NovelToon NovelToon
My Secret Victoria

My Secret Victoria

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Balas Dendam / Teen School/College / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ni Putu Widia Sari

Victoria Baserra seorang siswi SMA High school tak sengaja bertemu dengan El Ganendra, putra tunggal keluarga Eros, salah satu keluarga ternama dan memiliki impact yang besar. Seiring berjalannya waktu sesuatu hal gelap mulai terkuak.

Sebuah rahasia kelam, terkubur dalam dalam. tak ada yang tahu. hari ini dia berakhir atau justru baru memulai. Apa yang terjadi sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Putu Widia Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Adit membuka pintu dengan susah payah, Ia memasuki kamar dengan langkah perlahan. Di kedua tangannya terisi penuh oleh cemilan dan minuman. Devan melirik tanpa menoleh.

Kemudian menatap El, dan mengarahkan bola matanya ke arah Adit disana. El segera menoleh, menyaksikan bagaimana temannya kesulitan dalam berjalan. Ia geleng geleng dibuatnya, sejak itu ia memperhatikan gerak gerik Adit.

BRUKKKK. Adit menjatuhkan minuman dan cemilan di dasar lantai . Berbagai cemilan dengan versi berbeda, ini konsep nya mau promosi atau jualan?.

Kemudian disusul dengan menjatuhkan tubuhnya , nafas nya berangsur angsur. Keringat mengucur disekujur dahi nya . " Huh, ( keluh Adit, menarik nafas panjang ) El, mending besok rumah Lo kasih lift, memar kaki gue naik turun tangga,"

"Dasar," Sahut El dengan nada perlahan.

"Tapi nih ya, untung gue gak tinggal dirumah Lo. Bayangin kalo gue harus naik turun tangga, gua bisa jamin beberapa hari. Kaki gue sixpack dadakan," Celoteh nya random.

"Siapa juga yang mau nampung Lo," Sahut Devan ketus.

Adit berkutik, ia segera beranjak bangun. Perkataan itu sedikit membakar pikiran nya " Eh,, jangan salah banyak kok yang mau nampung gue,"

"Emmm.. Misalnya?," Devan sedikit tak percaya.

"Misalnya, ya paling. Panti asuhan atau panti jompo," Berbicara dengan nada pasrah, merasa sedikit menyesal mengeluarkan kata kata itu. El sontak tersenyum lebar, kata kata itu sangat menggelitik humor nya.

"Tapi nih ya, untung gue punya temen sebaik El. Jadi gue gak perlu tinggal disana, gue di beliin rumah , dibeliin..."

"Ditt!!!!," Tegur El, menyela ucapan nya, El menajamkan pandangan nya, menggeleng perlahan.

Adit menghentikan pembicaraan nya, ia mengangguk menatap salah pada El, sembari menenggelamkan wajahnya perlahan. " Sorry, gue lupa.."

Sedikit back story

Selama ini fasilitas yang Adit punya, rumah motor dan semuanya, adalah pemberian El, dan ini rahasia. Hanya mereka bertiga yang mengetahui hal ini. Kedengarannya sedikit naif tapi itulah kenyataannya.

********

"Mamah, Serra pulang," Teriak gadis periang, yang baru saja pulang dari rumah Victoria. Ia menengok kesana kemari, mencari seseorang yang ditunggu tunggunya.

Tak lama seorang wanita kemudian muncul di hadapan Serra. Senyum merekah mulai terukir di bibir nya. Itu dia, sosok Mamah Serra , atau kerap dipanggil Rina. Pandangannya begitu teduh, seperti embun di pagi hari.

"Ehh, Sayang sudah pulang , gimana kerja kelompok nya hari ini?" Afirmasi yang bagus, untuk memancing pembicaraan.

"Seru dong mah, tau gak Mah. Tadi Serra diajak makan bareng sama Vicky. Dan, Masakan nya itu enak BANGETTTTT ,,, persis masakan mama," Jelas Serra sangat bersemangat.

"Ouhh ya, berarti , Mama ada saingan," Ledek nya sedikit bergurau.

"Hahahah.. " Serra tertawa kecil. Kata kata yang sangat menggugah humor receh nya.

"Ouhh ya sayang, mama boleh tanya sesuatu?," Keliatannya cukup serius.

"Boleh dong Ma, soal apa?,"

"Engga, Mama cuma mau tanya. Teman kamu Vicky itu hanya tinggal bersama bibi nya ?, berdua?,"

Serra membalas mengangguk, mengiyakan pertanyaan dari Sang Mama.

"Orang tua nya,? "

Serra mulai berpikir, bola matanya sedikit bermain ke setiap sudut ruangan, "emmmm,, dia sih gak pernah cerita mah, Serra juga ga berani nanya. Kan , Setiap orang kan punya privasi nya masing masing , contohnya seperti Serra,"

"Ada sesuatu yang gak bisa kita share, walaupun itu sahabat, kerabat atau orang terdekat kita,"

Rina mulai tersenyum, menatap dalam pada Serra. Serra sedikit curiga, kenapa Mama nya malah tersenyum pada dirinya. " Kenapa Mah? Ada yang aneh?," Bingung Serra.

"Engga sayang, Mama cuma kagum aja, ternyata kamu tau batasan dan etika dalam pertemanan. Good job," Memberikan dua jempol pada Serra.

Serangan bibir itu mulai menular pada Serra. Kali ini dia juga ikut tersenyum lebar, sedikit pujian dari Mama. Cukup membuat nya senang, dan selalu dianggap penting. " Iya dong, kan Mama yang ngajarin. Serra ke kamar dulu ya mah, mau mandi ,"

Rina mengelus pundak Serra dengan lembut sambil berkata ," Yaudah sana, Mama tunggu di meja makan,"

"Oke," Sahut nya , langsung bergegas pergi.

******

Hari mulai berganti malam, Devan tiba dirumah nya. Setelah hampir seharian ia berada dirumah El. Langkah kaki dingin , dan hentakan sepatunya membentur lantai dasar.

Berjalan tanpa hambatan, Lurus ke depan tanpa memperdulikan disekitar nya. Melewati ruang tengah, lampu diruangan tiba tiba menyala. Devan menghentikan langkahnya, melirik pada seseorang yang tengah duduk di sofa.

"Dari mana kamu? Jam segini baru pulang ," Suara yang tegas dan lantang, memenuhi telinga nya. Devan hanya terdiam, fokus menatap ke depan tanpa ekspresi.

Hentakan langkah kaki, terdengar tengah mendekati nya. Tersorot sosok wanita muda, dengan kulit kuning Langsat, tatapan mata yang tajam. Serta rambut sebahunya, yang menambahkan kesan ketegasan.

"Saya bertanya pada kamu Devan , dari mana kamu?," Tegas nya sekali lagi, Dia adalah Monica Arrabela, kakak perempuan Devan. Bagi yang baru mengenal nya akan melihatnya, seperti dosen kelas atas. Tanpa ekspresi, suara tegas dan pembawaan yang tenang.

"Dari luar," Sahut Devan singkat.

"Dari luar? Sampai larut malam?, Kakak sudah sering peringatkan, jangan hanya keluar untuk nongkrong nongkrong bersama teman teman kamu, Mau jadi apa kamu Devan,"

Devan melirik tajam, membalikkan tubuhnya menghadap Monica. Menatap dengan pandangan elang. " Apa peduli Kakak?,"

"Jelas kakak peduli, kamu keluarga kakak satu satunya Devan. Kakak bekerja hanya untuk kamu , " Jelas nya.

"Oh ya?, Bukannya itu hanya untuk diri kakak sendiri, "

"Devan!!!," Teriak nya.

"Apa? benar kan?, Apa setelah kejadian itu,, kakak...,"

"Devan!!!, cukup!!!, jangan pernah kamu mengungkit tentang hal itu, kamu tidak akan pernah tau, dan mengerti,"

Devan tersenyum muak, " Ya. Karena hanya anda yang tau, hanya ada yang mengerti. Mau sampai kapan, Saya harus berdiam diri. Cukup sekali, dan itu tidak lagi," Tajam Devan, kemudian pergi meninggalkann Monica.

Setelah kepergian Devan, Monica menundukkan wajahnya, memegang berat kepalanya. Kedua kaki nya terasa lemas, seperti tak bisa menopang tubuhnya, dengan beban seberat ini.

" Asal kamu tau Devan, Kakak seperti ini hanya agar keamanan kamu terjaga, kakak tidak mau kejadian itu terulang lagi," bisik hatinya , menatap penuh arti, ke arah Devan pergi.

*********

Hari hari berlalu begitu cepat, pagi yang cerah . Semangat baru dan perjalanan baru. Itulah kata kata hari ini untuk pemeran utama kita.

Vicky sudah tiba disekolah sejak pukul 06:20 , dimana anak anak biasanya baru bangun, atau ada yang masih bersiap. Lingkungan sekolah yang sepi, kelas yang kosong, dan kantin Kantin yang baru buka.

Tetapi gadis ini sudah terlihat sibuk, ia menyusuri disepanjang area sekolah, bak pengukur jalan, yang kehilangan arah sepertinya ia sedang mencari sesuatu.

"Gue inget, kemarin gue lewat di lorong kelas ini, lalu diarea depan dan gerbang sekolah, coba gue cari lebih teliti lagi," Jelas Vicky ,

Ada apa ini? Tiba tiba seorang El Ganendra sudah tiba di sekolah, memasuki ruangan kelas yang tampak sepi, tanpa penghuni. El meletakkan tas nya kemudian melangkah pergi ke luar kelas.

Pandangannya menyapu di seluruh lorong kelas, menatap sebuah buku bersampul coklat di tangan kanannya. Wah, bau bau ada yang mau nyari pemiliknya nih.

"Semoga kali ini , gue ketemu pemilik buku ini," Tatapan sangat berharap.

El mulai melangkah melewati lorong lorong kelas, 12. Untung saja masih sepi, kalo tidak ia butuh waktu berjam jam untuk melewati kelas kelas ini. Walaupun sudah terbiasa, tetapi tetap saja ia kadang merasa sedikit risih dan kesal. Mau bagaimana lagi, pamor keluarga dan ketampanan nya, terima dan ratapi saja.

El mulai berpikir keras, bagaimana dia bisa menemukan pemilik buku ini. Bahkan nama saja dia tidak tau. " Gue tanya siswa disini aja kalik ya, El El, ada ada aja Lo ini," Bisik hati nya sedikit berisik.

"Permisi," Ucapnya menghentikan seorang siswa.

"Iya, kak. Ada apa?," Tanya siswa dengan wajah aneh, penggemar El kebanyakan cewe, dan dia sangat memilih saat bertanya atau berbicara. Kalo tidak , dia akan terkena virus virus mematikan.

"Lo tau kejadian kemarin di kantin?,"

"Emmmm, tau kak?,"

"Oke bagus. Lo ngeliat cewe yang berdebat sama Devan kemarin?,"

"Cewe,,,," Jelas nya mulai berpikir. El begitu menunggu nunggu jawaban dari siswa ini, wajahnya sangat tak sabaran.

"Ouhh,, iya ,"

"Kira kira Lo tau gak, dia kelas berapa? ,"

"Dia siswi kelas 11 IPA kak, kelas nya gak jauh dari sini. Kakak tinggal lurus dan belok kanan, kelas nomor 2 ," Jelas nya detail.

"Oke oke, makasih ," Ucap El bersemangat, tanpa berlama lama, ia kemudian pergi ke arah yang sudah ditunjukannya . Siswa itu menggaruk kepalanya, sedikit heran dengan pertanyaan El tadi.

"Masak iya, seorang pamor sekolah, gak tau cewe cewe disini ," Gerutu nya tak menyangka.

Disisi lain Vicky terus berusaha mencari buku catatannya, yang diduga jatuh di area sekolah. Ia mulai merasa lelah, sudah sejak tadi belum ada titik terang, yang jelas.

"Kok gak ada ya, perasaan gue cuma lewat sini. Kemungkinan jatuh , ya pasti sekitar sini,"

"Coba deh sekali lagi, semoga aja kali ini ketemu," Vicky memulai lagi langkah pencariannya. Melewati lorong lorong kelas, yang masih sepi. Matanya fokus mencari buku di lantai, tampak sibuk tanpa memperhatikan disekitar nya.

Tanpa sadar ia sudah mulai sedikit gelisah dan cemas, dentingan waktu sudah semakin cepat. Sebelum anak anak yang lainnya tiba, Vicky mempercepat langkah nya. Saat mencoba fokus dan tergesa gesa, tiba tiba tubuhnya menabrak seorang pria yang juga berlawanan arah dari nya.

"Aduhh,,," lirih Vicky sedikit terkejut, ia kemudian menatap pria yang tak sengaja dia tabrak.

Kedua bola matanya membelalak sempurna, sedikit diam. Tetapi ia jelas ingat, pria ini adalah pria yang kemarin menghampiri nya, dan pria yang sama . Saat di kantin waktu itu.

El menatap penuh simbolik, ia seperti menemukan hal yang selama ini dia cari. "Hemmm, sorry gue gak sengaja," Ucap El meminta maaf, atas kejadian tadi.

"Gak,, gue yang salah, jalan gak liat liat," Sahut Vicky merasa tidak enak.

"El, kenapa Lo diam aja, ngomong ayok. Kenapa gue jadi canggung gini," Bisik hati nya .

"Hemmm,, gue mau ngomong," Ucap El spontan.

"Sorry, tapi gue gak ada waktu, " Sahut Vicky, agak panik, ia masih berpikiran tentang buku catatan yang hilang, apalagi anak anak sudah mulai berdatangan. Tanpa berpikir panjang, ia kemudian membalikkan badannya, dan mulai melangkah maju.

"Eh,,, tunggu ," Cegah El, mendahuluinya, Vicky sedikit agak syok. Dengan tingkah El yang tiba tiba seperti ini.

"Maaf, gue gak ada maksud lain. Gue cuma mau ngembaliin buku ini," Jelas El menyodorkan buku catatan, bersampul coklat muda itu.

Vicky sangat tertegun , melihat buku catatan miliknya , akhirnya muncul di hadapannya. Raut wajah kebahagiaan, seketika berbondong bondong datang ke arah nya. Ia segera mengambil buku tersebut. Menatap nya dengan penuh kelegaan.

"Buku catatan gue," Jelas nya.

"Seneng banget?," Tanya El,

"Iya. Ini buku catatan gue, buku penting ," Sahut Vicky masih terhanyut dengan suasana.

"Kok bisa ada sama Lo?,"

"Ouhh itu, kemarin waktu kita ketemu di jalan. Buku itu jatuh dari tas Lo, waktu gue manggil . Lo udah naik taksi,"

Vicky mengangguk mengerti ," Makasih, karena udah ngembaliin buku gue," Ucap Vicky.

El mengangguk, dia ikut merasa bahagia dengan hal ini. Disisi lain, para siswi sudah banyak yang berdatangan, ini sangat berbahaya, bagi El. Kepanikan mulai terlihat di wajahnya, " Gue pergi dulu, " Jelas nya bergegas.

"Tunggu," Cegah Vicky membalikkan badannya.

El menoleh, kemudian menghentikan langkah nya. " Gue Victoria, " ucap Vicky spontan.

Perasaan penasaran itu akhirnya kini berubah menjadi kejutan besar, telinga nya seperti mendengar kejutan luar biasa. El mengukir senyum tipis, " Gue El, " Sahut El.

"Oke, El," Ucap Vicky langsung menyebut nama nya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!