NovelToon NovelToon
Di Persimpangan Rasa

Di Persimpangan Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Idola sekolah
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Candylight_

Alana tak percaya pada cinta—bukan sejak patah hati, tapi bahkan sebelum sempat jatuh cinta. Baginya, cinta hanya ilusi yang perlahan memudar, seperti yang ia lihat pada kedua orang tuanya.

Namun semuanya berubah saat Jendral datang. Murid baru yang membawa rasa yang tak pernah ia harapkan. Masalahnya, Naresh—sahabat yang selalu ada—juga menyimpan rasa yang lebih dari sekadar persahabatan.

Kini, Alana berdiri di persimpangan. Antara masa lalu yang ingin ia tolak, dan masa depan yang tak bisa ia hindari.

Karena cinta, tak pernah sesederhana memilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candylight_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 — Antara Dua Hati

Alana merebahkan dirinya di atas ranjang, lalu mengambil ponselnya dari saku. Sesuai permintaan Naresh, ia akan mengabari lelaki itu setelah dirinya sampai di rumah. Ia membuka ruang obrolan mereka dan mulai mengetik.

Naresh, gue udah nyampe...

Hanya itu pesan yang ia kirim.

Saat sedang menunggu balasan dari Naresh, Alana mendadak teringat sesuatu. Ia menyipitkan mata, lalu mengangkat kepalanya dari bantal.

“Lah… gue baru inget nggak punya nomor Jendral,” gumamnya pelan.

Mereka sudah sejauh ini—saling terbuka soal perasaan. Tapi… mereka belum bertukar nomor ponsel. Bukankah ini lucu?

Ia menghela napas, lalu menatap langit-langit kamar.

“Padahal dia masih nyimpen nomor mantannya, tapi dia nggak minta nomor gue,” ucapnya lagi, kali ini dengan sedikit nada kesal dan sebuah decakan kecil.

Ia masih ingat betul, setelah Jendral mengakui bahwa ia cemburu, tiba-tiba ada panggilan masuk ke ponsel lelaki itu. Dari mantannya.

Seharusnya, sejak saat itu ia mulai menjauhi Jendral. Namun, yang ia lakukan justru sebaliknya—membiarkan lelaki itu masuk ke dalam hidupnya, bahkan ke dalam hatinya.

"Udahlah, udah terlanjur juga," gumamnya, tidak ingin terlalu memikirkan hal itu.

***

Naresh tersenyum saat membaca pesan dari Alana. Ia juga baru sampai dan sedang memarkirkan motornya di garasi. Bahkan, ia masih berada di garasi ketika notifikasi dari Alana masuk.

Mereka jarang berkirim pesan seperti ini, karena lebih suka bertemu langsung. Namun, mungkin kini waktu mereka untuk bertemu akan berkurang karena kehadiran Jendral. Maka dari itu, Naresh ingin tetap memiliki waktu bersama Alana—meski hanya lewat pesan singkat.

Alana:

Naresh, gue udah nyampe.

^^^You:^^^

^^^Sip.^^^

^^^Jangan lupa makan.^^^

^^^Bekel tadi udah lo makan kan?^^^

Naresh masih bertahan di ruang obrolannya dengan Alana, menunggu balasan dari perempuan itu. Tanda centang dua di sana sudah berwarna biru sejak tadi, tapi belum juga ada balasan. Bahkan, tanda sedang mengetik pun tak muncul.

"Apa Alana mikir gue aneh, tiba-tiba ngajak chat gini?" gumamnya sambil terus menatap layar ponselnya.

Ia lalu duduk di atas motornya, enggan beranjak dari garasi sebelum mendapat balasan.

Satu menit.

Dua menit.

Tiga menit.

Masih belum ada balasan dari Alana. Sepertinya Alana merasa aneh karena tiba-tiba ia mengirim pesan seperti itu. Karena terlalu lama menunggu, Naresh iseng membuka foto profil Alana—foto yang ia ambil diam-diam saat Alana sedang membaca, tanpa sadar sedang diperhatikan.

“Kayak gini aja lo kelihatan cantik,” ucap Naresh pada Alana di foto itu.

Pikirannya tiba-tiba melayang ke satu momen lain—saat Alana berubah menjadi Kanaya. Mereka sedang berada di kamar Alana. Mereka berciuman panas, seperti sepasang kekasih yang tidak ingin dipisahkan.

Suara decakan bibir mereka saling beradu. Tangan Kanaya mencengkeram lehernya, seolah menginginkan ciuman yang lebih dalam.

“Lo nggak perlu cemburu. Meskipun tadi gue bilang tuh cowok ganteng, tapi cuma lo cowok yang gue mau,” ucap Kanaya di sela ciuman itu.

Naresh tahu, seharusnya ia menolak. Tapi tubuhnya seakan berkhianat. Ia tidak hanya menerima ciuman itu—ia membalasnya. Bibir Kanaya terasa lembut dan menggoda. Membuatnya kecanduan.

“Coba aja lo peka kayak Kanaya peka sama gue.” Suara Naresh berubah lirih.

Kanaya memang sulit diatur, tapi ia lebih peka terhadap perasaan Naresh. Bahkan, Kanaya langsung menyadari perubahan ekspresi wajah Naresh saat dirinya memuji Jendral tampan waktu itu.

“Gue milik lo, lo juga milik gue.” Suara Kanaya kembali menyapa ingatan Naresh.

Bagi Alana, mungkin Naresh hanyalah seorang sahabat. Tapi bagi Kanaya, posisi Naresh lebih dari itu. Naresh adalah lelaki yang dicintainya.

Jika saja semua ini terbongkar, segalanya pasti akan menjadi rumit. Karena Alana dan Kanaya bukan hanya dua kepribadian dalam satu tubuh, mereka juga memiliki cinta mereka masing-masing.

Ponsel Naresh tiba-tiba bergetar dan berdering, menyela pikirannya yang sedang dipenuhi oleh kenangan ciuman panas itu. Alana masih belum membalas pesannya, tetapi kini perempuan itu meneleponnya.

"Kenapa? Apa terjadi sesuatu sama Alana?" Pikiran itu terlintas begitu saja dalam benaknya. Rasanya tidak mungkin Alana kesulitan membalas pesan sampai perlu menelepon.

Tak ingin sibuk dengan pikirannya sendiri, Naresh akhirnya mengangkat telepon itu. Dan tepat saat itu, ia mendengar suara Alana—penuh ketakutan.

"Naresh... Gue butuh lo," ucap Alana dengan suara bergetar, seperti seseorang yang sedang dicekam rasa takut.

Naresh spontan berdiri dari motornya. Ia yakin, ada sesuatu yang terjadi di rumah Alana hingga membuat perempuan itu terdengar seperti itu.

"Gue ke sana sekarang," ucap Naresh cepat, lalu mengakhiri sambungan telepon mereka dan bergegas pergi ke rumah Alana dengan motornya.

Naresh mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia tidak peduli dengan keselamatannya sendiri—yang ia pedulikan hanyalah memastikan Alana baik-baik saja.

"Tolong jangan... Gue emang lebih suka sama Kanaya karena dia tahu dan bales perasaan gue, tapi gue nggak mau Alana kenapa-kenapa," gumamnya dalam hati sambil terus melajukan motornya menuju rumah keluarga Astareyna.

***

Setibanya di rumah keluarga Astareyna, Naresh disuguhkan dengan pemandangan yang membuatnya semakin mengkhawatirkan Alana. Ia melihat barang-barang di ruangan tamu rumah itu pecah dan berserakan, seperti telah terjadi pertengkaran hebat di rumah itu.

Setibanya di rumah keluarga Astareyna, Naresh disambut oleh pemandangan yang membuat kekhawatirannya semakin memuncak. Barang-barang di ruang tamu pecah dan berserakan, seolah baru saja terjadi pertengkaran hebat.

“Tadi Tuan dan Nyonya bertengkar. Nona Alana ketakutan seperti biasa, dan sekarang Nona Alana ada di kamar,” ucap salah satu asisten rumah tangga yang menghampirinya.

Hampir semua orang di rumah itu menunjukkan raut wajah cemas.

Naresh tidak ingin membuang waktu. Ia segera bergegas menuju kamar Alana. Dalam hatinya, ia hanya berharap tidak datang terlambat untuk menyelamatkan perempuan itu.

***

Jendral sudah sedari tadi memainkan rokok di tangannya, tanpa ada niat untuk menyalakannya. Ada sesuatu yang membuat hatinya gelisah.

“Kenapa tiba-tiba gue kepikiran Alana, ya?” gumamnya, tidak mengerti. Pikiran tentang Alana muncul begitu saja, bersamaan dengan rasa ganjal yang menyeruak di dadanya.

“Dia baik-baik aja, kan?” tanyanya lirih sambil menatap langit.

Ia sedang berada di Cafe Heaven—cafe miliknya bersama The Rogues. Tempat itu kerap dijadikan basecamp oleh mereka.

Seharusnya ia bisa bersantai, merokok, dan menikmati kopi. Namun, kegelisahan yang mengganggu hatinya membuat semua itu mustahil dilakukan.

“Semoga aja ini bukan pertanda kalau terjadi sesuatu sama Alana,” harapnya dalam hati.

Jendral melirik teman-temannya yang sedang mengobrol. Mereka tampak asyik dengan percakapan yang berlangsung, tetapi ia sendiri tak bisa fokus pada apa yang sedang dibicarakan.

Jendral menyandarkan tubuhnya di kursi, pandangannya kosong mengarah ke jendela. Ada gelisah yang tidak bisa ia redam, seolah hatinya mengirimkan isyarat yang tak bisa dijelaskan dengan logika.

"Gue nggak tahu kenapa gue kayak gini. Apa terjadi sesuatu sama Alana? Gue nggak bisa tenang meskipun udah nyoba tenang," gumamnya lirih, nyaris tidak terdengar di tengah hiruk-pikuk suara cafe.

1
Syaira Liana
makasih kaka, semoga baik baik terus 😍😍
Syaira Liana
ceritanya sangat seru
Syaira Liana
alana percaya yuk
Syaira Liana
jadi bingung pilih naresh apa jeje😭😭
Syaira Liana
alana kamu udah jatuh cinta😍😍 terimakasih kak
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
Syaira Liana
lanjutt kaka, alana bakal baik2 aja kan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!