Pemuda itu mengacungkan pistolnya persis di dada sebelah kiri Arana. "Jika aku tidak bisa memilikimu, maka orang lain juga tidak bisa.
Dor!!
••••
Menjadi tunangan antagonis yang berakhir tragis, adalah mimpi buruk yang harus Nara telan.
Jatuh dari rooftop sekolahnya, membuat Nara tak sadarkan diri dengan darah yang menggenang di tempat dirinya terjatuh.
Nara pikir dia akan mati, namun saat gadis itu terbangun, ia begitu terkejut ketika mendapati jiwanya sudah berbeda raga.
Berpindah di raga tokoh novel yang merupakan tunangan dari antagonis cerita.
Ia bernama Arana Wilson.
Saat mencapai klimaks, tokoh ini akan mati tertembak.
Sialnya, karena terjatuh, Nara tidak tau siapa malaikat maut raga yang kini ia tempati.
Bagaimana kisah Nara di novel itu sebagai Arana. Akankah dia tetap mati tertembak atau justru ia mampu mengubah takdirnya.
🍒🍒🍒
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raintara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Mau makan apa?"
Arana melirik Hades sebelum kemudian kembali memainkan ponselnya. Kegiatan yang ia lakukan agar tidak berinteraksi dengan Hades untuk sementara waktu.
Gadis itu masih merasa canggung. Wajar kan. Karena seumur hidupnya dia tidak pernah satu atap berdua dengan lawan jenis yang bukan keluarganya.
Jika dipikir-pikir, dia dan Hades akhir-akhir ini menjadi semakin dekat. Banyak interaksi layaknya pasangan. Seperti dirinya yang berstatus sebagai tunangan dari pemuda itu.
Tunangan. Mengingat satu kata itu, entah mengapa membuat dada Arana berdetak lebih cepat dari kadar normal. Pun dengan wajah yang memanas. Oh Tuhan, sebenarnya dirinya itu kenapa.
"Gue tanya mau makan apa, lo malah blushing. Mikirin apa lo?"
"Eh?" kini atensi Arana beralih pada Hades sepenuhnya.
Hades tersenyum miring. "Mikirin kita lagi making love ya?"
Satu lagi. Akhir-akhir ini bicara Hades tidak memiliki filter. Frontal dan melupakan adab bicara.
"Apasih?!" seru Arana memasang wajah kesal. Berbanding terbalik dengan warna pipinya yang merah padam.
Melihat itu, tunangan dari gadis itu terkekeh renyah. Menggoda Arana adalah salah satu kegiatan favoritnya. Ketika melihat wajah gadis itu yang memerah, membuatnya sangat puas.
"Pipi lo merah banget." Hades semakin gencar menggoda tunangannya.
Arana mendengus sebal. "Iya panas soalnya deket-deket sama setan!'
"Setan?"
"Ya! Lo setannya!" tunjuk Arana sarkas.
Setelah itu, ia berdiri. Berjalan menjauhi Hades. Namun baru beberapa langkah, ia kembali lagi. Berpindah posisi tepat di depan tunangannya.
"Mana kamar gue?!"
"Kamar gue?" Hades menarik salah satu alisnya. "Oh, maksud lo kamar kita?"
Arana menggeram tertahan. Pemuda itu suka sekali menguji kesabarannya.
"Jangan bercanda!"
"Siapa yang bercanda." ucap Hades acuh tak acuh.
"Hades, please deh! Gue capek. Mau istirahat." rengek Arana.
Hari ini memang hari yang melelahkan untuknya. Berhadapan dengan Mira. Ah, Mira. Kira-kira apakah Malvin sudah menemukannya. Semoga saja iya. Arana merasa sedikit merasa bersalah. Namun jika mengingat apa yang Mira lakukan ketika mabuk tadi, itu semua membuatnya kesal. Dirinya benar-benar dipermalukan oleh protagonis wanita itu.
"Sini." Hades menepuk pahanya mengisyaratkan sesuatu.
Arana sendiri mengerutkan kening bingung. "Apa?"
"Capek kan? Istirahat di pangkuan gue."
Iseng Hades berujar. Oh, atau sungguhan. Karena tidak ada senyum jahil yang menyebalkan dari bibir Hades.
"Hades gue lagi nggak mood bercanda." keluh Arana. Yang ia inginkan hanyalah kasur dan guling."
"Siapa yang bercanda sih?" ujar Hades dengan nada yang heran. Setelah itu, ia tarik Arana hingga membuat gadis itu terjatuh di pangkuannya. Persis seperti adegan saat mereka berada di rumah orangtua Hades. Bedanya, kali ini lebih intim. Karena Hades benar-benar mengunci segala pergerakan Arana.
Arana memekik kaget. Pergerakan Hades selalu tiba-tiba. Tanpa ancang-ancang. Atau, Arana yang tidak menyadari segalanya?
"Capek banget ya?" tangan Hades yang maskulin membelai rambut Arana penuh perasaan. Layaknya ayah yang sedang menimang anaknya.
Arana menatap Hades yang tengah menatapnya dalam. Gadis itu sampai terhipnotis oleh mata segelap malam itu.
Rambut Hades yang menjuntai, membuat tangan Arana gatal ingin menyentuhnya.
"Ini yang gue mau Ara."
"Waktu di mana hanya ada kita berdua. Tanpa siapapun yang mengganggu. Hanya lo dan gue."
"Boleh gue tanya sesuatu?" Arana berujar. Ia ingin tahu satu hal.
"Apa?"
"Do you love me?"
Pertanyaan dari Arana membuat Hades menghentikan kegiatannya. Ia tatap Arana dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Pertanyaan bodoh apa itu?"
"Selama ini gue selalu menahan diri Arana. Hanya agar lo nggak takut sama gue. Jadi---
Pemuda itu mengelus pipi Arana penuh damba. Gadis itu bahkan sampai merinding dengan sentuhan itu.
"Jangan macam-macam lagi ya? Atau lo bakal lihat sisi gue yang nggak pernah lo bayangkan sebelumnya."
Arana tercekat. "Hades gue---
Kruyuk...kruyuk...kruyuk....
Dan, Arana tidak pernah semalu ini berhadapan dengan Hades.