calon suamiku tidak datang di hari pernikahan kami,sementara keluarga pamanku mendesak agar aku mencari pengantin penganti agar mereka merasa tidak di permalukan.terpaksa,aku meminta supir truk yang ku anggap tengil untuk menikahiku,tapi di luar dugaanku, suami penganti ya aku sepelehkan banyak orang itu...... bukan orang sembarang bagaaiman bisa begitu dia berkuasa dan sangat menakutkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheena Sheeila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5 Teralihkan
"Boleh,istriku.Kau minta ambilkan bulan saja aku ambil,kok!"
Meskipun tampak bercanda,ucapan santai Rizal membuatnya tak enak.
Jujur,Aku tidak bermaksud menyingung Rizal dengan masih menanyakan sesuatu yang berkait calon suamiku itu.
Tapi,Aku ingin semua clear agar aku bisa menjalani hidupku ke depannya dengan baik.
Untungnya,sepanjang perjalanan Rizal tetap santai.
Hanya saja ketegangan itu sementara.
Tepat ketika mobil Rizal masuk perantara rumahnya,Teriak tante Ana sudah menggema begitu kencang.
"Jangan parkir di depan rumahku.mobil buntut mu itu tidak pantas sekali nongkrong disana!"
"Aku tidak akan lama.Aku hanya mengantar istriku menemui mu!"
Tante Ana tampak marah dengan ucapan Rizal.
Namun lagi-lagi,pria itu tetap santai.
Rizal bahkan menunggu santai di dalam mobil setelah membuka kan pitu mobil untuku.
Kini, aku menarik napas panjang.Bersiap untuk "Berperang"
Hanya saja,Baru turun dari mobil,aku menemukan mobil mewah yang tak jauh dari mobil pick up Rizal.
DEG!
Apakah mobil itu yang di maksudkan adik mas Genta?
"Mau apa lagi"?
Pertanyaan tante Ana sontak menyadarkan ku dari lamuan." Kita masuk dan bicara ya,tante.Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan," ajak ku.
"Disini saja,Aku sudah mau pergi ini!"
Aku menghela napas.
Daripada tidak kelar-kelar,segera ku tanyakan apa yang harus ku tanyakan."Apa yang tante minta dari keluarga mas Genta hingga mereka lebih memilih menggagalkan pernikahan kami kemarin?"
Tante Ana tersenyum sinis sembari memeriksa kuku-kuku cantiknya."Hanya meminta mengantikan biaya hidup selama menumpang di rumahku,biaya sekolah, biaya pesta,dan juga sedikit uang terima kasih karna aku sudah membesarkan mu."
"Bagi keluarga kaya seperti mereka,seharusnya itu bukan masalah,kan?"
Mata ku sontak membelalak,Ya Allah.Tante.kenapa tante begitu,sih?"
"Eh,jangan sok nyalahin,ya?Gara-gara pembatal itu,aku juga 'kan yang rugi?Uang pesta yang harusnya ada yang bantu,jadi aku sendiri yang nombokin"
"Apa tante juga meminta mobil itu?"
Tanyaku menunjukan mobil yang terlihat mewah itu.
"Kenapa memangnya? cuma dp doang aku juga 'kan yang lanjut cicilannya!"
"Tapi itu sangat tidak etis,tante.Tante benar-benar membuat mereka berpikir aku wanita matre yang ingin hartanya saja."
Aku menangis tidak tahan dengan sikap keras kepala istri pamanku ini.Bagaimana bisa berbuat demikian tanpa memberi tahuku?
"Ngapain kamu menangis?orang kamu sudah punya suami 'kan? Sudah sana pergi sama suami melaratmu itu.Jangan lagi menginjakan kaki di rumah ini.Bisa ketularan melarat aku" tante Ana membalikan badan.
"Toh,nasibmu memang apes.Bukannya membanggakan keluarga dengan menikah pria kaya,nyatanya malah menikahi pria miskin itu!"
Tangan ku mengepal.
Aku tidak berniat berlama-lama di tempat ini hanya mendengar caci maki tante Ana.
Kakiku pun berjalan cepat menuju ke mobil Rizal.
Dan tanpa kata,pria itu langsung melajukan mobilnya pergi dari rumah itu.
***
Sebal dengan tingkah tante ana,aku sedang duduk di ayunan tak melepaskan pandanganku dari hamparan laut biru yang luas.
Ya,seolah tahu dengan kesedihanku,Rizal tadi membawaku ke pantai.
"Rizal,bisakah kau biarkan aku sendiri dulu,"pintaku pada akhirnya.
Bukanya menjawab,Rizal justru mendorong ayunan yang kududuki." pegang yang erat!"
Reflek,aku memegangi tali ayunan."Rizal hentikan! "teriak ku,panik.
Namun,pria berstatus suamiku itu malah mendorong semakin kuat. " Apa?aku tidak dengar,tolong teriak yang lebih kencang!"
Sekali lagi,aku berteriak dengan sekencang-kencangnya agar pria itu menghentikan kanya.
Cukup lama, sampai aku merasa suaraku rasanya habis dan perlahan ayunan mulai berhenti.
"Asik bukan,bisa teriak-teriak?"
Bersama dengan pertanyaan itu,Aku bisa melihat tampang Rizal sama sekali tidak merasa berdosa.
"Asik apanya?!Bagaimana jika aku jantungan dan mati mendadak karena ulahmu?" kesal ku.
Segera saja,aku bangkit dan mencoba meninju lengannya.
Namun belum sempat kulakukan,pria itu sudah berlari."Haha,Nasibmu pasti sama dengan temanku,Gentayangan!" Ejeknya sambil tertawa.
"Rizal!!"
Aku sontak mengejarnya untuk menuntaskan kesal ku.
Namun,pria itu malah menggendongku ke bibir pantai dan menyiramku air laut.
Seketika saja,kami justru berbalas menyiram air.
Tidak perduli baju sudah sama-sama basah.
Entah mengapa,hatiku merasa lega.Apakah Rizal sengaja melakukan semua ini agar aku teralih dari kesedihanku?
"Sudah Rizal,capek......"
Aku duduk meyelonjorkan kakiku dan membiarkan ombak menyapu beberapa kali.
Toh,sudah kepalang basah.
Namun tiba-tiba saja,Rizal juga duduk di belakang merangkulku.Aku coba menolak,tetapi seperti biasa tidak akan mudah melepaskan diri dari pria ini.
"Dengar Risna,kau adalah istriku sekarang.aku tidak akan membiarkanmu bersedih karna pria itu lagi," tukasnya tepat di samping telingaku.
DEG!
Aku menoleh kearahnya.
Mengapa kata-katanya begitu terkesan posesif?
Belum sempat berprotes,tiba-tiba saja Rizal menciumku.
Emmmmph...!
Aku mencoba melepaskan ciumannya.
Namun,entah mengapa tubuhku menghianati pikiranku.
Tanpa sadar ,aku juga menikmati ciuman Rizal yang sialnya terasa memabukan itu...
Mungkin suasana sunset yang syahdu dan gelombang ombak lembut menerpa tubuh kami