NovelToon NovelToon
Beringin Tujuh Ratapan Hantu

Beringin Tujuh Ratapan Hantu

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Hantu
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: MAHLEILI YUYI

Di atas bukit di tengah hutan, lebih kurang lima kilo meter jarak nya dari kampung.Terdengar sayup-sayup untaian suara yang berbunyi melantun kan seperti mantra jika di lihat dari dekat, ternyata dua orang pemuda berumur tujuh belas tahun paling tinggi, dihadapan orang itu tergeletak sebuah foto dan lengkap dengan nasi kuning serta lilin dan kemenyan.

Sesekali mengepul asap kemenyan yang dia bakar dari korek api, untuk mengasapi sebuah benda yang dia genggam di tangan kanan.

Jika di perhatikan dari dekat sebuah benda dari jeruk purut yang telah di keringkan, di lubang dua buah untuk memasukan benang tujuh warna.

Menurut perkataan cerita para orang-orang tua terdahulu, ini yang di namakan Gasing Jeruk Purut, keganasan nya hampir sama dengan gasing tengkorak tapi gasing jeruk purut hanya satu kegunaan nya saja, tidak sama dengan gasing tengkorak,

Gasing tengkorak bisa di gunakan menurut kehendak pemakai nya dan memiliki berbagai mantra pesuruh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MAHLEILI YUYI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35. Bakar Saja

       Putra buk Nia ini, benar-benar sombong dan tidak mau di ajak berteman, dia juga kelihatan, tidak menyukai kalau Gura berdekatan dengan Yuni.

                    *******

Kira-Kira jam setengah delapan esok pagi nya, Negeri Ulu di buat gempar, sebab mendengar cerita Luna yang telah sadar dari pingsan nya hingga dia lari entah kemana, seluruh masyarakat berkumpul di balai negeri, hingga penuh oleh masyarakat hari itu.

Baik perintah dari pemangku adat, atau secara pemerintahan negeri, para pembesar Negeri Kalimuntiang membuat keputusan hari itu, bahwa mencari para teman-teman luna dan juga Luna.

Namun ada sebagian masyarakat yang tidak setuju, karena preman rombongan Erim sering merugikan masyarakat.

Apa lagi dari dahulu sudah tertulis peraturan, bahwa hutan rawa-rawa aro saat matahari telah tenggelam tempat itu tidak boleh di kunjungi lagi.

"Jika siapa yang tidak mau ikut untuk pencarian ini, tidak apa-apa. Tapi ingat suatu hari nanti, jika pada sanak saudara kalian yang akan terjadi dengan kejadian seperti sekarang ini satu nanti, jika kami tidak ikut serta dalam pencarian, jangan salah kan kami nanti nya". Ucap seorang laki-laki, dia bertugas di bagian pemerintahan negeri.

Sebagian masarakat tadi yang tidak mau ikut, mereka hanya diam.

"Seperti apa pun sifat mereka, mereka tetap sanak saudara kita, paling tidak mereka satu negeri dengan kita". Ucap laki-laki itu lagi.

Sebab yang banyak tidak menyukai tentang pencarian preman yang kena musibah sekarang ini, ialah orang-orang suku nya sendiri, karena dalam Negeri Ulu preman ini banyak merugikan suku mereka, sejak infak surau, hingga ayam dan kelapa, dan juga maling warung-warung di suku mereka. Serta minuman dan mabuk-mabukan juga sering buat keonaran.

"Kita harus melapor pada Datuk Klewang Pandore". Ucap salah satu pemimpin suku.

"Iya... Agar beliau bisa mengawasi perjalanan kita". Ucap Warga yang lain.

Setelah mereka mendatangi rumah Datuk Klewang Pandore, tapi kenapa beliau tersenyum, sehingga membuat para warga penuh dengan tanda tanya.

"Mintak lah baliak Olen tu pada panghuni gaib tu, ko baok pasia ko serak an tibo di pabirik tingga tu beko, tapi kalau Erim la tipih harapan untuak baliak nyo ka alam awak ko kini." (Minta lah kembali Olen itu pada penghuni gaib, bawa pasir ini taburi di pabrik tinggal itu nanti, tapi kalau Erim sudah tipis harapan untuk kembali nya ke alam kita ini.) Ucap Datuk Klewang Pandore, sambil memberikan pasir yang sudah beliau kasih doa.

Hari itu ribuan warga menuju hutan rawa-rawa aro, dengan berbagai macam senjata dan jimat anti lelembut. Mereka juga membawa alat seperti talempong, biar para bunian lengah. Sebab di yakini sejak dahulu, bahwa penghuni alam lelembut menyukai suara alat-alat musik kuno.

Tidak sampai dua jam, mereka semua tiba di pabrik tinggal, di tepi sungai maniak dekat hutan rawa-rawa aro, tempat di mana Erim dan Olen tadi malam berpesta bersama pasangan mereka masing-masing.

Setelah mereka tiba, langsung saja seorang hulubalang satu suku menaburi pasir itu ke semua gedung, tidak lama. Pagi itu bertiup angin dengan kencang, dari tengah hutan terdengar pohon-pohon roboh, dan juga terdengar seperti bunyi hewan berlarian dan juga ada seperti bunyi hewan yang terjun ke sungai, tapi tidak kelihatan rupa wujud nya, kebanyakan dari mereka saling bertatapan entah takut atau ngeri mendengar kejadian seperti itu.

Seperti kabut yang tersibak di halau angin, perlahan mereka melihat sosok laki-laki dengan wajah terbakar dengan luka gosong yang mulai menyebar.

Disitu Olen kelihatan mayat nya, seperti meregang nyawa dengan mata terbelalak, kelihatan nya sebelum dia meninggal, dia menahan sakit dan siksaan dan berjuang sekuat tenaga. Mungkin juga karena menahan rasa panas di sekujur wajah dan tubuhnya.

Dibagian wajahnya dengan adanya beberapa bekas gigitan mahluk yang tidak di kenal. Mahluk itu menurut cerita Luna dalam keadaan tidak sadar, mahluk itu seperti lintah, ubun-ubun Olen berlubang, Otak nya berceceran tidak jauh dari kakinya.

Begitu juga dengan pacar nya, jenazah pacar nya ditemukan di dalam ruang kecil pengilangan, dengan kepalanya yang masuk kedalam lumpur di bagian dapur pabrik yang tinggal itu.

Tapi bagian sanak saudara dan sesuku dengan Olen serta dengan pacar nya, menyuruh membakar saja mayat mereka di sana, karena murka dan amarah sanak saudara mereka. Sebab mereka benci, dari mayat mereka saja sudah tahu, perbuatan apa yang mereka kerjakan.

Tapi pemimpin adat dan pemimpin negeri tidak mengizinkan, dengan susah payah suku-suku yang lain membujuk ke dua suku ini, dan akhir nya mereka mau mengalah juga. Lalu kedua mayat itu mereka balut dengan selimut kain panjang, mereka kembali menimbun ni bagian otak yang berceceran di gedung itu dengan tanah.

Singkat cerita, akhirnya kedua jenazah tersebut dimakamkan dengan layak, yang menyatakan jika terror penunggu alam gaib itu belum berakhir, masih dinyatakan akan berlanjut.

"Kali ini, terror tersebut benar-benar menakut kan, semoga dengan adanya kejadian ini, kita semua bisa lebih berhati hati lagi, dan tidak ada yang berani bermain ketempat itu lagi, yang melibatkan setan seperti ini". Tutup Angku Ustad dengan tatapan matanya yang melihat kearah ke dua jenazah tersebut yang tengah hari itu sedang dimasukan kedalam liang kuburnya.

Dan sejak saat itulah, Negeri Ulu mulai terkenal kembali dengan cerita banyak nya penunggu alam gaib dan tempat-tempat terlarang, yang pernah meneror negeri tersebut sejak dahulu kala nya.

Dan kembali pada Osak, setelah tengah hari dia baru sadar dari pingsan nya sejak tadi malam, perlahan daun-daun dan ranting kayu yang menutupi tubuh nya dia singkirkan, walaupun tempat itu telah sangat busuk dan hampir berbau bangkai.

Dia menjauh sedikit demi sedikit dari tempat itu, dengan secara ngesot perlahan-lahan, dari jauh dia lihat ke atas pohon kayu di mana tadi malam Buji tidur, ternyata yang dia lihat benar jaket yang masih terikat dan ikat pinggang di sebuah dahan.

Mengingat kejadian tadi malam, langsung wajah Osak memucat, dia lalu berdiri tampa menghiraukan rasa sakit di betis nya, namun usahanya sia-sia, sehingga jantung betis nya pecah, dan darah keluar menyembur, sehingga Osak jatuh tersungkur sehingga dada nya terhempas ke salah satu akar pohon.

Tapi dia kelihatan nya tidak mau menyerah, dia terus berjuang di tengah hutan itu sendirian, mencari jalan ke Negeri Kalimuntiang, negeri yang telah lama di tinggal kan.

Dengan berbagai cara, dari ngesot hingga merangkak, hampir jam

1
choowie
masih nyimak ya kka...sAlam kenal🙏
choowie
wooowww
choowie
serem amat ya
Andau: terimakasih.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!