Dendam Salah Arah

Keesokan harinya

Di perusahaan Santoso

Arldan tampak memijat pelipisnya ketika mendapatkan kabar jika kakeknya akan berkunjung dua hari lagi.

Untuk sesaat dia jelas bahagia menyambut kedatangan pria tua itu, Namun di sisi lain dia juga di buat pusing terkait hubungannya dengan Vanesa.

Bagaimana jika kakeknya tau jika mereka tinggal di kamar yang berbeda, Atau mungkin bagaimana jika gadis itu mengadukan perbuatannya pada kakeknya, Dia mungkin mengatasi mulut istrinya, Namun masalah lainnya, Apakah mereka harus tidur di kamar yang sama?

Dia jelas tidak menginginkan itu? Sebab melihat gadis itu membuat perasaannya menjadi tidak menentu.

Sejenak pria itu menyandarkan tubuh kokohnya di kursi kebesarannya, Pria itu memejamkan matanya beberapa waktu.

Crieettttt

Tiba tiba pintu ruangannya terbuka, Memperlihatkan sosok wanita dengan pakaian merah menyala terlihat menghampirinya

"Sayang, Kau tidak mengunjungi dua hari ini"

Suara seorang wanita terdengar begitu manja, Meletakkan tas branded miliknya di atas meja kerja Arldan, kemudian duduk di atas pangkuan pria tersebut.

Arldan terpaksa membuka matanya, Menatap wanita tersebut beberapa waktu.

Nova angelina adalah kekasihnya, Katakan saja kekasih gelapnya karna mereka menjalin hubungan dimana Arldan telah memiliki istri saat ini.

"Mari tidak bertemu beberapa hari kedepan"

Sahut Arldan membuat Nova seketika terkejut.

"Sayang kenapa mengatakan itu? Apa aku membuatmu marah?"

Timpal Nova yang menatap wajah pria tampan tersebut.

Yah tampan, Lagi pula siapa yang bisa menolak pesona Arldan Santoso, Selain tampan pria itu juga direktur di Santoso Group, Dia benar benar terpesona dengan pria itu dalam waktu yang cukup lama.

Pertemuan pertama mereka saat pria itu sedang berada di club dan entah bagaimana selanjutnya mereka berada di atas tempat tidur yang sama, menikmati malam panas untuk saling menuntaskan hasrat mereka antara satu dengan yang lainnya

"Tentu saja tidak, Kakekku akan datang, Jika dia tau tentang hubungan kita dia bisa saja mencoret ku dari daftar pewaris harta keluarga Santoso"

Jelas Arldan yang kini memeluk pinggang ramping milik Nova.

Nova terdiam beberapa waktu, Sebenarnya dia sedikit tidak rela namun mendengar penjelasan Arland membuat gadis itu perlahan menganggukkan kepalanya.

Bagaimanapun dia juga tidak ingin jika kekasihnya itu di coret dari ahli waris keluarga santoso, Dan dari penjelasan Arldan tuan besar Santoso begitu menyukai cucu menantunya, Memperlihatkan hubungan mereka jelas akan menjadi bencana di kemudian hari.

"Apakah akan lama? Kau tau aku tidak bisa tidak melihatmu walau sehari saja"

Nova merengek dengan manja, Membenamkan wajahnya di dada pria itu.

"Entahlah, Mungkin tidak begitu lama"

Jawab Arldan yang mengangkat wajah Nova dengan jari telunjuknya.

Tatapan mereka saling beradu beberapa waktu, Nova melebarkan senyumnya hingga tangan indahnya menarik leher Alrdan kemudian menyatukan bibir mereka.

Namun belum cukup lama, Pintu ruangan Arldan terbuka, Terlihat sosok pria dengan setelan jas hitamnya bergerak mendekati mereka.

Pria itu tampak tidak peduli dengan apa yang dilakukan Arldan dan Nova, Seolah hal tersebut sudah biasa baginya.

Pria itu duduk di sofa yang ada di sana dengan santai

"Kau tidak mengetuk pintu lebih dulu, Rian"

Sahut Arldan dengan kesal yang terpaksa menghentikan cumbuannya pada Nova.

Sedangkan yang di sebut Rian hanya mengangkat kedua bahunya dengan acuh.

"Kau tidak pergi ke perusahaanmu? Benar benar membuang waktu untuk bersantai"

Ucap Alrdan lagi yang menatap temannya itu beberapa waktu.

Bukannya menjawab pertanyaan Arland, Rian memilih mengalihkan pandangannya ke arah Nova, Kemudian berkata

"Apa kau akan tetap di sini? Menjadi penguping pembicaraan ku dengan Arldan?"

Rian tampak menaikkan ujung alisnya, Menatap Nova dengan tatapan tidak suka, Sejak dulu dia memang tidak suka dengan wanita tersebut, Berulang kali mengingatkan sahabatnya untuk berhenti bermain main dengan Nova.

Nova melototkan matanya kesal ketika mendengar apa yang dikatakan Rian padanya, Dia membalikkan badannya, Menatap Arldan seolah meminta pembelaan dari kekasihnya itu.

"Pergilah lebih dulu"

Nova semakin kesal saja di buatnya, Lantas wanita tersebut meraih tas miliknya dan berlalu dari sana dengan perasaan marah.

"Bermain main dengan wanita seperti Nova hanya akan menyulitkan mu di masa depan"

Rian membuka suaranya menatap temannya untuk sesaat

"Aku hanya membutuhkan tubuhnya, Tidak lebih dari itu"

Arldan menjawab dengan santai, Sebenarnya sejak dulu dia tidak begitu serius dengan Nova, Dia hanya butuh di puaskan oleh wanita tersebut, Namun jika wanita itu menyukainya bukankah itu bukan salahnya.

Rian terkekeh ringan mendengarnya.

"Aku bisa melihat dimatanya jika dia menyukaimu, Ahh tidak mungkin lebih tepatnya uangmu"

Sahut Rian dengan santai, Dia pikir untuk perempuan seperti Nova jika ketampanan penting, Maka uang bagi mereka berkali kali lipat pentingnya. Dan pria itu yakin jika wanita itu mendekati temannya karna tau jika Arldan merupakan calon pewaris dari perusahaan Santoso.

"Dan kau tau, Wanita seperti itu sangat berambisi, Akan berhenti jika tujuannya benar benar tercapai, Jadi jangan bermain terlalu jauh"

Lanjut Rian lagi yang kembali memperingati sahabatnya.

Arldan mendesah pelan.

"Aku tau itu, Dan aku akan mengingatnya"

Dia tidak ingin membahas Nova kali ini, Dia sudah cukup pusing dengan kedatangan kakeknya nanti.

"Apa masalah tentang kakekmu?"

Rian kembali menebak dari raut wajah kusut temannya.

Arldan jelas saja terkejut mendengarnya, Dia pikir dari mana temannya tau tentang kedatangan kakeknya.

"Dari mana kau tau?"

Tanyanya dengan cepat

"Kakekmu menghubungi ayahku dan mengatakan akan melakukan penerbangan ke Indonesia pagi ini"

Mendengar itu membuat Arldan semakin melototkan matanya.

Pagi ini? Bukankah kakeknya berkata dua hari lagi, Itu benar benar mengejutkan dirinya

"Ada apa dengan reaksi mu, Kau bersikap seolah tidak tau jika kakekmu akan datang hari ini"

Sahut Rian yang mengangkat ujung alisnya ketika melihat ekspresi aneh dari temannya.

"Aku tau kakek akan datang, Tapi datang di hari ini aku benar benar tidak tau"

Kini pria itu berdiri dari posisinya dengan kasar, Dia tampak gelagapan mengingat kakeknya akan tiba dalam waktu yang tidak lama.

Dia belum membicarakan ini dengan Vanesa, memindahkan barang barang gadis itu ke kamarnya tanpa sisa, Dia harus menghapus kecurigaan kakeknya padanya.

"Sebaiknya kau pulang, Bereskan masalahmu dengan Vanesa, Jika kakekmu tau kau bisa selesai hari ini juga"

Sahut Rian yang jelas tau bagaimana posisi Vanesa di mata kakek Santoso, Lantas pria itu ikut berdiri dari posisinya, kemudian memilih berlalu dari sana karna tau temannya juga akan kembali.

Kakek Santoso dan ayah dari Rian cukup dekat, mengingat jika mendiang kakeknya sahabat dari kakek Santoso sedari kuliah.

Alrdan dengan cepat meraih kunci mobil miliknya, Lantas segera pergi dari sana dengan keadaan tergesa gesa.