Aku Juli si Dewa Pengetahuan, begitulah mereka mengenalku di kehidupan sebelumnya. Aku manusia terakhir yang berdiri diantara langit dan bumi yang bertarung seorang diri selama 100 tahun melawan lima Dewa Kaisar Siluman,
Tujuan perjuanganku hanya satu! Yaitu untuk mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik bagi umat manusia, akan tetapi perjuangan ku sia-sia karena musuh yang sebenarnya bukanlah mereka..
Setelah aku berpetualangan di Dunia Timur aku menyadari satu rahasia, musuh yang sebenarnya ialah 9 Dewa Kegelapan, Dewa yang sangat mengerikan, Dewa yang tidak kenal belas kasihan, Dewa yang suka menindas dan membunuh Dewa Dewa yang lemah.
Sahabat! Aku Juli berjanji! Akan mengumpulkan kalian semua.. Perjuangan masih belum berakhir, sebelum dunia ini aman sejahtera dan makmur sentosa.. atau kita mati bersama dengan damai..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bang Fuadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6. Lembah Seribu Warna
Di Lembah Seribu Warna wilayah Gunung Bayu.
Lembah Seribu Warna merupakan tempat yang sangat indah, sepanjang jalan memasuki kawasan tersebut selalu ditemui berbagai macam bunga liar berwarna warni hingga dapat menentramkan jiwa bagi siapa saja yang melihatnya, keindahannya lembah seribu warna bukan saja berasal dari bunga namun juga berasal dari tumbuh tumbuhan yang menghasilkan daun berwarna warni.
Keindahan dan kealamian tempat ini telah terjaga selama ratusan tahun dan tidak seorang manusia pun berani merusaknya, hal itu dikarenakan tempat ini memilik seorang Pemburu Tua Klan Serigala yang sangat ditakuti, di dunia barat dia dikenal dengan Husen si Dewa Pedang Ganda, ia berumur 60 tahun berpangkat titik lima perunggu.
Kehebatan Husen bukan saja karena budidaya tubuhnya yang tinggi, namun Husen justru ditakuti karena Teknik Pedang Ganda yang sangat lincah dan mematikan yang di takuti ahli-ahli beladiri dunia, namun semenjak sepuluh tahun lalu Husen mengundurkan diri dari dunia persilatan ia memilih hidup tenang sebagai seorang Pemburu Bebas yang berburu seorang diri di Pintu-Pintu Portal Berwarna Putih dan Kuning.
Timbul berbagai warna pada pintu “Masuk Portal” itu diakibatkan pada pangkat siluman atau hewan ghaib yang berada disekitaran pintu “Portal Keluar”, yang posisi pintu “Portal Keluar” berada di luar kubah pelindung, berikut warna-warna Pintu Portal:
Putih
Kuning
Perunggu
Perak
Emas
Kilau Berlian
Kilau Merah
Sebagai catatan, bisa saja ketika masuk portal putih menemukan siluman atau hewan ghaib tingkat tinggi, hal itu dikarenakan saat muncul portal, siluman tersebut tidak ada disekitar itu sebelumnya, dan warna portal tidak akan berubah dari pertama muncul sampai menutup kembali, dan sebuah portal biasanya akan menutup kembali selama 24 jam.
Ada satu jenis portal lagi, yaitu portal berwarna hijau, portal ini bersifat permanen yang dapat ditemukan di wilayah kota-kota besar dan di istana kota kekaisaran, fungsinya untuk lalu lintas teleportasi antar Kubah Pelindung kekaisaran, dan ukurannya juga terhitung sangat besar.
**
"Syuuu… Syuuuuu… Syu…" terdengar suara seruling.
Di bawah rimbun pohon beringin kuning Husen duduk santai di atas kursi matanya terpejam menghayati nada seruling yang dimainkannya.
Suara seruling terus terdengar merdu mengalun-alun menyayat hati mengisi udara.
Syuuuu… Syu… Syu…. Syuuuu….
Sesekali matanya menatap lepas ke danau indah yang tidak jauh dari tempatnya, perasaan aman dan damai di tempat ini sangat terasa dibenaknya.
Kakek.. kakek..
Tiba-tiba suara seruling terhenti oleh sebuah suara yang terdengar sayup-sayup di telinga Husen.
“Kakek…!!! Kakek…!!!”
Mata tuanya terus mencoba mencari sumber suara panggilan itu, “Ah! Sepertinya itu suara Risa cucu ku” gumamnya segera melesat cepat dari tempat duduknya.
Wuusss…
Pergerakannya bagai hembusan angin, siapa yang tidak mengenal kakek sakti ini yang sangat ditakuti dan disegani oleh lawan maupun kawan di dunia persilatan,
‘Ah benar! Itu ada lima orang yang sedang berlari kemari’ batinnya sambil terus melesat cepat bagaikan terbang kearah lima orang itu.
“Kakek! Tolong kami?”
Wuuss..
Dalam sekejap mata kakek tua berpakaian serba putih telah berada di depan mereka, sepucuk seruling berada ditangannya ia terlihat sangat berwibawa.
“Hm! Ruyu, Yuyun, ada apa ini.. biasa kalian bertiga selalu bersama, Risa kemana sekarang” Tanya Husen pada dua teman cucunya itu.
“Kakek maafkan kami.. kami diserang oleh Klan Pemburu Hyena ketika hendak membawa Hana kemari, dan Risa menghadang mereka seorang diri, hik..hik..” Tangis Yuyun menjelaskan pada Husen.
“Apa?!” Husen terlihat sangat pucat, “Klan Pemburu Hyena adalah klan Iblis! Kalau begitu kalian teruslah ke rumah, sementara aku akan pergi menyelamatkannya” Ucap Husen yang hendak menyusulnya.
“Kakek…!”
Tiba-tiba sebuah suara terdengar memanggilnya, suara itu suara yang sering didengarnya, Husen beserta lainnya segera menoleh kearah sumber suara yang tidak asing pula bagi mereka.
“Risa!”
“Risa kau baik baik saja”
“Risa! Cucuku apa kau baik baik saja”
Semua mata menatap kepada Risa dan anak kecil yang terlihat seperti gembel yang dibawanya, namun yang menarik perhatian semua orang, Risa telah basah kuyup seorang diri.
“Risa! Apa kau menyelam ke dasar sungai untuk mengelabui penciuman Hyena agar hilang jejak! Kau sungguh sangat pintar” ucap kagum Mija senyum senang karena sahabatnya selamat, Mija salah seorang pengantar Hana, ia pemuda berumur 25 tahun berpangkat 2 putih ia terkenal pendiam dan jarang berbicara.
“Iya, ide itu bahkan tidak terpikirkan olehku? Jadi kenapa anak ini tidak basah ya?” Sambung Dolah terlihat bingung waktu melihat Juli bahkan tidak basah sedikitpun.
“Eh! Kan sudah ku bilang, kalau anak miring ini bahkan tidak dilirik oleh Klan Pemburu Hyena itu, apa kalian lupa, aku yakin Risa hanya mengawasi saja dari dalam air, ia tidak mungkin membawa bocah itu bersamanya” Ruyu memberi komentar.
Husen tidak tahu duduk persoalannya tapi ia melihat cucunya sedang menunduk dengan perasaan tidak menentu, hal itu membuat Husen semakin khawatir “Cucuku ada apa?!” tanyanya cepat.
“Ka.. kakek! Kalau bukan ada anak kecil ini yang menolongku.. mungkin aku sudah mati sekarang” Kata Risa sambil menepuk bahu Juli, sementara Juli hanya terlihat tidak peduli dengan segala eskpresi mereka.
“Eh!”
“Kok bisa!?”
Semua orang terkejut sehingga berbagai pertanyaan langsung terlontarkan pada Risa, terutama Ruyu yang terlihat sangat bingung, “Risa! Apa kau tenggelam dan diberikan kayu oleh anak ini?” tanya Ruyu menebak.
“Bukan! Aku basah bukan karena tenggelam, tapi karena berkeringat” ucap Risa memukul kepalanya dan melanjutkan jalan ke arah rumah kakeknya, “Ayo kita ke rumah kakek! aku akan menjelaskan semuanya pada kalian sambil jalan” Risa memimpin jalan sambil terus menceritakan kisahnya, saat mereka mendengar, mereka dibuat tengang tidak percaya dan lucu, namun sebuah pertanyaan dibenak mereka ‘Apa kisah itu benar?’, Sementara itu Juli hanya berjalan paling belakang dan sesekali terlihat menguap.
**
Rumah Husen terhitung besar, memiliki sepuluh kamar tidur dan sebuah ruang tamu cukup luas untuk sebuah rapat, serta memiliki perkarangan yang memadai untuk bersantai, rumah ini sangat nyaman untuk dihuni beberapa orang, namun begitu, Husen lebih suka menyendiri dalam kesehariannya dan ia hanya ditemani dua orang pembantu yang juga pasangan suami istri.
Suasana alam Lembah Seribu Warna lumayan sejuk, sehingga di rumah kakek Husen para tamu biasanya lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dari pada jalan-jalan, atau mereka hanya melakukan aktivitas didalam rumah saja.
Tapi kali ini semua tamu telah bersiap dengan pedang dan berbagai senjata lainnya, mereka berdiri di depan pintu gerbang untuk menunggu Pasukan Klan Pemburu Hyena yang datang menyerang ke tempatnya.
“Aku bisa merasakan mereka akan bergerak kemari dalam jumlah besar, kekuatan mereka terhitung kuat apalagi jika mereka mengepung tempat ini dalam jumlah besar” Husen mulai bersiap untuk kedatangan tamu tak diundang.
“Kakek! Ayah bilang pada ku agar kakek hati-hati, menurut isu yang ayah dapatkan, mereka akan terus mengincar Hana, namun jika itu harus berhadapan dengan Penguasa Lembah Seribu Bunga mereka telah mempersiapkan seorang ahli tingkat tinggi untuk melawan mu” Risa menyampaikan informasi pada kakeknya.
“Kurang Ajar! Tidak akan kubiarkan mereka berbuat seenaknya di tempat ku!” Kakek Husen terlihat marah, “Kau tahu siapa nama ahli itu?” Kakek Husen penasaran.
“Bomo si Petapa Tua Gunung Hantu” Jawab Risa pelan.
“Apa?! Si tua bangka itu juga akan ikut campur masalah anak kecil ini?” Husen mengelus-elus jenggotnya, ‘Sebenarnya siapa hana ini? Kenapa para Tokoh dunia persilatan berusaha keras mencarinya’ batin Kakek Husen sangat penasaran, namun matanya terus teralihkan pada persiapan pertempuran yang akan terjadi sebentar lagi.
“Oya Risa? Aku tidak melihat bocah laki-laki yang kau bawakan tadi, kemana dia?” tiba-tiba Husen teringat pada Juli yang sudah tidak terlihat di sana.
“Oh! Itu dia, lagi tidur di serambi rumah” Rima menunjuk kearah Juli yang terlihat tertidur lelap.
“Hm.. baiklah! Memang anak yang belum terlihat kemampuan diri tidak layak dalam perang yang sesungguhnya, walaupun dia pintar”
“Apa kalian semua sudah siap untuk pertempuran mematikan!” Husen bertanya pada enam orang itu termasuk Hana.
“Siap!”
“Bagus! Mereka sebentar lagi akan sampai kemari” Ucap Husen dengan penuh keyakinan.
**
Kawan-kawan! Ada sedikit masukan dari teman-teman, katanya kata "Partai" di ubah menjadi "Klan" saja, mengingat kedua kata itu sama, jadi ya.. saya coba pakai "Klan" juga boleh, walaupun kadang-kadang saya lupa.. masih "partai", tapi yang jelas itu sama saja, seperti "Kerdil" dan "Kurcaci".