CEO paling disegani meninggal dan bangun di tubuh Anggun, putri yang sudah dilupakan semua orang.
Bagaimana bisa Anggun mendapatkan kerja sama dengan Alvin?
Dari mana kemampuan bahasa inggris,, oh, dia juga bisa bahasa arab?
Gawat!
Beberapa orang merasa terancam!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Membuat Bryan menunggu
Di taman xx, Bryan baru saja tiba bersama dengan kedua orang tuanya.
Tak hanya mereka bertiga, beberapa orang juga datang dan langsung mendekorasi taman seromantis mungkin untuk menyambut kedatangan Anggun di tempat itu.
"Perhatikan tataannya, semuanya harus dikerjakan dengan sempurna!" Tegas Ibu Bryan pada para pekerja di sana.
"Tolong letakkan bunganya di sebelah sana."
"Kenapa ini terlihat kusam? Ganti dengan yang lebih cerah!"
"Bukankah di sini harusnya dipasangkan lampu? Cepat pasang!"
Bryan bersama dengan kedua orang tuanya ke sana kemari mengatur orang-orang agar melakukan pekerjaan mereka dengan sebaik mungkin.
Setelah semuanya selesai, orang-orang yang disewa oleh Bryan pun membereskan sampah-sampah yang ada di sana dan segera pergi meninggalkan taman xx.
"Hah,,, kalau saja anak tiri itu tidak pernah datang ke keluarga Baraya, maka saat ini kita tidak perlu repot-repot melakukan hal seperti ini, bahkan kau sudah menjadi bagian resmi dari anggota keluarga Baraya seandainya tidak ada Berlin dan Agatha, kau dan Anggun pasti sudah menikah dan saat ini menjalankan usaha keluarga Baraya," ucap Ibu Bryan merasa kesal membayangkan Berlin dan ibunya yang telah menipu mereka.
Ayah Bryan juga menatap putranya dan berkata, "Sekarang harus membujuk anak manja itu, lakukan dengan baik, dia adalah pewaris tunggal keluarga Baraya, segala yang menjadi milik keluarga Baraya nanti akan menjadi milik Anggun, kelak akan menjadi milikmu saat kalian menikah nanti. Sementara anak kalian nanti akan menyandang nama keluarga kita, bukan keluarga Baraya."
"Jangan khawatir ayah, aku akan melakukannya dengan baik," ucap Bryan penuh percaya diri sambil mempererat genggaman tangannya pada buket bunga yang merupakan bunga kesukaan Anggun.
"Baiklah, kalau begitu kami akan menunggu di mobil, ayahmu sudah mereservasi restoran mewah untuk kita makan malam setelah dari sini," ucap Ibu Bryan dijawab anggukan Bryan hingga kedua orang tua Bryan pun segera pergi dari sana.
Bryan berdiri sendiri menunggu kedatangan Anggun, 'gadis polos itu sangat mudah dibujuk dengan hal-hal romantis seperti ini, jadi tidak ada yang perlu diragukan dia pasti akan menerima ku. Apalagi sekarang dia dekat dengan keluarga Johar, ini menjadi peluang yang sangat baik untuk mengembangkan bisnis,' ucap Bryan dalam hati berharap besar pada Anggun.
Sementara itu, di sebuah mobil yang melaju menuju taman xx, mobil yang ditumpangi oleh Anggun kini berhenti di tepi taman, Anggun melihat ke arah taman dan mendapati dekorasi yang romantis di sana dengan menggunakan bunga lili dan lampu digantung dari satu dan pohon ke dahan pohon yang lain.
Hendrik yang menyetir mobil pun menggigit bibir bawahnya saat melihat dekorasi di sana, 'katanya Bryan ini adalah pria yang sangat dicintai Nyonya muda sebelumnya, jangan sampai Nyonya muda jadi CLBK dengan pria itu, tuan muda bisa mengamuk hebat!' pikir Hendrik kini merasa cemas dan berharap agar Tuan mudanya segera datang dan menghentikan hal konyol ini.
"Nyonya, kita sudah sampai, apa saya bukakan pintunya sekarang?" Tanya Hendrik.
"Aku akan membukanya sendiri," ucap anggun dengan tatapan masih tertuju ke arah taman dan akhirnya mendapati Bryan memegang buket bunga lily sambil mondar-mandir melihat ke arah pintu masuk.
'Apa yang dia harapkan sekarang? Aku kembali padanya?' Anggun tersenyum sinis, tentu saja hal seperti itu tidak akan pernah terjadi. Bahkan saat ini Anggun merasa malas untuk menemui pria itu, tetapi dia harus menemuinya dan memberikan salam perpisahan terakhir.
Hendrik yang duduk di kursi kemudi juga terus memperhatikan Anggun dari spion mobil, dan berharap Anggun tidak membuka pintu mobil.
Selama 10 menit terus berada dalam mobil, Anggun sama sekali tidak membuka pintu mobil membuat Hendrik merasa lega, sepertinya pikirannya benar, Anggun hanya datang untuk melihat pria itu dan tidak berniat untuk menemuinya.
Pada saat itu, ponsel yang ada di tangan Anggun berdering memperlihatkan panggilan telepon yang berasal dari Bryan.
Anggun tersenyum melihat panggilan telepon itu, tetapi dia tidak mengangkatnya dan sampai panggilan ketiga, barulah Anggun mengangkat panggilan telepon itu.
"Halo," kata Anggun pada pria di seberang telepon sambil memperhatikan Bryan dari tempat Anggun duduk.
"Kau sudah di mana?" Tanya Bryan dari seberang telepon.
"Aku masih di perjalanan, ada kecelakaan di depan, Jadi kami terjebak macet," jawab Anggun.
"Baiklah, hati-hati, jika ada apa-apa, langsung hubungi aku," ucap Bryan.
"Ya," kata Anggun segera mereject panggilan telepon itu dan melihat Bryan yang saat itu berdiri kini berjalan ke arah kursi taman dan duduk di sana.
'Aku akan lihat berapa lama kau bisa menunggu,' ucap Anggun sambil memperhatikan layar ponselnya memperlihatkan laporan cuaca hari itu lebih dingin dari biasanya, padahal Bryan tidak menggunakan jaket maupun pakaian lengan panjang.
Apalagi Bryan menderita alergi dingin, biasanya dia akan sesak nafas jika terpapar udara dingin cukup lama.
'Sejauh mana kau akan menunggu?' Anggun tersenyum.