"Teganya kau membunuh keluargaku mas, salah apa keluargaku sama kamu mas," tangis ibu pun pecah.
keluarga yang hangat harus hancur di tangan keluarga itu sendiri, hubungan yang terjalin dengan baik harus hancur karena iri hati seorang saudara kepada adiknya sendiri.
"Santetmu akan kembali padamu,"
"Karma akan menghampirimu,"
"Tidak habis pikir kamu bisa membuh keluargaku dengan ilmu hitammu itu,"
"Kau akan mati di tanganku durjana,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon janda#hot, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
"Ampun pak, sakit, kenapa bapak berubah?" ucap Santi terus memohon agar pak Gito berhenti mencambuknya.
"Dasar anak tidak tau di untung, tidak tau terimakasih dengan segala usahaku?" ucap pak Gito penuh amarah.
Tubuh Santi pun rubuh tidak sadarkan diri lagi akibat rasa sakit yang di sebabkan oleh bapaknya sendiri.
Melihat putrinya tak sadarkan diri lagi, ia berhenti mencambuk tubuh putrinya dan berjalan pergi meninggalkan ruangan tersebut sambil terus mengumpat dengan kata-kata kasar.
Intan terduduk dengan tubuh lemas akibat menyaksikan kekejian seorang bapak kepada anaknya sendiri, ia perlahan bangkit berusaha meraih tubuh sahabatnya yang kini berlumuran darah dan tidak sadarkan diri lagi.
"Santi bangun, kenapa kamu harus mengalami hal yang sangat keji ini?" tangis intan yang tidak sanggup melihat kondisi sahabatnya.
Saat hendak menyentuh tubuh sahabatnya itu tangan nya seperti menyentuh angin, Santi seperti sebuah bayangan hologram yang tidak bisa di gapai.
Intan hanya bisa meratapi nasib dari sahabatnya itu, gadis yang begitu ceria ternyata memendam luka yang begitu menyakitkan.
Dalam kedipan mata Intan kini berada di depan tugu selamat datang desanya.
"Kenapa aku berada disini, bukannya tadi aku berada di rumah pak Gito lalu di mana Santi sekarang?" tanya Intan pada dirinya sendiri.
Intan memperhatikan sekitarnya dengan di terangi oleh cahaya bulan, dari depannya terdengar suara deru sepeda motor yang melaju mendekat ke arah nya, motor tersebut berhenti tepat di hadapannya.
"Siapa yang malam-malam begini berani untuk keluar sendirian?" tanya Intan.
Intan coba memperhatikan siapa orang yang mengendarai motor tersebut di belakang orang itu seperti sedang membawa sesuatu.
Saat ia melepaskan penutup kepala nya, intan baru menyadari orang tersebut ialah pak Gito.
"Apa yang di lakukan pak Gito malam-malam begini? Benda apa yang di bawahnya itu seperti sesosok tubuh manusia, jangan-jangan?" Intan menutup mulut nya menepis segala kemungkinan terburuk yang terjadi, ia kembali mengingat kejadian tadi.
"Sialan tubuh perempuan ini sangat berat!" umpat pak Gito.
Pak Gito berusaha untuk menurunkan tubuh yang di ikatkan menggunakan kain di belakang tubuhnya itu, dengan perlahan ia menggendong dan berjalan menuju ke arah hutan. Tubuh Intan seperti di tarik paksa untuk mengikuti langkah pak Gito memasuki hutan, walaupun ia berusaha menolaknya namun semua nya sia-sia.
Pak Gito terus memasuki area hutan hingga kakinya berhenti tepat di depan tempat yang sangat di larang oleh seluruh warga desa untuk memasuki nya, pak Gito kembali melangkah masuk ke tanah tandus yang sangat di haramkan itu. Tubuh Intan kembali di paksa untuk ikut masuk ke dalam tanah terlarang itu.
Tepat di sebuah batu berukuran besar dan membentuk altar tubuh tersebut di baringkan, lalu kain hitam yang menutupi tubuh tersebut di buka.
"Bu mawar!" ucap Intan kaget melihat siapa wanita yang di baringkan diatas batu altar tersebut. Tebakannya salah, bukan Santi sahabatnya melainkan ibu dari sahabatnya.
Pak Gito duduk dan mulai merapal kan kata-kata yang tidak ia mengerti. Tiba-tiba suasana mencekam menyelimuti tempat tersebut, dingin menusuk kulit tubuh Intan, bulu kuduknya berdiri seperti memberi peringatan untuk sesuatu hal yang berbahaya.
"Hai manusia durjana apa kah kau sudah menyiapkan apa yang aku perintah kan!" terdengar suara perempuan tidak berwujud, entah dari mana asalnya.
"Sudah nyai, aku sudah menyiapkan semuanya," jawab pak Gito.
"Maka lakukan apa yang aku perintahkan, sembelih lah perempuan itu dengan tanganmu sendiri lalu berikan darahnya untukku," ucap perempuan yang di panggil nyai.
Di hadapannya pak Gito telah menyiapkan sesajian serta sebuah mangkuk dan sebilah pisau.
"Sembelih, darah, apa maksud nya dan siapa perempuan itu?" tanya Intan yang kaget mendengar hal tersebut.
"Apa yang di maksud perempuan tersebut ialah pak Gito harus menyembelih istrinya sendiri? Astaga tidak aku harus menghentikannya segera!" ucap Intan panik mendengar penuturan dari perempuan yang di panggil nyai oleh pak Gito.
Intan mencoba memanggil pak Gito agar menghentikan tindakan kejam tersebut namun semuanya sia-sia pak Gito sama sekali tidak bisa mendengar suaranya, dengan terpaksa Intan kembali menyaksikan hal kejam itu.
Pak Gito mulai melangkah maju dengan membawa sebilah pisau dan wadah penampung, ia lalu menaiki batu altar tersebut memutarinya tiga kali dan berhenti tepat di atas kepala istrinya. Dengan kejamnya ia mulai mengg*rok leher istrinya, menampung tiap tetesan darah yang mengalir keluar dengan derasnya.Tubuh istrinya menggelepar kesakitan tanpa bisa mengeluarkan suara, air matanya mengalir deras menatap kecewa suaminya yang dengan tega menjadikan dirinya sebagai tumbal pesugihan.
Intan pun syok dan kaget dengan apa yang di lihatnya, betapa teganya seorang suami membunuh dan menjadikan istrinya tumbal demi kekayaan semata. Tangis Intan tidak bisa di bendung lagi, sakit dan kecewa ia rasakan karena perbuatan kejam dari pak Gito. Perlahan Bu mawar pun meninggal dunia karena kehabisan darah.
"Mampus kau wanita jahanam, kau akan membawa kekayaan untukku!" ucap pak Gito tanpa merasa bersalah.
Setalah selesai munculah sesosok wanita cantik dan seekor ular besar melilit di tubuhnya, ia berjalan duduk diatas batu berbentuk singgah sana. Pak Gito melangkah maju mendekati wanita tersebut lalu memberikan wadah yang berisi darah istrinya sendiri.
Dengan seringai menyeramkan wanita tersebut menerima persembahan tersebut lalu meminumnya.
"Hahaha aku akan bertambah kuat dan cantik dengan meminum darah persembahan setiap manusia serakah sepertimu, Gito!" ucap nyai.
"Aku akan selalu memberikan darah segar untukmu nyai asalkan aku bisa kaya raya dan bisa membalaskan dendam lu kepada warga desa yang selalu merendahkan ku!" ucap pak Gito.
"Pulanglah Gito dan lihat lah dalam lemari mu kau akan mendapati apa yang kau inginkan, itu adalah buah dari pengorbanan orang tercintamu namun ingatlah Gito jumat Kliwon berikutnya kau harus kembali memberikanku tumbal jika kau sampai melanggarnya kau sendiri yang akan menggantikan tumbal tersebut," ucap nyai lalu menghilang dari tempat itu.
Tanah tandus tersebut berubah warna menjadi merah seperti turut menerima persembahan dari pak Gito. Lalu semuanya menghilang dalam hembusan angin meninggalkan pak Gito dengan tawa penuh kepuasan membayangkan ia akan menjadi orang kaya.
Pak Gito kembali melangkahkan kakinya menuju tubuh sang istri yang sudah tidak bernyawa lagi.
"Dasar perempuan jahanam kau pantas mendapatkannya, inilah akibatnya kw bermain api di belakang ku tenang saja selingkuhan mu itu akan segera menyusul mu ke alam baka!" ucap pak Gito sambil menatap tubuh kaku istrinya.
Saat hendak mengangkat tubuh kaku istrinya terdengar dari kejauhan sebuah teriakan tangis yang begitu pilu, Intan sangat mengenali suara tersebut yah suara itu milik sahabatnya.
Santi menangis pilu melihat jasad ibunya yang di bunuh oleh bapaknya sendiri.