"Apa yang Dipisahkan Tuhan takkan pernah bisa disatukan oleh manusia. Begitu pula kita, antara lonceng yang menggema, dan adzan yang berkumandang."
- Ayana Bakrie -
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Venus Earthly Rose, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jumat 7 April 2017
Andra: Hari ini Pak Radit ulang tahun ya?
Ayana: Hah? Oh ya?
Brian: Lu tau darimana?
Andra: Kukung ku bilang tadi
Ayana: Lah kok kakekmu tahu, Ndra?
Brian: Wah wah, Si Andra kan old money, kenapa nih?
Andra: Apa sih? Yang kaya itu keluarga saya, bukan saya
Ayana: Ini nih Bri, tipikal yang dikatakan anak orang kaya
Brian: Lah iya, jangan-jangan lu menang lomba cerpen kemarin karena kekuatan orang dalem, ya?
Andra: Astaga, kalian ini. Lomba kita waktu itu kan diadakan secara buta. Kita gak boleh ngasih nama kita di cerpen yang kita tulis, kita cuma disuruh nulis nomor, dan juri ngenilainya dan ngasih poin ya atas nama nomor itu. Btw, Pak Radit ini bukan orang sembarangan
Ayana: Bukan orang sembarangan gimana nih?
Brian: Wah, kalau kakek lu sampai tahu fiks orang kaya raya Pak Radit mah
Andra: Iya. Tau kan kalau penerbit tempat beliau kerja sekarang itu penerbit besar, nah penerbit ini salah satu anak perusahaan dari perusahaan pusat, inisialnya perusahaan G. Nah, Pak Radit ini cucu yang punya perusahaan G. Makanya kukung ku tahu, cukup akrab beliau sama bapaknya Pak Radit
Brian: What? Serius? Perusahaan G ini yang itu kan?
Andra: Iya
Ayana: Bentar, aku barusan browsing kalau perusahaan G ini yang punya salah satu orang terkaya di Indonesia, loh.
Andra: Yups, benar, ada desas-desus kalau mungkin Pak Radit bakal pindah ke Perusahaan G, perusahaan inti
Brian: Wah, nasib kita gimana? Beliau editor favorit loh di penerbit kita
Ayana: Aku kenalnya cuma sama Pak Radit, agak takut mau ngakrabin Pak Yahya
Andra: Santai, waktu pemindahan masih belum pasti, kok. Pak Radit masih bakal tetap jadi editor kita untuk beberapa waktu ke depan
Ayana: Aku cuma tau sedikit tentang kehidupan pribadi Pak Radit, beliau tertutup banget ya, aku bahkan gak pernah liat Pak Radit update status whatsapp
Brian: Lah iya, tapi kalau kita update, Pak Radit yang pertama liat
Andra: Jadi makin penasaran tentang Pak Radit, kukung ku gak banyak cerita tentang Pak Radit, katanya Pak Radit ini yang paling low profile di antara dia dan saudaranya
Brian: Wah, Jangan-jangan benar lagi beliau Intel
Ayana: Aduh, bisa marah kalau Pak Radit tau kita gosipin beliau ini, wkwkwkwk
Andra: Caranya satu, jangan sampai tahu
Brian: Gua kemarin ke tempat beliau, gua dijewer
Ayana: Sebel sama kamu itu
Andra: Rasain!
Pak Radit merupakan salah satu orang yang sangat baik yang kami kenal. Beliau ini orangnya ramah, mudah akrab dengan siapa saja, beliau juga merupakan salah satu editor favorit dari Raditz Squad karena beliau sangat membantu kami dalam memberikan saran dalam menulis. Berbeda dengan Pak Yahya, beliau salah satu editor juga yang belakangan dikenalkan kepada kami, dan Kak Reya merupakan salah satu penulis yang editornya adalah Pak Yahya. Aku dan yang lain belum pernah bertemu langsung, namun berdasarkan sambungan video kami beberapa kali, beliau tak seramah Pak Radit, dan jika memberikan kritik terhadap tulisan kami terlalu frontal, maka dari itu Andra dan Brian menghindar dari beliau serta menyarankanku agar menyerahkan naskah cerita ku ke Pak Radit bukan ke Pak Yahya. Yang ku tahu Pak Yahya sedang menempuh S3 nya di salah satu universitas negeri di Jakarta.
Pak Radit ini usianya kini dua puluh tujuh tahun, masih muda, beliau mengambil S1 dan S2 nya di luar negeri. Di negara Ratu Elizabeth. Beliau belum menikah dan sekarang aku baru sadar jika selama ini beliau selalu sibuk mengurus kami. Beliau selalu percaya kepada kami jika kami akan menjadi penulis yang hebat. Aku tak tahu mengapa beliau sangat mendalam dan memberikan kami banyak dukungan agar kami menulis. Padahal, belakangan kami menulis novel dan kumpulan puisi, bukan biografi. Dan juga, kemarin Pak Jhon memutuskan untuk keluar dari Raditz Squad dan memutuskan untuk beristirahat dari dunia menulis. Kami sangat sedih, Pak Jhon merupakan orang yang sangat kami hormati dan kami anggap ayah di grup. Namun, Pak Radit masih berhubungan baik dan sering bertemu dengan Pak Jhon di kota tempat Pak Jhon tinggal. Sejujurnya kadang aku merasa jika Pak Radit dan Pak Yahya ini sama-sama misteriusnya. Ya aku tahu Andra sudah mengabarkan kami tentang latar belakang keluarga Pak Radit.
Aku dikelilingi orang-orang tampan, hehehe MasyaAllah. Pak Radit ini juga rupawan, beliau punya postur tubuh tinggi tegap dan rambut cepak, saat pertama kali aku bertemu beliau, kesanku adalah beliau seorang anggota TNI bukan editor buku. Sungguh, jika ada yang mengatakan jika beliau anggota TNI mungkin semua orang akan percaya. Begitu juga Pak Yahya. Perawakannya mirip dengan Pak Radit namun rambut Pak Yahya biasa, tak secepak Pak Radit. Pak Radit punya lesung pipi di pipi kirinya saat beliau tersenyum. Aku juga dengar dari Andra jika banyak karyawan wanita di perusahaan inti yang mengejar-ngejar Pak Radit. Pak Radit punya kebiasaan mencatat apapun yang beliau anggap penting sehari-hari dan ini ditularkan dengan sukses kepada Bri. Namun Bri mencatat siapa saja mantan pacar dan pacarnya sekarang. Pak Radit melotot dan mengomel saat mengetahui itu.
Pak Radit beberapa kali menerbitkan novel, novel beliau biasanya bertema kepahlawanan. Kadang aku tak menemukan bumbu-bumbu romansa di novel yang beliau tulis. Beliau bilang nama pena-nya lebih dari satu, dan beliau meminta kami juga seperti itu. Ada juga novel karya Pak Radit yang bersifat satir, sungguh aku menemukan banyak sindiran halus yang menyangkut kejadian politik yang sedang terjadi di negeri ini yang beliau kemas serapi mungkin dalam novel komedi. Kami pernah bertanya tentang Pak Radit di Raditz Squad, dan beliau bilang jika dulu bersekolah di SMA Taruna, untuk letak kotanya beliau tak menjawab lebih rinci. Maka dari itu teman beliau kebanyakan anggota TNI dan Polri. Kadang aku berpikir jika Pak Radit merupakan salah satu anggota Intel yang menyamar, hehehe. Andra dan Bri anehnya punya imajinasi yang sama liarnya denganku.
Pak Radit memiliki kepribadian yang lembut menurut kami, beliau juga perhatian. Saat Andra menghilang waktu itu, beliau berkali-kali menghubungi Andra untuk memastikan jika Andra baik-baik saja. Dan saat Bri pindah sekolah ke Bogor, beliau sangat bahagia. Beliau bilang seharusnya Bri pindah ke sekolah Taruna atau Sekolah militer agar Bri tahu rasa. Pak Radit tahu dari awal jika Bri ini playboy, Bri bilang saat acara penyerahan hadiah lomba saat itu, dua pacar Bri telfon bolak-balik secara bersamaan dan dia mengangkatnya di depan Pak Radit, dari situ Bri sudah mulai dapat ceramah dan banyak omelan dari Pak Radit. Pantas saja, kalau ku pikir-pikir lagi sekarang, Pak Radit ini memang sangat kelihatan geregetan ke Brian.
Pak Radit bilang, beliau punya adik bernama Raffan, usianya empat tahun lebih muda dari beliau dan bekerja di Perusahaan G. Saat itu kami masih belum tahu jika ternyata Pak Radit merupakan cucu pemilik perusahaan multinasional tersebut. Perusahaan G ini yang ku tahu, mereka adalah satu-satunya perusahaan orang Indonesia yang sukses tanpa bantuan suntikan dana dari asing sama sekali. Dan bosnya pun orang Indonesia, malah banyak orang asing yang kerja menjadi bawahan di kantor tersebut. Berpuluh-puluh tahun kakek Pak Radit merintis dari nol sampai menjadi sebesar sekarang. Pantas saja keluarga Andra mengenal baik keluarga Pak Radit. Andra bilang kakeknya baru menceritakan tentang Pak Radit beberapa waktu ke belakang setelah tahu cucunya berhubungan baik dengan cucunya si empunya Perusahaan G. Andra bilang kakeknya sedang mempersiapkan dia dan sepupu-sepupunya untuk meneruskan bisnis keluarga mereka namun Andra tak tertarik itu sebabnya dia lebih memilih untuk menekuni dunia menulis.
Setahuku, Pak Radit ini tinggal di daerah Menteng. Beliau memiliki hobi menulis dan suka makan makanan manis. Itu terlihat jelas saat acara penyerahan hadiah waktu itu, beliau selalu memakan kue kue yang disediakan dan tak makan makanan berat sama sekali. Pak Yahya pernah bercanda jika Pak Radit mungkin akan terkena diabetes suatu hari nanti dan langsung dibantah Pak Radit yang mengatakan jika beliau butuh makanan manis sebagai bahan bakar berpikir saat pemikirannya buntu. Brian tentu membantah, Brian pernah berkunjung ke Kantor Penerbit minggu lalu untuk menyerahkan naskahnya, dan dia bilang kubikel Pak Radit penuh dengan kinderjoy, yupi, dan silverqueen. Tadi pagi bahkan Pak Radit menagih naskah ku padahal aku belum menulis apa-apa sama sekali. Sore ini bahkan beliau kembali memberikan wejangan agar aku kembali menulis, beliau menyarankan agar aku mulai menulis dari pengalaman orang lain, ya mungkin aku akan wawancara orang dengan kisah hidup menarik nanti. Sungguh, meskipun kami akrab dengan Pak Radit, tetapi beliau memang masih sangat tertutup.