Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
Aku memperhatikan Mia dari rekaman cctv sambil istirahat makan siang, ku lihat dia sedang menangis sambil video call an dengan seseorang. Dari rekaman itu, aku bisa dengar bahwa dia memanggil seorang di seberang sana dengan sebutan ibu. Mia juga juga terlihat mengarah kan ponsel nya ke seluruh sudut gudang yang saat ini dia tempati.
"Hem, pasti dia sedang mengadu sama ibu. Silahkan saja, aku tidak perduli!" Guman ku sambil menyuapi makanan ku.
Aku bisa mendengar bahwa Mia menjelek kan ku, dia juga mengadukan apa yang sudah aku lakukan pada diri nya dan juga mas Randi. Aku sangat yakin bahwa sebentar lagi pasti ibu mertua ku akan menelepon ku, dia pasti akan memarahi ku. Tapi aku tidak perduli, toh aku tidak pernah bergantung pada nya.
Benar sekali dugaan ku, setelah Mia memutuskan panggilan nya. Aku melihat ponsel ku berdering dan nama ibu mertua ku tertera di layar nya.
"Sudah ku duga, dia pasti akan menelepon ku!" Guman ku sambil membiarkan ponsel ku hingga panggilan itu berakhir sendiri.
Bu Siti, ibu mertua ku tidak menyerah begitu saja. Dia kembali menelepon ku, aku menerus kan acara makan siang ku. Aku tidak ingin kehilangan selera makan ku gara - gara dia, aku sangat yakin dia akan terus menelepon ku hingga panggilan nya aku jawab.
"Baik lah, sekarang saat nya meladeni si nenek sihir!" Aku yang sudah selesai makan dan bersiap meladeni calon mantan ibu mertua ku.
Ponsel ku kembali berdering dan ini sudah panggilan ke 7, aku pun menjawab panggilan dari nya.
"Hallo, Assalam,,,,,,!" Belum selesai aku mengucap kan salam suara seperti toa sudah terdengar di seberang sana.
"Kemana saja kau? kenapa panggilan ku baru kau jawab hah!" Dia membentak ku dengan sangat kasar.
"Aku lagi makan, jadi males buat angkat panggilan!" Jawab ku santai.
"Kurang ajar kau Arin, aku adalah ibu mertuamu. berani nya kau mengabaikan panggilan ku!" Suara nya terdengar kesal di seberang sana.
"Telepon dari ibu cuma mengganggu selera makan ku saja!" Aku berkata sambil tersenyum, aku yakin ibu pasti kesal di seberang sana walaupun aku tidak melihat wajah nya.
"Dasar wanita mandul, berani nya kau memperlakukan Mia dengan buruk. Denger Arin, kembalikan Mia ke tempat yang seharus nya. Tempat Mia di rumah bersama Randi, bukan di gudang!" Ibu mertua ku membentak ku dan meminta agar Mia kembali ke rumah ku.
"Rumah siapa yang ibu maksud? Jika ibu menyayangi Mia, silahkan tempat kan dia di rumah ibu, bukan rumah ku!" Aku menjawab dengan tegas.
"Arin, itu juga rumah nya Randi. Jadi sebagai istri nya Randi Mia juga berhak tinggal di rumah itu!" Calon mantan ibu mertua ku mengakui bahwa rumah itu rumah anak nya.
"Ibu lagi ngigau ya atau ibu lagi berkhayal?" Aku bertanya dengan nada penuh ejekan.
"Jangan bercanda Arin, kembalikan Mia ke tempat nya atau kau akan tahu akibat nya!" Ibu mertua ku mengancam ku.
"Ha ha ha, Silah kan lakukan apa yang bisa ibu lakukan, aku tidak perduli!" aku tertawa terbahak- bahak mendengar ucapan ibu mertua ku.
"Denger ibu Siti yang terhormat, jauh sebelum anak mu menikah dengan ku. Rumah ini sudah di berikan pada ku oleh orang tua ku, jadi rumah ini milik ku. Jadi hanya aku yang berhak menentukan siapa yang boleh dan tidak boleh tinggal di sana, ingat hanya aku. Bukan kau atau pun anak mu!" Aku menegaskan kan lagi tentang kepemilikan rumah itu pada ibu mertua ku.
"Randi adalah suami mu, jadi dia juga berhak atas semua harta mu. Kau tidak bisa mengusir Mia dari sana, dasar wanita mandul!" Kembali wanita tua itu mengina aku mandul.
"Ibu denger baik - baik, aku dan mas Randi sudah memeriksa kan diri ke dokter, dan ibu tahu hasil nya? Bukan aku yang di nyatakan mandul, tapi anak laki - laki kesayangan ibu yang mandul!" Aku membeberkan fakta yang sudah aku ketahui.
"Bohong kamu, aku tidak percaya. Pasti kau yang mandul, kau sengaja bicara seperti ini karena kau sakit hati sebab Randi menikahi Mia kan!" Suara ibu mertua ku terdengar nyaring dari seberang sana.
"Terserah jika ibu tidak percaya, aku bisa buktikan ucapan ku. Karena aku punya hasil tes laboratorium nya, silahkan tunggu lah cucu dari anak kesayangan mu sampai kiamat nanti!" Ujar ku sambil tersenyum puas karena sudah membeberkan fakta tentang anak kesayangan nya.
"Dasar menantu durhaka kamu, awas saja jika Mia hamil nanti kau akan gigit jari karena tuduhan mu tidak benar!" Bu Siti tetap menyalahkan ku.
"Oh ya ibu mertua, dengar kan aku baik - baik. Jangan pernah bermimpi untuk mendapat kan uang dari ku lagi, baik untuk mu maupun untuk putri mu. Silah kan minta uang pada anak dan menantu kesayangan mu, mas Randi dan Mia. Asal ibu tahu, anak mu harus membayar mahal uang sebesar 10 juta yang sudah dia ambil di restoran milik orang tua ku untuk mu dan anak mu!" Aku bicara panjang lebar.
"Heh, wanita mandul. Anak ku punya hak yang sama dengan mu atas restoran itu!" ibu mertua ku tetap tidak mau kalah.
"Sebaik nya ibu dan anak ibu belajar agama dulu dengan benar dengan seorang kyai, jangan belajar aliran sesat. Ibu pelajari tentang hukum memakan harta milik istri, agar tidak sesuka hati mengakui harta milik orang lain menjadi milik anak Ibu!" Ujar ku dengan geram.
"Kurang ajar kau Arin, berani nya kau!" ibu mertua terdengar sangat marah.
Aku memutuskan panggilan ku secara sepihak, sebelum ibu selesai berbicara. Andai kan saja saat ini dia ada di sini, akan ku lempar kan hasil pemeriksaan kesehatan itu tepat di wajah nya. Agar dia tahu bahwa bukan aku yang mandul, tapi anak kesayangan nya yang mandul.
Sebenar nya aku sangat ingin membuang mas Randi dari kehidupan ku, tapi aku belum puas jika aku belum membalas dendam. Aku sengaja belum melapor kan nya dan membiarkan nya tinggal di rumah ku, karena aku ingin melihat dia dan keluarga nya hancur sehancur nya.
Mas Randi yang tidak pernah merasa kekurangan setelah menikah dengan ku, tapi sekarang aku ingin melihat dia mengalami kesulitan dari segi ekonomi dan aku ingin menjadikan gundik nya sebagai babu gratisan untuk ku. Tidak hanya itu, aku ingin melihat adik satu - satu nya putus kuliah tanpa kucuran dana dari ku lagi.
"Aku belum puas melihat mu dan keluarga mu menderita mas, aku akan membuang mu ke tempat yang seharus nya setelah aku puas!" Guman ku sambil meneguk air minum ku hingga tandas.
Aku meraih ponsel ku dan langung menghubungi seseorang.
"Bi, jangan biar kan Mia beristirahat dengan tenang. Suruh dia mengerjakan apa saja, terserah bibi. Awasi dia, jangan biar kan dia ongkang - ongkang kaki saja!" Aku memberi perintah pada Bi Sri sambil tersenyum puas.
Aku tersenyum puas, aku akan membuat mu menyesal karena dengan berani nya masuk ke dalam rumah tangga ku.
Tring, ada sebuah pesan yang di kirim kan ke ponsel ku. Aku membuka nya dan ternyata sebuah video pendek. Aku memperhatikan wanita yang ada di dalam video, seorang wanita muda sambil menggandeng tangan laki - laki yang sudah berumur memasuki sebuah hotel.
"Rupa nya ini yang kau lakukan setelah tidak lagi mendapat kucuran dana dari ku!" Ujar ku sambil tersenyum.
Aku menyimpan video itu, video itu akan aku jadikan alat untuk membungkam mulut mertua ku suatu hari nanti.