NovelToon NovelToon
CINTA PERTAMA AZALEA

CINTA PERTAMA AZALEA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Risky Rafiyani Sembiring

Azalea gadis pendiam yang bekerja disebuah penerbitan buku. Hidupnya berubah ketika dia bertemu laki-laki bernama Ray.Pada satu malam yang tidak disengaja mereka terjebak dalam jalinan cinta yang lebih intim yang mengawali hubungan terlarang. Azalea terjebak diantara pilihan yang sulit,melanjutkan hubungan atau berpisah. tapi sanggupkah dia meninggalkan Ray, laki-laki pertama yang mengenalkannya pada dunia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risky Rafiyani Sembiring, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bisakah aku memaafkanmu?

Azalea...

Aku bangun pagi itu dengan kepala yang sangat pusing. Belum cukup dengan itu, bahkan GERD akut itu pun ikut-ikutan kambuh dan membuatku meringkuk seharian di kamar kecilku. Tetapi semua itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang ada jauh di dalam hatiku. Mereka bilang aku mengalami patah hati. Tetapi, di mana letak hati itu persisnya? Mengapa tidak ada satu inci pun dari tubuhku yang terbebas dari sakit, seolah-olah seluruh dunia baru saja menimpaku?

Setiap kali aku memejamkan mata, maka bayangan pengkhianatan itu kembali menyerangku habis-habisan, seolah tidak memberiku ruang untuk bernapas sedikit pun. Senyumannya, sentuhannya, bahkan suara lembutnya—seakan menjadi pisau tajam yang terus mencabik-cabik tubuhku dan tak menyisakan apa pun.

Aku tidak bisa hidup seperti ini lagi. Hanya cinta dan kehormatan yang kupunya, dan aku telah memberikannya pada orang yang salah. Setelah menyerahkan semua yang tersisa kepada laki-laki itu, maka aku tak mempunyai apa-apa lagi. Maka setelah semua sakit yang diberikannya kepadaku, sekarang aku hanyalah seonggok tubuh yang kehilangan jiwa. Apakah ada jalan keluar dari semua sakit ini? Aku terus berpikir semalaman, sampai sebotol pembersih ruangan di kamar mandi menarik perhatianku. Apakah ini tampak seperti jalan keluar, Lea? Pertanyaan itu terus berputar di otakku. Pikiran kalut terus berperang dengan akal sehatku.

Aku gelap mata, hingga tak sadar sebotol racun itu telah kuteguk hampir setengahnya. Rasa panas mulai merasukiku dan hampir mengalahkan semua sakit di dalam tubuhku. Aku merasa kesulitan bernapas, seolah benda pahit itu kini mulai menggerogoti seluruh aliran darahku. Apakah seperti ini rasanya detik-detik sebelum kematian? Apakah semudah dan sesakit ini?

Tubuhku gemetar. Bukan karena takut mati atau ada penyesalan. Aku hanya merasa ini adalah akhir dari semua sakit ini. Dan anehnya, aku merasakan ada sedikit kedamaian di sana. Tentu, jika dipikir-pikir, setelah mati nanti aku pasti akan membusuk di neraka. Tapi tak apalah, karena setidaknya aku bisa membunuh semua rasa sakit ini dengan membunuh ragaku.

Aku tergeletak tak berdaya di pinggiran kamar dan hampir kehilangan kesadaran.

Saat aku mulai kehilangan kesadaran, segalanya terasa kabur dan jauh. Namun samar-samar, aku mendengar suara keras—seperti pintu yang didobrak paksa. Di tengah kesunyian yang menelan tubuhku, sosok seorang pria muncul di ambang pintu. Aku berusaha membuka mata, berusaha melihatnya, tetapi bayangannya tampak kabur, seolah diselimuti kabut tebal. Aku tidak tahu siapa dia. Aku bahkan tak yakin apakah ini nyata atau hanya sisa-sisa dari hidupku yang perlahan memudar. Aku tak tahu... apakah aku masih hidup, atau mungkin aku sudah mati.

Tapi entah bagaimana, aku masih bisa merasa tubuhku diangkat dengan hati-hati dari lantai yang dingin. Kehangatan aneh menjalari kulitku, seperti ada seseorang yang mencoba menarikku kembali dari tepi kehancuran. Aku ingin berkata sesuatu, tapi lidahku kelu, pikiranku limbung. Perlahan, semua berubah menjadi gelap... sepenuhnya gelap.

Namun di sisa-sisa kesadaranku, ada satu pertanyaan kecil yang terbesit di hatiku—bisakah aku memaafkanmu?

*

*

*

Pelan-pelan, kesadaran Azalea mulai kembali.

Cahaya samar menusuk kelopak matanya yang berat. Azalea mengerjap pelan, mencoba memaksa dunia yang buram di hadapannya untuk menjadi lebih jelas. Setiap tarikan napas terasa berat, seolah paru-parunya baru saja ditambal ulang. Tenggorokannya perih, kering, panas. Ia mendesah pelan, hampir seperti erangan kesakitan yang tertahan.

Langit-langit putih bersih.

Bau antiseptik yang menyengat.

Detak alat medis mengisi udara hening.

Ia bukan di kamarnya.

Bukan di dunia yang ia kenal.

Tempat ini asing. Terlalu bersih dan sunyi.

Azalea memutar kepala ke samping, gerakan kecil yang terasa seperti mendayung di lautan lumpur. Pandangannya menangkap jarum infus di tangan, kabel monitor menempel di dadanya, dan seprai putih rapi yang bukan miliknya.

“Apa aku mati dan ini akhirat?” pikirnya.

Tapi rasa sakit di tubuhnya dan terutama, di dadanya,terasa terlalu nyata untuk disebut sebagai kematian.

Azalea hidup. Entah kenapa, entah bagaimana… ia masih hidup.

Dan justru itulah yang membuatnya takut.

Kepalanya masih pusing, pikirannya belum sepenuhnya utuh. Tapi satu hal perlahan mengendap dalam benaknya,

seseorang telah menyelamatkannya.

Pertanyaannya kini bukan hanya “di mana”, tapi juga “siapa?”

Azalea memandang langit-langit itu lama, menahan air mata yang sudah mendesak keluar. Ia bahkan tak tahu perasaannya saat ini.

Kecewa? Marah? Lega? Hampa?

Atau semuanya sekaligus?

Ia mencoba mengingat, siapa yang membawanya ke sini. Apakah orang itu... Ray?

Orang yang menggoreskan luka paling dalam di hatinya? Orang yang menjadi alasan mengapa ia meneguk racun itu?

Pertanyaan itu menggantung di udara, sama seperti jiwanya yang terasa tak benar-benar berada di tubuh ini.

Namun seberapa keras pun ia mencoba menolak, kebenaran selalu menemukan tempatnya.

Tiba-tiba, suara derit pelan terdengar dari arah pintu. Azalea menahan napas. Matanya menatap ke arah sumber suara dengan jantung berdebar.

Tapi belum sempat ia melihat sosok itu, hatinya sudah tahu bahkan dari angin yang berhembus disekitarnya.

itu bukan dia. Bukan Ray.

Dan di situlah, untuk kesekian kalinya, hatinya patah dalam diam.

Bukan karena racun. Tapi karena harapan yang tak pernah datang.Apa yang lebih menyakitkan dari kematian, mungkin harapan yang muncul di saat kematian itu baru saja hilang.

1
Novel Indy
ayo mampir kak,,, follow bck yaa cerita kakak keren banget❤
paulina
Jelas banget ceritanya!
bb_yang_yang
Hahahaha aku baca dari tadi sampe malam, mana next chapter nya thor?!
Risky Rafiyani Sembiring: next bakal lebih sering upload, mohon dukungannya 🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!