Sulastri tak menyangka kalau dia akan jadi korban pemerkosaan oleh pria yang tak dia kenal, dia sampai hamil dan dihakimi oleh warga karena merasa kalau Sulastri merupakan wanita pembawa sial. Sulastri meninggal dunia dan menjadi kuntilanak.
Wanita yang menjadi kuntilanak itu datang kembali untuk membalas dendam kepada orang-orang yang dulu membunuhnya, dia juga terus gentayangan karena mencari siapa yang sudah merenggut kesuciannya.
Jangan lupa follow Mak Othor biar gak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BD Bab 31
Syahdan tidak menyangka kalau dirinya dijebak oleh Dea, dia membuka semua hal yang selama ini sudah dia tutup dengan rapat. Hingga akhirnya dia tidak bisa mengelak, karena semua pembicaraannya dengan Dea direkam oleh polisi.
Bukan hanya dirinya saja yang ditangkap, tetapi juga bi Midah. Keduanya terkena pasal berlapis, keduanya terancam dipenjara seumur hidup. Saat Syahdan ingin melawan, dia tidak bisa berkutik sama sekali.
Karena semua bukti kejahatannya sudah di tangan polisi, bahkan berkas harta yang sudah dialihkan atas namanya sudah kembali atas nama Salman. Dia marah, tapi tak bisa apa-apa.
Syahdan yang marah sempat memberontak dan mencoba untuk melarikan diri, sempat ada pengajaran selama dua jam lamanya. Namun, tembakan yang mengenai kakinya membuat dia tak bisa berkutik.
Dia begitu kesakitan, polisi ingin membawa Syahdan langsung ke kantor polisi. Namun, ternyata Salman masih memiliki hati nurani. Pria itu meminta Syahdan untuk dibawa ke rumah sakit terlebih dahulu, dia meminta peluru yang bersarang di kakinya untuk dikeluarkan. Baru dipenjarakan.
"Dasar kamu anak bodoh! Tololl kamu! Bisa-bisanya membuka mulut sendiri demi hal yang malah membuat kita di penjara," ujar Bi Midah ketika mereka berada di kantor polisi.
Syahdan yang sedang kesakitan merasa lebih sakit lagi mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya, karena bisa-bisanya ibunya itu mengatakan dirinya orang yang bodoh.
"Kamu tuh benar-benar anak yang tidak berguna, kaki saja bisa sampai pincang seperti itu!"
Syahdan geram sekali mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya, bukannya khawatir melihat luka di kakinya, tetapi malah terus mengatai dirinya.
"Kok Ibu kasar banget ngomongnya?" tanya Syahdan yang merasa heran karena ibunya berkata dengan begitu kasar.
Biasanya wanita itu akan bersikap begitu lembut terhadap dirinya, walaupun memang terkadang niatnya begitu keji. Namun, selama ini wanita itu tidak pernah mengatakan hal yang kasar.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Syahdan, pria itu langsung membulatkan matanya dengan sempurna sambil mengusap pipinya yang terasa panas.
''Bu," panggil Syahdan dengan nada sedih.
"Kamu memang anak bodoh, sama seperti bapak kamu yang bodoh itu. Tidak mau mendengarkan apa yang aku katakan, pokoknya bodoh! Kalian bodoh!" teriak Bi Midah.
Syahdan yang melihat ibunya berteriak-teriak hanya diam saja, hingga akhirnya polisi datang dan meminta wanita itu untuk tenang. Bi Midah sempat marah-marah, hingga akhirnya kedua kaki dan juga tangan wanita itu diikat dengan kuat. Bibirnya bahkan dilakban.
"Mmmmmp!"
Dia berbicara dengan tidak jelas, Syahdan tidak berniat untuk menolong sama sekali. Dia hanya diam sambil memutarkan bola matanya dengan malas, baru kali ini dia merasa muak terhadap ibunya.
**
"Kamu hebat banget, Dea. Bisa loh nangkap penjahat kaya bang Syahdan, tapi tadi terlalu berlebihan."
Sultan malam ini sedang berbicara berdua bersama dengan Dea, keduanya duduk di teras depan rumah Juragan Saleh.
"Katanya aku hebat? Tapi kok berlebihan?" tanya Dea heran.
"Emmm! Hebat karena bisa menjebak bang Syahdan, tapi berlebihan karena sampai peluk dia."
"Oh! Menjiwai peran," jawab Dea sambil nyengir kuda.
"Lain kali gak boleh gitu, gak boleh peluk-peluk kalau bukan pacar beneran."
"Emangnya kenapa?" tanya Dea penasaran.
"Pokoknya gak boleh, gak boleh peluk-peluk. Apalagi kamu pacaran sama orang lain," ujar Sultan.
"Emangnya kenapa sih? Kok kamu sama kaya ayah yang sedang marah sama bunda?"
Sultan salah tingkah mendengar apa yang dikatakan oleh Dea, karena tanpa sadar dia sudah bersikap posesif terhadap wanita itu.
"Kamu aneh tau gak," ujar Dea.
"Iya, maaf. Ya udah tidur sana, udah malem. Kita libur aja dulu, gak usah jualan selama seminggu. Kamu cape udah jebak bang Syahdan, bagaimana kalau kita luangkan waktu untuk jalan-jalan saja selama satu minggu ini?"
Dea mengerutkan dahinya dengan dalam, dia merasa heran dengan apa yang dikatakan oleh Sultan. Katanya ini harus istirahat, tapi harus jalan-jalan selama satu minggu dengan pria.
"Katanya istirahat?"
"Hehehe! Aku orang baru di sini, minta anterin keliling kampung boleh dong? Sama minta di ajak ke tempat rekreasi di kampung ini," ujar Sultan.
"Iya, iya. Nanti kita jalan-jalan, aku mau tidur dulu. Udah sana pulang," usir Dea.
"Iya, udah gak dikasih minum, diusir lagi." Sultan menggerutu sebelum pergi meninggalkan Dea.
Dea hanya menggelengkan kepalanya mendengar apa yang dikatakan oleh Sultan, lalu wanita itu pergi ke kamarnya. Dia sudah lelah dan langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Baru beberapa saat dia tidur, tetapi wanita itu sudah masuk ke alam mimpi. Dia melihat ada Sulastri yang sedang menangis, penampilan wanita itu sangatlah menyedihkan.
Sulastri duduk di dekat gundukan tanah yang ada di belakang gudang terbengkalai, bajunya lusuh sekali. Rambutnya acak-acakan, air mata yang mengalir di kedua pipinya terlihat seperti darah.
"Lastri? Kamu kenapa?"
"Tolong aku, Dea. Tolong, aku ingin dikuburkan dengan layak. Tolong aku, tolong berikan aku tempat yang layak."
"Eh? Memangnya di mana aku dikuburkan?" tanya Dea.
Bukannya menjawab, Sulastri malah menjauh dari Dea sambil menangis. Tangisan yang terdengar pilu dan penuh luka, Dea berusaha untuk mengejar wanita itu, tetapi sayangnya tidak bisa.
"Lastri!" teriak Dea sambil mencoba untuk mengejar Sulastri.
Dea terus aja berteriak-teriak memanggil nama Sulastri, hingga beberapa saat kemudian Karmila datang dan membangunkan putrinya.
"Bangun, Sayang. Kamu mimpi buruk?"
"Hah! Hah! Hah!"
Dea bangun dengan napas tersenggal-senggal, dadanya turun naik dan keringat bercucuran. Baju yang dia kenalkan sampai basah dengan keringat, Karmila dengan cepat mengambil handuk dan mengelap wajah sampai leher anaknya itu.
"Kamu kenapa sih?"
"Bunda!" teriak Dea sambil memeluk ibunya dengan erat.
"Kenapa? Mimpi apa? Cerita sama Bunda," ujar Karmila lembut sambil mengusap punggung putrinya.
"Aku mimpi Lastri minta tolong untuk dikuburkan dengan layak, dia terus menangis di gudang terbengkalai, Bun. Aku sedih," jawab Dea sambil menceritakan apa yang dia alami di dalam mimpinya.
"Nanti kita tolong Lastri, sekarang kamu tidur lagi. Ini masih malam," ujar Karmila sambil membantu putrinya untuk merebahkan tubuhnya.
"Ya, tapi mau tidur sama Bunda aja. Jangan balik ke kamar Bunda," pinta Dea.
"Ya, Sayang."
Karmila merebahkan tubuhnya di samping putrinya, dia menepuk-nepuk punggung putrinya sampai tertidur. Juragan Saleh yang ditinggalkan oleh istrinya cukup lama langsung menghampiri wanita itu.
"Bun, kok lama banget?"
"Bunda bobo sama Dea, Ayah balik aja ke kamar."
"Eh? Ayah bobo sendirian gitu?"
"Iya," jawab Karmila.
"Dih! Gak adil, masa bobo tanpa pelukan Bunda. Gak mau ah," ujar Juragan Saleh.
"Ck! Udah sana, nanti Dea bangun." Karmila berbicara dengan pelan, tetapi penuh dengan penekanan.
"Iya, iya. Ini balik kamar," ujar Juragan Saleh kecewa.
"Dasar lelaki," ujar Karmila lirih.
ternyata begitu ceritanya... dasar laki-laki...
jahat pula...
kalo ada udaku geplek pala abg syahdan 🤣