuat ia sedikit tergelak.

"Ahahaha... kamu tenang saja, jika beliau mulai mengoceh kamu hubungi ponselku, kupastikan untuk segera datang ke TKP," sahutnya sambil menepuk-nepuk pundak Fatih.

Fatih mengangguk dan segera kembali ke tempatnya bertugas di acara penyambutan itu.

*****

Almira baru saja sampai di area parkiran rumah sakit dan memarkirkan mobilnya serampangan, dia sudah terlambat hampir dua puluh menitan dari waktu dimulainya acara. Ia berlari tergopoh-gopoh hingga menciptakan bunyi nyaring dari hak tinggi sepatu yang dipakainya saat beradu dengan lantai di lorong menuju aula tempat acara berlangsung.

Dari kejauhan terdengar samar-samar suara Wira yang sedang memberikan sambutan, ia merasa bersalah karena sudah berjanji untuk tepat waktu tetapi jalanan sedang tidak bersahabat dengannya, Almira mempercepat langkahnya agar segera sampai sebelum suaminya selesai memberikan sambutan.

Wanita itu masuk dan sedikit menyela orang-orang yang sedang berdiri agak rapat di dalam ruangan dan meminta izin agar bisa berdiri di depan podium dimana Wira sedang berpidato. Semua orang yang hadir disitu langsung mempersilahkan dengan sopan dan memberikan akses jalan padanya begitu mengetahui dirinya tiba di sana, karena bagaimanapun juga Wira adalah salah satu dokter yang disegani dan diperhitungkan di rumah sakit tersebut, maka dari itu secara otomatis Almira sebagai istrinya mendapatkan perlakuan yang sama seperti suaminya.

Senyum dokter tampan itu mengembang ketika melihat sang wanita pujaan pemilik hatinya sudah hadir di sana, Almira memberikan kode menyemangati pada suaminya membuat Wira makin bersemangat menyampaikan kata demi kata yang tengah disampaikannya.

Hingga tibalah waktunya giliran si dokter baru itu menampakkan diri. "Kami ucapkan selamat datang dan selamat bergabung untuk Dokter Giovani, silahkan naik ke podium untuk penyambutan secara simbolis," terdengar instruksi dari si pengatur acara.

Deg....

Almira membulatkan matanya, kedua tangannya gemetar, secara spontan tangannya meremas pinggiran dress yang dikenakannya. Kakinya terasa lemas dan wajahnya sedikit memucat saat pembawa acara menyebutkan nama dokter baru itu di barengi dengan kemunculannya di atas podium.

Ia mundur beberapa langkah berusaha untuk menyembunyikan keterkejutannya, lalu saat suara riuhnya tepuk tangan menggema ia langsung membalikkan badannya dan berlari kencang keluar dari ruangan tersebut. Almira berlari tanpa memperdulikan orang-orang yang berselisih jalan dengannya, beberapa kali dia hampir terjatuh dan menabrak orang lain dari arah yang berlawanan tetapi sepertinya ia tidak peduli, saat ini yang diinginkannya hanya berlari dan pergi menjauh dari tempat itu.

Gio, Giovani... mengapa aku harus bertemu denganmu lagi? Batinnya.