"Kenapa aku bisa di sini? Kenapa aku tak memakai baju?"
Alicia Putri Pramudya begitu kaget ketika mengetahui dirinya dalam keadaan polos, di sampingnya ada pria yang sangat dia kenal, Hafis. Pria yang pernah menyatakan cinta kepada dirinya tetapi dia tolak.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan Alicia Putri Pramudya?
Yuk pantengin kisahnya, jangan lupa kasih ulasan bagus dan kasih bintang 5 untuk yang suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencoba Kembali
Wanita cantik itu tidak putus asa, dia yang ingin berbicara dengan Willi nampak menunggu anak itu di depan sekolah TK. Dia duduk di dekat pos security dengan tak tenang, sesekali akan bermain dengan ponselnya.
Saat bel pulang berbunyi, wanita itu tersenyum dengan begitu lebar. Lalu, wanita itu berdiri di depan gerbang untuk melihat si kecil, Willi.
"Nak, tunggu sebentar. Bunda mau bicara," ujar wanita itu.
Willi yang sedang berjalan sambil mencari sosok ayahnya nampak menghentikan langkahnya, lalu dia menatap wajah wanita itu dengan penuh tanya.
"Kamu, Tante yang pagi?"
"Ya, Sayang. Aku, Naomi. Bunda kamu," jawab Wanita itu.
"Bunda, aku?"
"Ya, Sayang. Yuk kita makan bareng, bermain bareng, makan es krim bareng, lalu---"
"Stop, Tante! Aku yakin kalau Tante pasti bukan ibu aku, masa ibu aku gak pernah tinggal sama aku?"
"Eh? Beneran loh, aku itu bundanya kamu. Bunda kandung kamu, hanya saja selama ini Bunda pergi bekerja. Sekarang sudah pulang, apa Willi senang?"
Anak itu nampak menggelengkan kepalanya, dia terlihat tidak senang mendengar pertanyaan dari Naomi. Dia bahkan memandang Naomi dengan tatapan tidak suka dan seakan ingin segera pergi dari sana.
"Maaf, Tante. Setahu aku kalau seorang ibu itu pasti akan tinggal satu rumah dengan anaknya, seperti teman-teman aku."
Willi selalu melihat teman-temannya, mereka memiliki ayah dan ibu. Tentunya mereka ditinggal di tempat yang sama dan mendapatkan kasih sayang secara utuh dari kedua orang tua tersebut.
Naomi tentunya kaget mendengar apa yang dikatakan oleh anak itu, karena anak sekecil itu terlihat begitu paham dengan yang namanya kasih sayang secara utuh.
Willi juga seakan begitu paham kalau dia tidak mendapatkan kasih sayang utuh, hanya mendapatkan kasih sayang dari ayahnya saja.
Naomi mengakui kalau setelah meninggalkan Willi, dia memang tidak pernah menemui anak itu kembali. Dia pergi bersenang-senang dengan kekasih hatinya, dia tidak memedulikan lagi anak itu dan bahkan tak peduli terhadap Hafis.
"Bunda sudah bilang, kalau selama ini Bunda pergi untuk bekerja. Sekarang Bunda udah pulang, kita akan---"
"Akan apa?"
Naomi begitu kaget ada yang menegur dirinya, dia menolehkan wajahnya ke arah belakang. Ternyata di sana sudah ada Hafis, pria yang dia tinggalkan itu sekarang nampaknya lebih tampan.
Lebih dewasa, lebih baik dalam berpenampilan. Karena saat dia tinggalkan, Hafis terlihat seperti pria tua karena tak bisa mengurus dirinya.
"Ha--- Hafis, aku---"
"Ingat, Naomi. Di saat kamu pergi meninggalkan aku dan juga Willi, kamu pernah berkata tidak akan membutuhkan kami lagi. Kamu berkata tidak akan menganggap aku dan juga Willi, sebagai anak kamu. Jadi, tolong jangan ganggu kehidupan kami."
Hafis dengan cepat menggendong Willi, lalu dia melangkahkan kakinya menuju mobilnya. Naomi tentunya dengan cepat mengejar pria itu, dia menahan Hafis yang hendak menutup pintu mobilnya.
"Tolong berikan aku kesempatan, aku ingin balikan sama kamu. Aku ingin mengurus anak kita," ujar Naomi dengan wajah memelas.
Hafis tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Naomi, dia bahkan menatap Naomi dengan tatapan yang begitu sinis. Pria itu sungguh tidak suka bertemu kembali dengan Naomi, hidupnya dirasa sudah sangat tenang tanpa wanita itu.
"Hafis, tolong berikan aku kesempatan lagi. Anak kita pasti membutuhkan kasih sayang aku," ujar Naomi dengan memelas.
Sayangnya Hafis malah menggelengkan kepalanya dengan kuat, karena dia merasa kalau Naomi bukanlah sosok ibu yang baik.
"Kamu datang lagi untuk memberikan kasih sayang kepadaku dan juga Willi?"
"Ya," jawab Naomi dengan cepat.
"Tapi, menurut aku kamu datang karena sudah dibuang. Bukan karena ingin datang memberikan kasih sayang kepada Willi, karena kamu sudah tidak menarik lagi. Kamu sudah tidak dibutuhkan lagi oleh pria itu," ujar Hafis.
Mata Naomi sempat membulat mendengar apa yang dikatakan oleh Hafis, karena yang dikatakan oleh pria itu benar adanya. Pria yang selama ini menjadikan dirinya sebagai simpanan itu sudah membuangnya.
Pria itu sudah menemukan gadis yang lebih muda dan juga cantik, tentu saja hal itu membuat dirinya tersingkir. Naomi yang tidak tahu harus ke mana akhirnya memutuskan untuk menemui Hafis.
"Nggak begitu juga, aku---"
Belum selesai wanita itu berbicara, tetapi Hafis dengan cepat mendorong wanita itu. Lalu, dia menutup pintu mobilnya dan segera melajukan mobilnya itu dengan cepat.
"Enak saja dia mau datang kembali di hidupku, enak saja dia mengaku ingin memberikan kasih sayang terhadap Willi. Dasar wanita jahat," umpat Hafis.
Willi tentunya paham dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya, walaupun usia anak itu baru lima tahun, tetapi anak itu tumbuh dewasa sebelum waktunya.
"Ayah jangan marah-marah, nanti cepat tua. Kalau Ayah tua, siapa nanti yang akan mengurus Willi?"
"Maaf, Sayang. Ayah tidak akan marah-marah lagi," ujar Hafis Willi.