Roda kehidupan yang kejam bagi seorang anak perempuan bernama Jennifer. Lara dan Kemalangan yang bertubi-tubi menimpanya. Akhirnya dia menemukan suatu kebahagiaan dari cinta pertama dan cinta sejatinya melalui perjalanan roda kehidupan yang penuh dengan lika-liku dan intrik di dalam lingkungan yang toxic.
Seperti apakah Roller Coaster kehidupan milik Jennifer? Seperti apakah ruang lingkup dirinya sehingga dia menjadi seorang wanita yang mandiri?
Mari baca cerita novel ini ☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Senang Sekali Hari Ini
"Wah anak Mommy sudah cantik," puji Rosalinda tulus ketika Jennie yang sudah dihias layaknya seorang putri raja. "Terima kasih Bi Lia, sudah mau memandikan dan mendandani Jennie," lanjut Rosalinda sambil berjalan menghampiri Lia dan Jennie.
"Terima kasih Nyonya," ucap Lia malu-malu.
"Nyonya, kita jadi kan ke rumahku? Aku mau ketemu sama Mommyku," ucap Jennie sendu.
Rosalinda menghentikan langkah kakinya di hadapan Jennie, lalu berucap dengan lembut, "Nak, untuk sementara kita belum bisa ke rumah kamu, karena kita tidak tahu letak rumah kamu, Sayang."
"Rumahku dikelilingi hutan, Nyonya," ucap Jennie polos.
Rosalinda menjongkokan tubuhnya, lalu berucap, "Nak, kamu tahu nama hutan itu?"
"Aku tidak tahu, Nyonya."
"Jangan panggil saya Nyonya lagi, panggil Mommy Ros atau Mommy. Kamu harus yang sabar ya cantik, Mommy butuh waktu mencari letak rumahmu, Sayang. Memangnya kamu tidak mau tinggal bersamaku?"
"Nggak Nyo —, eh Mommy Ros, aku ingin tinggal bersama Mommyku," ujar Jennie polos.
"Baiklah kalau itu maumu Nak. Tapi, setelah kamu sudah pulang ke rumah, kamu harus mengunjungiku setiap akhir pekan ya."
"Iya Mommy Ros," ucap Jennie yang sudah tidak sedih lagi.
"Oh ya, kamu sudah sekolah Nak?"
"Aku belum sekolah, tapi aku sering belajar sama Mommyku."
"Apakah kamu punya ayah?"
"Ehmmm ... punya, tapi Daddy orangnya jahat sekali," jawab Jennie sedih yang membuat Rosalinda mengetahui orang yang telah menyiksa Jennie.
"Sudah, kamu jangan pikirkan orang jahat itu, dia sangat tidak pantas sebagai Daddy kamu. Kamu mau punya Daddy yang baru? Suaminya Mommy orangnya baik sekali, dia mau menjadi Daddy kamu."
"Iya aku mau punya Daddy yang baru."
"Baiklah, nanti kami akan menjadi orang tua asuh kamu setelah kamu sudah pulang. Kamu sudah minum susu dan bubur oat?"
"Sudah Mommy Ros."
"Ayo sekarang kita pergi ke mall," ucap Rosalinda semangat, lalu dia beranjak berdiri.
"Ayo, tapi apakah pangeran itu ikut sama kita, Mommy Ros?"
"Pangeran? Maksud kamu siapa Nak?" tanya Rosalinda bingung sambil menoleh ke Jennie.
"Tuan Ro—nald."
Rosalinda tertawa renyah mendengar jawaban Jennie, lalu berujar, "Nak, dia itu kakak kamu, dia itu bukan pangeran Sayang, dia itu salah satu putraku."
"Tapi wajahnya seperti pangeran Nyonya."
"Iya, dia adalah putraku yang paling ganteng. Kamu tahu tentang pangeran dari siapa Nak?"
"Dari Mommy, aku sering diceritakan tentang pangeran, ada pangeran kodok, ada pangeran berkuda putih, dan sebagainya. Terus, kata Mommy, di dunia ini ada pangeran."
"Iya, benar apa yang dikatakan oleh Mommy kamu. Di dunia ini ada Pangeran Charles, Pangeran William, Pangeran Andrew dan masih banyak lagi pangeran yang lainnya. Kamu mau ketemu sama mereka?"
"Aku mau Nyonya," jawab Jennie yang senang.
"Baiklah, nanti kita ketemu sama pangeran Herry, dia tinggal di Amerika Serikat, di negara ini. Kita akan mengunjunginya karena Daddy Ricardo mengenalnya."
"Daddy Ricardo siapa Mommy Ros?"
"Dia itu suamiku dan juga Daddy baru kamu."
"Wah, aku sangat senang punya Daddy seperti Daddy Ricardo," ujar Jennie semangat.
"Ayo kita pergi sekarang Nak?"
"Baik Mommy."
Tak lama kemudian Rosalinda menggandeng tangan kanannya Jennie yang kecil, lalu menuntun Jennie keluar dari kamar itu. Lia mengikuti langkah kaki mereka. Mereka keluar dari kamar itu lewat pintu kamar yang terbuka, lalu berjalan menyusuri lorong itu. Menghentikan langkah di depan salah satu pintu lift. Rosalinda menekan tombol panah ke bawah, lalu pintu lift kebuka.
Mereka masuk ke dalam lift, Lia menekan tombol angka 1, lalu pintu lift ketutup. Sontak Jennie memeluk pinggangnya Rosalinda dengan erat. Rosalinda menoleh ke Jennie yang sedang menutup wajahnya dengan paha kirinya Rosalinda. Rosalinda tersenyum manis melihat kelakuan Jennie, lalu mengusap puncak kepalanya Jennie.
Tak lama kemudian, pintu lift kebuka. Di hadapan mereka sudah ada Shella, Shayna dan Sherly. Adik perempuannya Ronald menatap julid ke Jennie yang masih menutupi wajahnya. Rosalinda menoleh ke anak-anak perempuan milik Sean. Dia tersenyum hangat ke tiga anak perempuan itu, lalu berjalan sambil membimbing Jennie yang masih menutupi wajahnya.
"Norak sekali!" celetuk Shella.
"Dasar anak udik!" samber Sherly.
"Maklum, anak dari kampung, yah seperti itu anak kampungan," samber Shayna.
Rosalinda menghentikan langkah kakinya, lalu menoleh ke tiga anak itu dan berucap, "Tolong jaga ucapan kalian, ngatain orang itu tidak baik, bukan perilaku terpuji."
Setelah mendengar teguran dari Rosalinda, ketiga anak itu langsung masuk ke dalam lift. Sedetik kemudian pintu lift ketutup. Rosalinda melanjutkan langkah kakinya. Jennie melepaskan pelukannya dari pinggangnya Rosalinda. Jennie mendengar pandangannya, dia masih berdecak kagum melihat interior lobby mansion itu. Berjalan keluar melalui pintu lobby yang sangat besar.
Berjalan mendekati mobil yang sudah terparkir di depan teras lobby. Pintu mobil bagian penumpang belakang dan depan sudah dibuka. Rosalinda dan Jennie masuk ke dalam bagian penumpang belakang. Sedangkan Lia masuk ke dalam bagian penumpang depan. Dua pintu mobil itu ditutup oleh supir. Rosalinda dan Lia memakai sabuk pengaman. Sedangkan Jennie celingak-celinguk melihat isi mobil yang menurutnya sangat mewah.
"Mobilnya bagus sekali Mommy Ros," ucap Jennie polos.
"Terima kasih cantik," ucap Rosalinda lembut sambil menoleh ke Jennie. "Nak, kamu bisa pakai sabuk pengaman?"
"Sabuk pengaman?" tanya Jennie bingung sambil menoleh ke Rosalinda.
Tak lama kemudian, Rosalinda membungkukkan badannya. Memasangkan sabuk pengaman di badannya Jennie. Rosalinda menegakkan tubuhnya ketika mobil melaju pelan keluar dari pekarangan mansion itu. Keluar dari mansion itu melalui pintu gerbang yang megah. Mobil itu melaju dengan lumayan cepat. Melintasi sebuah jalan yang hanya khusus untuk mansion itu. Sisi kanan jalanan itu ada pohon - pohon Cemara dan pohon Maple.
Mobil itu belok ke kanan setelah menemukan jalan raya. Melaju dengan kecepatan yang stabil. Menerobos suasana sunyi jalan raya itu. Berjalan lurus, melewati perempatan jalan raya. Selama perjalanan Jennie menatap keluar jendela dengan tatapan mata yang berbinar. Dia sangat senang karena baru kali ini dia bepergian. Dia tersenyum senang melihat beberapa bangunan yang tertata rapih dan berdiri dengan kokohnya.
Mobil itu berbelok kiri, masuk ke dalam pekarangan parkir sebuah mall yang terkenal di kota itu. Mobil itu berhenti di depan pintu utama mall. Rosalinda dan Lia membuka sabuk pengaman. Rosalinda membuka sabuk pengaman Jennie. Lia membuka pintu mobil, lalu keluar dari dalam mobil. Membuka pintu mobil bagian belakang. Rosalinda keluar dari dalam mobil. Jennie juga ikut keluar dari dalam mobil.
Jennie menatap kagum melihat bangunan mall karena baru kali ini dia pergi ke mall. Saat ini mereka berada di depan Wenatchee Valley Mall yang letaknya di 511 Valley Mall Parkway, East Wenatchee, WA 98802. Mereka masuk ke dalam Mall itu. Jennie celingak-celinguk melihat keadaan mall yang lumayan ramai oleh para pencuci mata dan para pengunjung mall.
"Mommy Ros, mallnya sangat bagus. Aku senang sekali hari ini."