"Saya tidak merasa terjebak dengan pernikahan ini.Kamu tau,tak ada satu pun di dunia ini yang terjadi secara kebetulan.Semua atas kehendak Tuhan.Daun yang jatuh berguguran saja atas kehendak Tuhan.Apalagi pernikahan kita ini,terjadi atas kehendak-Nya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30
Sarah senang akhirnya bisa menerima pesanan kue dan catering lagi setelah sempat vakum karna kasus suaminya dan Salma.
Apalagi sekarang ada ceu Jujuk yang membantu.Wanita itu katanya dengan suka rela membantu tanpa imbalan sama sekali.Tapi Sarah inisiatif memberi sekedar uang capek untuk ceu Jujuk.
Pagi yang cerah Sarah yang sedang mengoles mentega ke loyang kue menghentikan aktifitasnya karna mendengar suara putrinya menangis.
Wanita itu bergegas menuju ke kamar.Terlihat putrinya menangis di sebelah Adam yang masih pulas tidur.
Sarah merasa heran dengan suaminya itu,suara tangis anaknya sama sekali tidak mengganggu aktifitas tidurnya.
Sarah merasa kesal." Aa Adam bangun,kebluk amat sih tidurnya." Sarah memukul punggung suaminya dengan kasar.
"Apaan sih..." Suara Adam terdengar serak-serak malas.
"Bangun ak,ini sudah hampir dua bulan loh aa ga berangkat berlayar.Teman-teman aa sudah berangkat semua." Dengus Salma kesal.
Hampir dua bulan di rumah Adam kerjanya hanya makan tidur dan nongkrong ga jelas di warung.
"Belum ada panggilan dari bos,mau berangkat kemana...lagian kan uang uang simpanan masih ada,ribet amat..." Adam tetap melanjutkan tidurnya.Selalu saja ada alasannya untuk tidak berangkat berlayar.
Dengan wajah cemberut Sarah membawa putrinya ke dapur.
"Nenden,teteh mau mandikan Amira dulu ya,tolong lanjutkan ini olesi loyang." Ujar Sarah sembari membawa putrinya ke kamar mandi.Nenden yang sedang membantu ceu Jujuk mengupas nanas menurut patuh.
Selesai memandikan putrinya,Sarah masih mendapati Adam tidur sambil ngorok.
"Ak,bangun.Bantuin apa kek sana di dapur,molor mulu..." Sarah terus merepet membuat Adam bangun karna pusing dengar repetan istrinya.
"Iya,iya..." Adam melompat dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi.
Saat akan ke kamar mandi,Adam melipir sebentar ke dapur.Matanya menangkap sosok ceu Jujuk yang sedang menuang nanas parut ke penggorengan.Kemudian matanya memantau keberadaan Nenden di dapur.
Merasa tak ada Nenden,laki-laki itu mendekat pada ceu Jujuk dan dengan sengaja meraba bokong wanita itu dari belakang.
Ceu Jujuk tampak kaget namun kemudian tersenyum senang setelah melihat Adam yang terkekeh.
"Ih akang,nanti di lihat Sarah loh." Bisiknya genit-genit manja
"Sarah lagi di kamar,pakein baju Amira.Sedang bikin apa cantik...?" Adam memepetkan tubuhnya pada badan ceu Jujuk.
"Idih akang,jangan dekat-dekat.Nenden lagi ke halaman belakang,nanti gawat kalau sampai dia lihat akang genit begini." Ceu Jujuk melirik ke pintu belakang.
"Kamu tenang aja,Nenden ga bakalan berani ngadu sama Sarah." Adam meletakkan dagunya di pundak ceu Jujuk.
"Kang Adam,nanti malam aja kita mesra-mesranya." Mata ceu Jujuk lirik kanan kiri takut ada yang kelakuan Adam padanya.
"Akang maunya sekarang." Kini kedua tangan Adam memeluk tubuh ceu Jujuk dari belakang.
Tiba-tiba terdengar suara pintu belakang berderit,spontan ceu Jujuk mendorong rubuh Adam untuk menjauh.
"Mandi dulu,sana kang..." Ceu Jujuk pura-pura fokus mengaduk selai nanas saat Nenden sudah mendekat.Jantungnya kebat kebit takut.Takut Nenden sempat lihat dia dan Adam bermesraan tadi.
***
Hari ke sepuluh Salma bekerja di PT.Maltec Pulp & Paper Tbk,semua berjalan lancar.Wanita itu bekerja di bagian penyortiran kertas berwarna bareng dengan Erna jadi dia tidak mendapat kesulitan sama sekali.Karna Erna selalu siap membantu dan memberikan pengarahan.
Selama itu pula Elang selalu berusaha agar tidak bertemu dan bertatap muka dengan Salma jika sedang berada di dalam pabrik.Namun dirinya selalu memantau keberadaan Salma diam-diam.Selama itu pula Elang berperang melawan perasaan nya yang campur aduk.Perasaan benci dan rindu silih berganti memporak porandakan hatinya.Di saat rindu,pria itu memantau Salma secara langsung dari jarak aman.Terkadang memandangnya dari CCTV di kala rindu yang tak tertahankan.Namun saat penolakan Salma menari-nari di benaknya,rasa rindu itu hilang sekejap berganti dengan rasa benci.
Tepat jam sepuluh pagi,pintu pabrik di buka dari luar oleh satpam yang bertugas hari itu.
Tampak para staf penting perusahaan memasuki pabrik dengan tertib.Hari ini akan ada audit langsung dari pusat.
CEO PT.Maltec Pulp & Paper Tbk yaitu Anthony Rifat Sungkar berjalan di apit oleh Elang dan pak Marco.Di ikuti oleh pak Yuda dan beberapa orang tim audit.
Suasana di dalam pabrik tiba-tiba jadi terasa horor dan mencekam.Ratusan karyawan yang fokus pada job desk nya masing-masing terlihat tegang.Jangan kan berbicara,melirik ke tempat yang lain saja tak berani.Tersenyum pun tak berani.
Baru beberapa menit proses audit berjalan,tiba-tiba suasana horor dan mencekam itu mencair seketika oleh teriakan seorang wanita.
"Tolong...tolong...!"
Suara wanita minta tolong itu membuat jantung Elang serasa berhenti berdetak,memaksanya untuk berlari dalam panik.Meninggalkan pak Marco dan Anthony yang sedang berunding serius.
Elang berlari menuju suara itu.Dan mendapati Salma tengah berjongkok di lantai.
"Sal-" Elang tersadar hendak menyebut nama Salma.
"Ada apa mba..." Itu kalimat yang akhirnya di ucapkan Elang seraya menaikkan masker yang dia kenakan agar wajahnya tak kelihatan.
Salma yang tengah berjongkok sambil terisak di dekat Erna yang tiba-tiba pingsan terdiam seketika.Suara itu begitu familiar di telinganya.
Kepala wanita itu mendongak ke atas.Walau wajah Salma tertutup masker tapi kelihatan dari matanya yang membulat kalau dia terkejut melihat Elang ada di hadapannya.Walaupun Elang memakai masker tapi dia sangat tau bahwa pria itu adalah suaminya.Apalagi Elang memakai kemeja yang pernah dia lihat Elang menggunakannya.
'Mas..." Panggilnya pelan nyaris seperti sebuah bisikan.
Elang kaget bercampur menyesal.Kaget mengapa dia tiba-tiba saja sudah ada di hadapan Salma.Menyesali dirinya yang masih mengkuatirkan Salma.
Elang terdiam,bingung harus merespon seperti apa.Salma pun masih tetap mendongak menatap Elang,sampai melupakan keadaan Erna yang sedang pingsan.Keduanya hanya saling tatap hingga pak Marco dan Antony datang.
"Ada apa ini pak Erlangga?" Tanya pak Marco hingga menyadarkan Elang dan Salma.
"Ah ini pak,ada yang pingsan." Salma yang menjawab.
"Cepat bawa ke klinik.Pak Anwar,tolong bantu bawa ibu ini ke klinik!" Titah pak Marco pada mandor lapangan yang bergegas datang begitu mendengar ada suara teriakan.
"Baik pak." Dengan sigap pak Anwar mengangkat tubuh Erna dan membawanya ke klinik pabrik.
Salma mau tak mau harus ikut mendampingi Erna ke klinik.Padahal dia ingin memastikan apakah pria tadi itu benar-benar Elang.Kepalanya yang di penuhi oleh rasa panasaran sesekali menoleh ke belakang.Terlihat Elang berjalan meninggalkan tempat tadi bersama pak Marco dan Antony.
Sampai di klinik,Erna siuman dari pingsannya tapi masih terlalu lemah.Dokter Helena yang sedang berada di klinik pabrik langsung memberi penanganan pada Erna.
"Apa yang terjadi pada saya dokter,saya tidak mengidap penyakit serius kan?" Tanya Erna dengan wajah kuatir begitu dokter Helena selesai memeriksanya.
"Tidak bu Erna.Setelah di periksa,saya menemukan tanda-tanda wanita hamil pada bu Erna.Kapan terakhir bu Erna menstruasi?" Sahut dokter Helena dengan suara yang lembut dan ramah.
Erna terkejut mendengar keterangan dokter Helena.Dia menatap Salma yang berdiri di dekat pintu.Bola matanya mengecil melihat temannya itu berdiri kayak orang sedang termenung,pandangannya jauh.
"Kapan terakhir bu Erna menstruasi?" Ulang dokter Helena.
"Eh,iya dokter...saya lupa dokter,saya tidak ingat." Erna mencoba mengingat-ingat tapi tak ada gambaran sama sekali kapan terakhir datang bulan.
"Baik bu Erna,ga apa-apa.Kita lakukan tes urine dulu ya,untuk lebih memastikan." Erna hanya mengangguk lemah karna memang dia belum siap untuk hamil lagi.Putri masih terlalu kecil untuk punya adik.Dan masih banyak cicilan yang harus di bayar tiap bulan.
Setelah mengetahui Erna positif hamil,dokter Helena menyarankan agar Erna pulang ke rumah untuk istirahat.
"Mba,bisa tolong antarkan bu Erna ke pos sekuriti?' Ucap dokter Helena pada Salma.
Salma masih terlihat diam pada posisinya,tak mendengar dokter Helena yang bicara padanya.
"Mba..." Dokter Helena mendekat pada Salma.
Salma kaget,dan baru menyadari bahwa dia sedang berada di klinik." Eh,iya..."
"Mba,tolong antar bu Erna ke pos sekuriti ya,nanti ada pak Monang yang akan mengantar bu Erna ke rumahnya."
"Baik dokter..." Salma menatap wajah dokter Helena yang cantik dan ramah.
Salma menuntun Erna keluar dari klinik." Sal,kamu tadi ku lihat kayak orang bingung gitu.Kamu lagi ada masalah?' Erna mengencangkan pegangannya pada pinggang Salma karna kepalanya masih terasa pusing.
"Nggak kok,aku tadi tiba-tiba teringat sama bapak dan emak." Sahut Salma asal.
"Itu tadi dokter di klinik ini ya,Na?" Sambung Salma.
"Iya,dokter nya cantik ya,baik lagi."
"Iya,cantik banget malah.Indo gitu wajahnya."
"Dokter Helena anaknya pak Marco.Pak Marco kan keturunan Belanda."
"Pantesan cantik."
"Sal,nanti malam kamu nginap ya di rumah aku.Tadi mba Rina WA,katanya putri demam.Arul kebagian jaga malam hari ini."
"Iya,nanti setelah pulang kerja habis mandi aku lansung datang." Setelah mengantar kan Erna ke pos satpam,Salma kembali bekerja.
Tepat pukul dua belas saat istirahat makan siang proses audit selesai.Elang berjalan berdampingan dengan Antony menuju kantin.Dengan tinggi tubuh yang sama kedua pemuda tampan itu menjadi pusat perhatian karyawati yang berhamburan hendak ke kantin.
Antony adalah sahabat Elang dari jaman mereka duduk di bangku SMA.Tony adalah generasi ke tiga pemegang kekuasaan atas PT.Maltec.Dia sengaja terbang dari Sumatra tempat lokasi pabrik utama untuk langsung turun tangan melakukan audit.Sekaligus berjumpa dengan sahabat lamanya.
"Gimana brother,lo betah kerja di sini?" Tanya Antony begitu mereka duduk di dalam kantin.
"Betah lah,kalau ga,gua udah cabut dari awal." Elang meneguk air mineral yang sudah di bawa pelayan kantin.
"Gua masih penasaran,apa sih yang buat lo tiba-tiba mau kerja di sini.Soalnya dulu kan lo menolak tawaran gua,dengan alasan ga mau jauh-jauh dari Vania.Padahal dulu gua nawarin jabatan Direktur loh.Lah,sekarang,lo hanya jadi manajer.Aneh ga tuh..."
"Ga ada yang aneh,biasa aja.Lagi pengen cari suasana baru aja."
"Jangan-jangan lo udah putus dari Vania,terus lo patah hati dan tempat ini jadi pelarian." Tebak Antony.
"Yah gitulah,tapi gua ga patah hati.Gua hanya pengen suasana baru aja."
"Cari suasana baru jauh amat ke sini.Gua penasaran nih,lo yang putusin Vania atau Vania yang putusin lo...secara kan lo berdua bucin banget dulu."
"Ya...intinya gua ga berjodoh sama Vania."
Pembicaraan mereka terputus karna pelayan kantin mengantar pesanan mereka.
"Buset,banyak amat lo pesan makanan.." Mata Tony berbinar melihat begitu banyak aneka makanan yang di hidangkan pelayan kantin.Karna memang perutnya sudah sangat lapar.Ada nasi rames,lotek,bakso dan kolding.Masing-masing dua porsi.Semua makanan ciri khas daerah itu.
"Lo harus cobain ini semua,asli enak banget.Gua aja sampai ketagihan.Apalagi lotek sama koldingnya."
"Kolding?"
"Kolak dingin.Lo makan bareng sama lotek atau bakso,mantap pokoknya."
Tony menirukan apa yang di lakukan Elang.
"Asli,ini enak banget." Tony menyantap habis jatahnya.Semangkok bakso,kolding dan nasi rames.
"Lo masih sama Andrea,Ton?" Elang menyeka bibirnya pakai tisu bekas makan nasi rames.
"Udah nggak.Nyokap nyuruh gua cari jodoh yang pakaiannya sopan.Kalau bisa yang berhijab." Tony memegang perutnya yang kekenyangan.
"Lo anak yang berbakti ya." Elang salut dengan keluarga Tony yang agamais.Bokap nya berhasil membimbing keluarganya ke jalan yang benar.Padahal nyokap Tony seorang bule mualaf.Berhubung dapat suami yang taat kepada penciptanya beliau sekarang sudah hijrah.
"Harus itu.Perkataan orang tua itu keramat,El.Terutama nyokap,doanya mustajab,gua ga mau kecewain mereka.Gua mau kayak bokap.Katanya dia bisa sukses kayak sekarang ini berkat doa-doa dan nurut sama perkataan nenek gua."
Elang terdiam,pikirannya seketika melayang kerumah.Teringat dengan kedua orang tuanya terutama sang mami.
Karna asik ngobrol tanpa mereka sadari,hampir seluruh mata orang ada di dalam kantin mengarah pada mereka berdua.
Terutama Nora dan Mazda,yang berada di sebrang meja mereka.
"Da,ganteng-ganteng dua-duanya.Tapi aku bingung bagaimana cara dekatinya.Ga pede aku,kau ada ide ga." Nora
"Ga ada,sudahlah Ra.Kayaknya ga mungkin kau bisa dapatkan pak Erlangga atau pak Antony." Sahut Maza.
"Ish,bukannya kasih semangat.Siapa tau jodoh aku salah satu dari orang itu berdua." Rajuk Nora kemudian menendang kaki Maza yang berada di kolong meja.
"Apa kau tendang-tendang,sakit tau....Lagi pulak,gak mungkin lah orang kaya dan seganteng mereka belum punya cewek." Mazda menatap Nora dengan kesal.Punya teman kepedean.
"Tuh,liat.Kubur lah mimpi mu itu dalam-dalam" Mazda melirik tajam ke arah meja Elang dan Tony.
Mata Nora ikut melirik,terlihat dokter Helena sedang mendudukkan bokongnya dengan anggun di bangku kosong di sebelah Elang.