NovelToon NovelToon
Bintang Untuk Angkasa

Bintang Untuk Angkasa

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Balas dendam pengganti
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Intro_12

Malam itu menghancurkan segalanya bagi Talita —keluarga, masa depan, dan harga dirinya. Tragedi kelam itu menumbuhkan bara dendam yang ia simpan rapat-rapat, menunggu waktu untuk membalas lelaki keji yang telah merenggut segalanya.

Namun takdir mempermainkannya. Sebuah kecelakaan hampir merenggut nyawanya dan putranya— Bintang, jika saja Langit tak datang menyelamatkan mereka.

Pertolongan itu membawa Talita pada sebuah pertemuan tak terduga dengan Angkasa, lelaki dari masa lalunya yang menjadi sumber luka terdalamnya.Talita pun menyiapkan jaring balas dendam, namun langkahnya selalu terhenti oleh campur tangan takdir… dan oleh Bintang. Namun siapa sangka, hati Talita telah tertambat pada Langit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Intro_12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masuk Rumah Angkasa

Talita mondar-mandir di kamarnya. Lantai kayu berderit setiap kali langkah kakinya menapak, seolah ikut menggaungkan gejolak amarah yang menyesaki dadanya. Matanya sembab, wajahnya tegang. Pikirannya berputar-putar, bagai pusaran badai yang tak kunjung reda.

Pria kepar*t itu, melemparnya keluar begitu saja, seperti sampah tak berharga. Bahkan Bintang pun ikut diusir tanpa belas kasih. Seakan mereka bukan manusia, hanya beban. Talita menggertakkan giginya, hatinya panas terbakar.

Tapi di balik kemarahan itu, bibirnya perlahan menyunggingkan senyum dingin.

Mungkin… inilah tanda bahwa semesta akhirnya berpihak padanya. Tiga tahun ia menunggu, tiga tahun pula ia menahan sakit, menahan bara dendam yang membakar dada. Dan kini, kesempatan itu ada di depan mata.

Malam itu, meski tubuhnya terbaring berselimut, matanya tak benar-benar terpejam. Bayangan-bayangan dendam terus menghantui. Dalam gelap kamar, ia menyusun strategi. Potongan-potongan rencana berkelebat di kepalanya, seperti papan catur yang perlahan ia susun bidaknya.

Sampai akhirnya… layar ponselnya menampilkan berita.

Sebuah judul besar dari akun jurnalis terkenal, El Mariachi:

“Langit Adhitama Zibrano, Anak Pertama Keluarga Zibrano, Alami Koma dan Dirawat di Kediamannya.”

Talita membeku sejenak. Lalu jemarinya menjentikkan udara.

Senyumnya mengembang.

“Ide besar,” gumamnya lirih, mata berbinar dengan cahaya licik.

^^^^

Pagi itu, ia berdiri di depan gerbang besi hitam yang menjulang tinggi. Logo keluarga Zibrano terukir megah di sana, simbol old money yang nyaris semua orang di negeri ini kenal. Dari balik celah pagar, tampak mansion megah berarsitektur klasik Eropa, dengan pilar-pilar putih yang kokoh, kaca-kaca besar berkilauan memantulkan sinar matahari, dan taman luas yang terawat sempurna.

Namun Talita tidak takjub. Bibirnya justru menegang, seolah berkata, “Rumahku dulu juga tak kalah megah.”

Pintu utama akhirnya terbuka. Dua asisten rumah tangga menyambutnya dengan senyum sopan. Tak lama, langkah anggun seorang wanita paruh baya terdengar. Wanita itu—Nyonya Kamila—muncul dengan gaun rumah berwarna pastel. Wajahnya teduh, lembut, penuh keibuan. Senyum tulusnya bagai cahaya hangat di tengah dingin pagi.

Talita merasakan detak jantungnya makin kencang.

“Ini saatnya,” batinnya.

Dengan gemetar yang ia buat-buat, Talita menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Air matanya menetes, bahunya bergetar halus. Kamila yang hatinya mudah tersentuh segera menghampiri. Ia mempersilakan Talita duduk di ruang tamu yang penuh ornamen antik, sofa empuk berlapis beludru, dan aroma harum bunga segar di meja marmer.

Asisten menghidangkan segelas air putih. Talita mengambilnya dengan jari bergetar. Ia sengaja membiarkan segelas itu hanya setengah diminum, agar tampak seolah napasnya masih tersengal oleh tangis.

“Sa… saya, Talita” suaranya lirih, terbata-bata, “orang yang menyebabkan Tuan Langit kecelakaan.” Talita menceritakan kejadian kecelakaan itu dengan teliti.

Membuat Kamila menutup mulutnya. Air matanya hampir jatuh, mendengar Langit, anak yang begitu ia sayangi, rela mengorbankan diri demi orang lain, membuat dadanya sesak oleh bangga dan haru.

Bagi Kamila, Langit memang bukan darah dagingnya. Tapi kasih sayang yang ia berikan, sama sekali tak berbeda dengan anak kandung. Sejak pertama kali ia mengadopsi Langit dari panti asuhan, bocah itu tumbuh menjadi pribadi yang santun, penuh sayang, dan berprestasi. Kamila sudah lama memutuskan: Langit adalah anaknya. Anak pertama keluarga Zibrano.

“Tidak apa-apa, Talita, kamu baik-baik saja, kan?” tanya Kamila dengan nada penuh cemas.

Talita mengangguk pelan, menundukkan kepala, pura-pura menyembunyikan wajah bersalahnya. “Saya baik-baik saja,”

Hening sesaat.....

Talita tahu inilah waktunya meluncurkan strategi kedua.

Dengan mata basah, ia berucap lirih, “Saya ingin membalas budi Tuan Langit. Saya… saya ingin merawatnya. Tanpa imbalan. Sampai dia sembuh. Karena… saya tidak punya uang untuk mengganti biaya pengobatan beliau.”

Kamila cepat-cepat menggeleng, menggenggam tangan Talita erat. “Tidak usah merasa bersalah, Talita. Langit menolongmu karena hatinya memang seperti itu. Dia… terlalu baik.”

Penolakan halus itu membuat Talita menahan senyum getir. Ia harus mencari celah lain. Ia tidak boleh gagal.

“Terimakasih, Nyonya. Semoga Tuhan membalas kebaikan Anda dan Tuan Langit,” ucap Talita lembut, sambil beranjak. Diam-diam, ia menjatuhkan ponselnya ke lantai.

“Ini senjata terakhir,” batinnya yakin karena tidak akan ada yang bisa menolak pesona imut dan sedikit dingin dari Bintang.

Saat Kamila memungut ponsel itu, layar menyala, menampilkan foto Bintang, dengan senyum imut dan tatapan polos.

Mata Kamila langsung berbinar. “Ya ampun… imut sekali. Ini artis cilik?” tanyanya, tulus terpesona.

Talita tersenyum samar. “Bukan, Nyonya. Dia… anak saya.”

“Anakmu?” Kamila hampir tak percaya. “Kamu masih sangat muda.”

Talita menunduk, berlagak malu. “Saya menikah muda… umur delapan belas. Karena perjodohan.”

Kamila tertegun. “Lalu… di mana suamimu sekarang?”

Talita menghela napas panjang, menunduk lebih dalam. Bahunya bergetar, tangisnya terdengar patah. “Suami saya meninggal, Nyonya. Saat kebakaran. Dia mengorbankan nyawanya demi saya dan Bintang. Rumah kami lenyap. Sekarang… kami hanya tinggal di kontrakan sempit. Kadang… Bintang kurang makan.”

Kamila menahan napas, matanya basah. Ia meraih Talita dalam pelukan erat, seolah ingin melindunginya. “Cukup, Talita. Kamu sudah cukup menderita. Saya akan mempersilahkan kamu untuk merawat Langit dan menggaji kamu seperti perawat lainnya. Kamu juga boleh tinggal di sini.”

Air mata Talita mengalir deras. Kali ini bukan sekadar pura-pura. Ada kepuasan yang nyata, kepuasan karena strateginya berhasil.

Kamila mengantar Talita sampai ke pintu utama. Namun di luar sana, sebuah mobil Lamborgini aventador merah sport terparkir. Dari balik kaca gelap, sepasang mata tajam memperhatikan setiap gerak-gerik mereka.

Angkasa.

Ia menatap penuh curiga, rahangnya mengeras.

“Itu… wanita yang kesurupan di rumah sakit kemarin. Kenapa dia ada di sini?”

Sorot matanya dingin, seperti pisau yang siap menguliti rahasia.

^^^

Jangan lupa like and komen ya guys yaaa...

salam cinta dari akuuuh...

1
Asih S Yekti
lanjut , cerotanya bagus aku suka
Asih S Yekti
penulis baru tp bagus kok g banyak tipo penyusunan bahasanya juga bagus
Intro: Trimakasiih.. /Smile/
total 1 replies
Ceyra Heelshire
kasian banget /Whimper/
Intro
Hai, ini karya pertama ku..
makasih sudah mampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!