Impian setiap wanita adalah menikah dengan pria yang mencintai dan dicintainya. Namun takdir berkata lain untuk Azura, gadis cantik yang terpaksa menikah dengan pria pengidap gangguan jiwa demi kepentingan keluarga tirinya.
Meski sang ayah masih hidup, hidup Azura sepenuhnya digenggam oleh ibu tiri yang licik dan kejam. Akankah Azura mampu bertahan dalam pernikahan yang tak diinginkannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 6 - Suamiku?
“Tubuhku jauh lebih segar setelah mandi…,” gumam Azura sambil mengusap rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil.
Lalu, ia menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi. Wajahnya tampak lebih tenang dibanding beberapa jam lalu, tapi sorot matanya tetap menyiratkan bayangan luka.
Kroook… kroook...
Tiba-tiba terdengar suara nyaring yang berasal dari perutnya. Azura pun menunduk sambil menekan perutnya dengan sedikit malu-malu.
“Ya ampun... Aku lupa belum makan dari tadi pagi,” gumamnya.
Namun saat ia hendak keluar dari kamar mandi, ia mendadak terpaku. Matanya melebar karena menyadari satu hal, ia tidak membawa pakaian! Ia hanya mengenakan handuk putih yang melilit tubuhnya seadanya.
~Terang saja lah, dia langsung di boyong gitu aja dan hanya membawa diri 😁~
“Aduh, bajuku… Aku gak punya baju ganti. Aku bahkan nggak sempat bawa koper,” keluhnya sambil menoleh ke sekeliling kamar, dan mencari-cari kemungkinan menemukan sesuatu yang bisa ia pakai.
Beberapa saat kemudian, pandangan matanya akhirnya terhenti pada lemari besar di sudut ruangan. Dengan ragu, ia melangkah pelan dan membuka pintunya.
"Hah...?"
Azura tertegun. Lemari itu dipenuhi deretan pakaian wanita yang tertata rapi, sebagian bahkan masih terbungkus dengan plastik bening.
Ada gaun tidur, blouse, rok, celana panjang, bahkan sandal dan sepatu berbagai ukuran.
“Apa semua ini… untukku?,” bisiknya dan nyaris tak percaya.
Lalu, jari-jarinya menyentuh salah satu gaun sederhana berwarna biru muda yang sangat sesuai dengan seleranya.
“Semuanya terlihat baru… dan mahal," gumamnya lagi.
Matanya mengamati satu per satu dan nampak takjub. Bahkan, diantaranya ada juga label butik terkenal yang dulu hanya bisa ia lihat dari balik etalase mall.
Setelah memilih satu set pakaian kasual, yaitu kaus lengan panjang warna lembut dan celana bahan yang nyaman, Azura segera mengenakannya dan berdiri di depan cermin.
“Oke. Aku harus makan sekarang. Kalau nggak, bisa pingsan beneran.”
Setelah siap, ia pun membuka pintu kamar dan mulai berjalan menyusuri lorong yang remang, ditemani cahaya lampu dinding yang temaram.
Langkahnya masih ragu, namun ia mulai terbiasa dengan aroma rumah ini, wangi khas kayu tua bercampur wewangian mahal.
Namun baru beberapa langkah…
BRAAAK!!!
Tiba-tiba terdengar suara benda berat terjatuh dari arah bawah. Disusul suara teriakan dan jeritan marah yang menggelegar.
"AKU BILANG JANGAN GANGGU AKU!!!"
Azura tersentak. Jantungnya berdebar saat mendengar suara menggema itu. Ia lalu mendekatkan tubuhnya ke dinding, dan menyipitkan matanya seraya menatap ke ujung lorong.
“Itu… apakah itu suara suara Rangga?.”
PRANGNG!!! BRAKK!!
Terdengar lagi suara dentingan kaca pecah dan suara lemparan kursi yang menyusul. Kemudian terdengar suara-suara para pelayan pria yang mencoba menenangkan.
“Tuan Rangga, mohon tenang, ini hanya waktunya makan malam…”
“DIAM!!! AKU MAU IBUKU!! AKU MAU IBU!!.”
Teriakan pilu itu terdengar sangat keras sehingga Azura pun bisa mendengarnya.
BRAK! BRAK!
Suara lemparan benda kembali terdengar, bahkan membuat lantai di bawahnya sedikit bergetar.
Meski takut, tapi Azura merasa penasaran. Ia pun mengintip dari balik anak tangga, dan melihat beberapa pelayan pria berusaha menahan Rangga yang meronta dengan liar.
Rambutnya acak-acakan, matanya liar, dan wajahnya memerah karena amarah yang hampir meledak.
“Kalian jahat! Jahat! Jahaaat!!,” teriak Rangga sambil menendang meja. Lalu, ia menggenggam bingkai foto yang sudah pecah dan memeluknya.
Melihat kejadian itu, Azura pun mundur dengan perlahan dan dengan napas yang tersengal.
"Dia… ternyata benar," batin Azura sambil menutupi mulutnya agar tidak terdengar.
Namun tiba-tiba, seperti mencium keberadaan Azura, mata Rangga menoleh cepat ke arah tangga dan menatap lurus ke arah tempat Azura berdiri.
TEG!!
Menyadari keberadaannya di ketahui, Azura langsung berbalik dan berlari kecil kembali ke kamar, lalu mengunci pintu dan memejamkan matanya. Tubuhnya gemetar hebat layaknya orang yang sedang ketakutan.
“Aku tinggal serumah dengan... orang seperti itu? Hah hah hah.... "
Sambil memegangi dada, Azura terduduk di lantai seraya menyandarkan punggungnya pada pintu.
Sementara di luar kamarnya, suara-suara pelan terdengar lagi. Suara para penjaga yang berusaha menenangkan Rangga, hingga suara itupun perlahan mereda.
Waduh! Apa yang terjadi pada Azura selanjutnya ya...?
BERSAMBUNG...
tambah lagi doooooooong