Meninggal dalam kekecewaan, keputusasaan dan penyesalan yang mendalam, ternyata membawa Cassie Night menjalani takdir kehidupannya yang kedua.
Tidak hanya pergi bersama kedua anaknya untuk meninggalkan suami yang tidak setia, Cassie juga bertekad membuat sahabatnya tidak bersinar lagi.
Dalam pelariannya, Cassie bertemu dengan seorang pria yang dikelilingi roh jahat dan aura dingin di sekujur tubuhnya.
Namun, yang tak terduga adalah pria itu sangat terobesesi padanya hingga dia dan kedua anaknya begitu dimanjakan ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sisie Masih Hidup
Felix terbaring lemas di atas ranjang, matanya menatap kosong ke arah televisi yang menampilkan 'Pameran Istimewa Chelsea'.
Bibi Sun berharap kegaduhan dari televisi bisa memecah kesunyian yang menelan Felix, tapi tubuhnya tetap diam tak bergerak, seolah terpaku di dunia lain yang jauh dari keramaian.
Napasnya pelan dan wajahnya tanpa ekspresi, seperti sosok yang punya raga, tapi jiwanya telah pergi entah ke mana.
Tak satu pun dari deru suara televisi itu mampu membangkitkan minat Felix—semangat hidupnya sudah lama padam—tenggelam dalam keheningan yang menyesakkan.
Felix menatap layar televisi dengan mata yang sedikit menyipit, mencoba menangkap sosok yang berjalan di balik keramaian gambar.
Sekelebat bayangan seorang wanita yang berjalan bersama pria muncul sesaat, cukup untuk membuat napasnya sesak.
Dari samping, sosok itu terlihat samar, tapi ada sesuatu yang membuat hatinya yakin. "Cassie," gumamnya pelan.
Suara Felix nyaris tak terdengar, tangannya mengepal dan jantungnya berdegup cepat, campuran antara ragu dan harap yang sulit dijelaskan berbaur di dalam dada.
"Itu Sisie!" Tiba-tiba suara itu keluar dari bibirnya dengan penuh keyakinan.
Felix langsung bangkit dari tempat tidur, langkahnya tergesa-gesa menghampiri layar televisi yang menyala terang. Dia berdiri di depan layar, matanya membelalak seakan ingin memastikan kebenaran yang baru saja dilihatnya. "Itu benar-benar Sisie."
Detik berikutnya, bibir Felix mulai bergetar, sebelum akhirnya air mata mengalir perlahan dari pelupuk matanya. Senyum kecil menghiasi wajahnya, seolah beban berat yang selama ini dipikulnya sedikit terangkat.
"Sisie belum mati," gumamnya dengan suaranya yang nyaris tak terdengar.
Tangannya dengan lembut menyentuh layar televisi, seakan mencoba meraba sosok Cassie yang kini sudah lenyap. Di matanya, wanita itu tak sekadar gambar, tapi hidup yang pernah singgah sebentar, membuat hatinya hangat sekaligus pilu.
Bibi Sun melangkah tergesa-gesa mendekati Felix, wajahnya penuh kecemasan. Tangannya sedikit gemetar saat ia menepuk bahu Felix pelan, mencoba menyadarkannya. "Ah, Tuan… kamu kemarin terlalu lama kehujanan di makam nyonya," suaranya bergetar, menahan khawatir yang menggunung. "Demammu belum juga reda, kenapa malah bangun dari tempat tidur dan berjalan tanpa alas kaki?"
Felix hanya menunduk, masih merasakan dingin yang merayap di kulitnya. Hujan lebat yang mengguyur saat dirinya menjenguk Cassie di pemakaman semalam masih membekas di tubuhnya.
Dia tak ingin meninggalkan makam Cassie, biar rintik air itu membasahi pakaiannya hingga badannya meriang. Hatinya lebih memilih merindu daripada berteduh.
Namun, dia malah ditemukan pingsan dan dirawat oleh dokter pribadinya di rumah.
Felix menarik tangan Bibi Sun dengan mata berbinar, bibirnya yang pucat membentuk senyum lebar. “Bibi, aku melihat Sisie!” katanya sambil menunjuk layar televisi dengan penuh harap. “Itu dia, Sisie. Dia belum meninggal.”
Bibi Sun menatap ke arah televisi, tapi matanya mencari-cari sosok yang dimaksud Felix. Yang terlihat hanyalah lukisan-lukisan indah berbalut warna lembut, tidak ada bayangan sang nyonya muda. Dia menggeleng pelan, napasnya keluar berat seperti beban yang tak sanggup diangkat.
“Tuan... nyonya sudah tiada,” suaranya lirih penuh pilu. “Kamu sendiri yang mengurus abu dan menguburkannya di makam leluhur keluarga Murphy. Bagaimana bisa nyonya ada di TV?”
Bibi Sun memandangi wajah Felix yang penuh harap, hatinya ikut perih. Dia tak sanggup membuang bayang-bayang kehilangan yang begitu dalam dari pandangan anak muda itu.
Felix menggeleng keras, wajahnya memerah dan matanya menatap Bibi Sun dengan penuh penolakan.
"Tidak! Aku benar-benar melihat Sisie," katanya terbata-bata, seolah berusaha menggapai kenyataan yang mulai hilang dari genggamannya.
“Tuan, sejak nyonya meninggal… kamu sudah lebih dari sepuluh kali bilang kamu melihat nyonya." Suara Bibi Sun bergetar, mencoba menyentuh benang-benang kenyataan yang sudah semakin kabur di pikiran Felix. Matanya berkaca-kaca saat ia menatap pria itu, yang entah sedang berbicara sendiri atau menatap ke arah kosong, seolah sosok Cassie benar-benar berdiri di hadapannya. “Kamu pasti sedang bingung karena demam. Nyonya memang benar-benar sudah tiada.”
Felix terdiam, napasnya memburu. Sorot matanya yang tadinya penuh harap perlahan memudar, tergantikan oleh kepedihan yang meremukkan hati.
Dia terduduk lemas, bahunya gemetar tertunduk berat, seolah beban dunia sudah menjepit seluruh kekuatannya. “Aku… aku yang pertama kali menemukan Sisie setelah kecelakaan itu. Aku gagal menyelamatkannya.” Suaranya pecah, menenggelamkan dirinya dalam kesunyian yang menyesakkan.
Air mata mengalir bebas, menuruni pipinya yang keriput oleh waktu. Felix merasakan pedih itu menjalar jauh ke dalam, membiarkan penyesalan menggulung tanpa henti. “Dia sudah … meninggalkan aku,” keluhnya, hati hancur di balik suara yang hampir tak terdengar.
Felix menatap kosong ke dinding, suaranya tercekat saat bertanya pada sosok yang tiada. "Kenapa kamu meninggalkan aku?"
Bayangan tawa Cassie, senyum manisnya, dan hari-hari bahagia mereka berputar cepat dalam pikirannya. Dada Felix terasa sesak, nafasnya tertahan.
"Aku sangat merindukanmu..." gumamnya pelan, suaranya pun bergetar tertelan sepi yang membekap hati.
Bibi Sun menatap Felix yang duduk tergeletak dengan bahu berguncang perlahan oleh isak tangis, tetapi tak berani keluar suara. Dia menghela napas panjang, tak ada satu pun kata yang bisa mengusir beban di dada pemuda itu.
Perlahan, Bibi Sun mengulurkan tangan dan membimbing tubuh Felix yang lemas kembali ke tempat tidur.
“Tuan, istirahatlah dulu,” suaranya pelan, hampir seperti bisikan, sebelum akhirnya dia menutup pintu pelan-pelan dan meninggalkan kamar, membiarkan sunyinya ruang menelan setiap luka yang tersembunyi di balik air mata.
Saat tengah malam, Felix masih menangis dalam tidurnya.
Entah bermimpi atau hanya bayangan, Felix melihat Cassie tidur di sampingnya dengan damai.
"Sisie, akhirnya kamu kembali." Air mata Felix semakin deras mengalir, bahkan sampai membasahi bantalnya. "Hidupku tanpamu sangat hampa."
Felix mengangkat tangannya hendak menyentuh wajah Cassie, tetapi sosok wanita itu hilang seketika bagaikan kabut yang dihembus angin.
"Kebakaran!"
"Tolong, ada kebakaran!"
Suara teriakan Bibi Sun dari luar kamar membangunkan Felix sepenuhnya, dia yang semula ingin mengejar bayangan Cassie mengurungkan niatnya dan segera duduk di atas ranjang hanya untuk berteriak ke arah luar.
"Cepat, keluarkan semua barang-barang yang berkaitan dengan Sisie, jangan biarkan mereka terbakar."
"Tuan, segala sesuatu yang berkaitan dengan nyonya sudah tidak ada di rumah." Suara dan kata-kata Bibi Sun seakan menyadarkan Felix, dia segera menoleh ke samping tempat dirinya melihat Cassie berbaring barusan.
Tempat tidur Cassie kosong, bahkan terasa dingin menandakan tidak ada jejak seseorang menempatinya.
"Tuan, ayo, cepat keluar." Suara Bibi Sun terdengar lagi dari luar pintu kamar yang terkunci." Apinya sudah semakin besar!"
Tidak jauh dari kediaman Felix, Arthur duduk di dalam mobil dengan senyum setan menghiasi wajah tampannya. Dia melihat api yang membakar rumah Felix seperti tengah menonton pertunjukan yang sangat menarik.
"Felix, kau tidak pantas mendapatkan Sisie dan apa pun yang dia tinggalkan, tidak rumah ini." Netra Arthur sedingin es saat menatap Felix yang keluar dari rumah dengan tertatih bersama Bibi Sun. "Sisie, aku akan mengambil kembali semua yang dia dapatkan darimu!"
terimakasih Thor atas cerita indah nya
semangat berkarya lagi
beautiful story'
taukah kah wahai para pria yg bergelar suami
ketika kaki kalianyg melangkah keluar rumah yg sedang berikhtiar mencari rejeki untuk keluarga nya
selama kalian didalam rel yg benar
maka setiap langkah kalian teruntai doa dan harapan kami dari rumah.
dan Malaikat pun akan mengamini nya.
tapi....ketika kalian mulai berkhianat dan menipu keluarga kalian...
maka laknat Malaikat pun akan menemani setiap langkah kalian.
jangan bergaya menyesal kalau akhirnya terungkap,
karena kalau belum terungkap kalian tak akan menyesali tiap dosa yg kalian lakukan
ga perlu berlaku seperti yg paling korban kalau kami tak mau memalingkan wajah lagi.
karena di saat kalian mulai memalingkan wajah disaat detik itulah kami sudah meyakini hati,tak akan kembali lagi
doa saya buat semua yg tersakiti
ga usah sedih ,dan ga usah khawatir
karena mungkin itu adalah salah satu doa yg diberikan tuhan pada kita
supaya kita bisa terbebas dr para suami dzalim dan manipulatif.
kasih penghargaan terbesar buat kita para wanita tangguh yg bisa bertahan di situasi ini
kembar blm jatuh cinta
itu sebabnya kau selalu merasa dunia tak pernah adil untuk mu
untuk apa mencoba menggenggam pasir yg selalu bisa meloloskan diri dra tangan
untuk apa mengimpikan cinta dan kasih sayang yg berlandaskan ketidakpastian dan ketidaksetiaan
sia sia dan selalu menyakitkan
kenapa sedih pak,kan itu risiko yg kau dapatkan kalau mang sudah memutuskan jadi laki laki murahan
nikmati aja lah
bisa keluar dari lingkaran setan itu
anak anak makin tidak tersakiti dan,...kita juga makin ga tersakiti 😭😭
5 tahun hidup bareng tapi ga tau apa apa
lah...kemana aja lu selama ini
trus..bisa bisa nya mengklaim orang yg paling mencintai
anak anak adalah makhluk paling jujur .
dia hanya me refleksi apa yg kita kerjakan
kalau kau selalu memberikan kesakitan
mereka akan mudah berpaling
begitu pun sebaliknya...
punya cucu baru,anak udah ga ada guna nya
kalau kalian mang mencintai pasangan kalian sebegitu dalam nya
tapi kok bisa ya Ampe selingkuh?
sebenarnya apa y, didalam pikiran mereka
yg cowok tolong bantu jawab donk🤦🙄
bahagia itu sederhana buat ank ank
bukan intan berlian, tapi perhatian yg cukup