NovelToon NovelToon
Lembaga Perlindungan Duda

Lembaga Perlindungan Duda

Status: tamat
Genre:Duda / CEO / Beda Usia / Tamat
Popularitas:518.2k
Nilai: 4.9
Nama Author: Adinasya mahila

Gia, adalah gadis yang tidak suka dengan hal berbau ketidakadilan. Hal ini membawa Gia lebih memilih bekerja menjadi staff di sebuah Lembaga Perlindungan Anak, dari pada bekerja di perusahaan papanya. Semua orang termasuk pimpinan LPA tidak suka dengan sifat keras Gia yang kokoh bak semen tiga kodi ini. Hingga sebuah kasus perebutan anak dan KDRT membuat Gia bertemu dengan duda tampan bernama Airlangga.

Kesalahpahaman terjadi, Gia menganggap Airlangga pria jahat karena meminta bantuan pimpinannya. Hingga semua berbalik, Gia dengan sekuat tenaga membantu pria itu untuk mendapatkan hak asuh sang putra.

“Kamu itu bekerja melindungi anak, atau melindungi pria itu? Gia, ini Lembaga Perlindungan Anak, bukan Lembaga Perlindungan Duda!”

Gia hanya diam saat dibentak Rafli atasannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adinasya mahila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 : Memata-matai

Sementara itu di tempat yang berbeda, Alina terlihat sedang bicara dengan managernya. Wanita itu hendak membahas masalah Gani—putranya dengan Airlangga.

“Bagaimana pendapatmu jika aku meminta bantuan LPA untuk mendapatkan hak asuh Gani?” tanya Alina ke sang manager.

Tentu saja Alina sangat ingin hak asuh Gani jatuh ke tangannya karena ada maksud tersembunyi, dia bisa memanfaatkan tunjangan bulanan yang diberikan Airlangga untuk putranya itu.

“Kenapa kamu tiba-tiba ingin meminta bantuan LPA, apa kamu tidak yakin jika bisa memenangkan hak asuh Gani?” tanya Auda - sang manager.

Alina menggigit bibir bawah, tentu saja dia tak yakin karena dirinya telah melakukan kesalahan, yaitu berselingkuh.

“Hanya untuk berjaga-jaga, karena bagaimanapun aku sangat yakin jika Airlangga tidak akan tinggal diam saja dalam perebutan hak asuh Gani.

Auda pun paham, dia kemudian mendukung keputusan wanita itu untuk meminta bantuan LPA di kasus Gani.

***

Setelah kemarin bertemu dan banyak bicara dengan Airlangga meski perbincangan mereka seperti sedang bertengkar. Gia memutuskan untuk mencari tahu dulu. Dia tak ingin salah dalam mengambil langkah. Semua akar dari permasalahan ini penyebabnya adalah sang atasan.

“Apa kamu gila?” Citra seketika membungkam mulut, setelah mengatai Gia gila.

Gia meminta Citra untuk tak berteriak setelah mendengar apa yang direncanakannya. Dia berkata jika ingin memata-matai Rafli tapi temannya itu malah terkejut dan berteriak keras.

“Gia, jangan aneh-aneh,” bisik Citra sedikit cemas.

“Apa yang aku lakukan sekarang demi sebuah keadilan, jadi kamu harus mendukungku,” ucap Gia penuh percaya diri.

Citra menggeleng-gelengkan kepala mendengar rencana temannya itu, sungguh hanya Gia yang berani menentang hingga memata-matai atasannya sendiri.

Hari itu Airlangga bertemu lagi dengan Rafli di sebuah kafe. Tentu saja karena Airlangga ingin membahas tentang bantuan untuk mendapatkan hak asuh putranya.

“Anda tenang saja, kami pasti akan mengusahakan sebaik mungkin agar Anda mendapatkan hak asuh Gani,” ucap Rafli bersikap baik dan ramah di hadapan kliennya itu.

Airlangga mengangguk-angguk dan percaya dengan usaha dan tindakan yang akan dilakukan LPA yang dipimpin Rafli.

“Oh ya, kemarin aku bertemu salah satu pegawaimu,” kata Airlangga, kemudian menyesap kopi yang dipesan.

“Pegawai saya? Siapa?” tanya Rafli penasaran.

“Gia,” jawab Airlangga sambil meletakkan cangkir ke meja. “Sepertinya dia terlihat tidak suka jika aku meminta bantuanmu.”

Tentu saja Rafli begitu terkejut mendengar ucapan Airlangga. Dia pun berkata,“Ah … mana mungkin Gia begitu?”

Rafli berusaha menutupi, mana mungkin dia membenarkan. Ini sama saja dengan mencoreng namanya karena anak buahnya malah tidak mendukung dirinya sebagai atasan.

“Hm … dia mengatakan banyak hal, sejujurnya itu sangat menggangguku,” ucap Airlangga lagi dengan santai.

Rafli merasa keringat dingin keluar dari pelipis dan kening, kenapa Gia harus membuat gara-gara dengan Airlangga yang jelas-jelas sudah memberikan uang yang lumayan besar untuknya.

“Anda tenang saja, saya akan pastikan jika Gia pasti akan mendukung Anda,”ucap Rafli.

Pria itu pun kembali ke LPA dengan perasaan kesal. Dia harus membuat banyak alasan agar Airlangga tidak tersinggung dan tak meminta kembali uang yang sudah diterimanya. Begitu menginjakkan kaki di kantor, Rafli langsung menuju ke tempat Gia bekerja dan langsung memasang wajah garang.

“Gia!” Suara Rafli begitu keras hingga seluruh karyawan yang ada di lantai itu bisa mendengar.

Gia yang sedang berbincang dengan Citra pun terkejut, hingga kemudian berdiri dan melihat atasannya itu sedang terbakar amarah.

“Pergi ke ruanganku, sekarang!” perintah Rafli.

Pria itu lantas memilih berjalan ke ruangannya terlebih dahulu, sedangkan Gia berjalan menyusul dengan malas.

“Ada apa, Pak?” tanya Gia santai saat berada di ruangan Rafli.

Rafli langsung menoleh dengan satu tangan berkacak pinggang, memandang Gia yang terlihat begitu santai seolah tak memiliki dosa.

“Apa saja yang sudah kamu katakan ke Pak Airlangga, hah?” tanya Rafli dengan sedikit membentak tapi nada suaranya tak terlalu tinggi.

“Memangnya saya bilang apa?” tanya Gia balik dengan mengedikkan bahu seolah tidak tahu padahal sebaliknya.

“Pak Airlangga berkata jika kamu tidak senang kalau dia meminta bantuan LPA kita, apa maksudnya itu?” Rafli berusaha menekan intonasi bicaranya meski emosinya ingin sekali meluap-luap.

“Saya tidak berkata tidak senang kok, mungkin Pak Airlangga saja yang sensitif,” ujar Gia masih terlihat santai, bahkan tak takut meski Rafli terlihat siap mengamuk.

“Gia seharusnya kamu tidak usah mengatakan hal yang tidak-tidak padanya.” Rafli bicara sambil menunjuk wajah Gia meski tidak dalam jarak dekat.

Gia menegakkan badan yang sejak tadi terasa malas, menatap Rafli yang sedang terbakar amarah.

“Saya hanya bilang, kenapa dia meminta bantuan Anda hanya untuk memenangkan sidang hak asuh anak. Memangnya saya salah? Kalau dia memang merasa sudah jadi ayah yang baik, pastinya bisa menangani masalahnya sendiri. Kalau dia meminta bantuan Anda, tandanya ada sesuatu yang tidak beres.”

Gia bicara penuh percaya diri dalam melawan ucapan Rafli, membuat atasannya itu sampai melongo dibuatnya. Rafli tidak bisa berkata-kata mendengar balasan Gia, hingga gadis itu memilih keluar dari ruangannya.

Gia bekerja dengan perasaan kesal, saat dia sedang sibuk dengan laporan yang harus diselesaikan, tiba-tiba saja dia melihat Rafli keluar dari ruangan sambil menerima panggilan. Bahkan atasannya itu terus tersenyum dan mengangguk-angguk ketika mendengar seseorang yang bicara dari seberang panggilan.

“Baik, saya akan segera ke sana.”

Rafli mengakhiri panggilan, sebelum kemudian bergegas pergi meninggalkan kantor. Gia merasa curiga dan pasti ada sesuatu, hingga kemudian memilih ikut pergi untuk memata-matai atasannya itu.

Ternyata Rafli mendapatkan panggilan dari Alina, wanita itu berkata jika membutuhkan bantuan dan ingin bertemu dengan Rafli secara pribadi. Gia mengerutkan dahi saat melihat Rafli masuk ke sebuah restoran, jiwa penasarannya semakin memberontak dan yakin jika pasti ada sesuatu. Dia pun ikut masuk dan ingin tahu siapa yang ditemui Rafli.

Gia duduk di meja yang sedikit jauh dengan tempat Rafli duduk. Dia cukup terkejut karena Rafli bertemu dengan mantan istri Airlangga.

“Kenapa Pak Rafli juga menemui Alina? Wah … mencurigakan,” gumam Gia berusaha mematai-matai, membuka buku menu dan meletakkan di depan wajah agar tidak ketahuan, menajamkan pendengaran agar bisa mendengar apa yang dibicarakan Rafli dan Alina.

“Saya senang Anda bisa menyempatkan waktu untuk bertemu dengan saya,” ucap Alina berbasa-basi, wanita itu terus menyunggingkan senyum.

“Saya yang merasa terhormat karena bisa bertemu dengan Anda,” balas Rafli merendah.

Alina tersenyum manis, menoleh ke kanan dan kiri sebelum kemudian memandang Rafli.

“Saya menemui Anda karena ingin meminta bantuan untuk mendapatkan hak asuh Gani—putra saya,” kata Alina dengan suara lembut.

Rafli sedikit terkejut, karena jelas tahu jika Alina dan Airlangga sedang merebutkan hak asuh yang sama.

“Jika Anda mau membantu, saya bisa memberikan Anda uang dengan jumlah besar,” ucap Alina lagi untuk membujuk.

Gia kaget mendengar perbincangan antara Rafli dan Alina, tak menyangka jika Alina juga akan menyuap Rafli agar mau membantu. Saat Gia sedang mendengarkan dengan seksama apa saja yang dibicarakan lagi oleh kedua orang tadi, gadis itu terkejut karena mendengar suara benda jatuh.

Gia menoleh ke kiri, hingga hanya bisa mengerjap menyadari siapa yang ada di sana. Orang itu menatapnya dengan ekspresi wajah terkejut juga.

1
erna erfiana
bagus sat set
Ira Suryadi
😄😄😄,,,Alvian toh ternyata tak kira mas Air,,,🤭
Ira Suryadi
Nah loh Saposee tuhh,, ???😧
Ira Suryadi
😄😄,,, Bisa aje Gia
jumirah slavina
ntah knp walaupun horor tp Aku sukaaa.. lanjutkn Gia🤣🤣🤣
jumirah slavina
teruskan Gia.. Aku akan bantu dgn Doa/Facepalm//Facepalm//Scream/
Bunda Yudha
Luar biasa
Dela Karlin
Lumayan
Shella Shilvyliana
astagfirullah thorrr,,,aku yg lulusan SMK. jurusan teknik listrik,,,malah baru tau apa itu kepanjangan PLTA yg terbaik update,,,"""PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANUNYA"""/Shy//Shy//Shy//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Sativa Kyu
👍👍👍
Sweet Girl
Akhirnya mengakui juga
Sweet Girl
waduh waduh waduh...
Sweet Girl
Ben gak isin.
Sweet Girl
Joss....
Ndak usah ngalor ngidul, langsung Des Des Des...
Sweet Girl
Kenak pinalti dong....
Sweet Girl
Ojok kuuaatir... lagi otw
Sweet Girl
ha-ha-ha emang hanya orang Akademik yg pintar?
Sweet Girl
Ada modusnya Ndak?
Sweet Girl
Yaa Allah semoga Ndak apa apa Zie.
Sweet Girl
Lhaaaa seharusnya yg bingung Khan Gia Pak Air...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!