NovelToon NovelToon
KISAH TAK BERUJUNG Bad Senior In Love

KISAH TAK BERUJUNG Bad Senior In Love

Status: tamat
Genre:Romantis / Sudah Terbit / Tamat
Popularitas:6.8M
Nilai: 5
Nama Author: Sephinasera

SUDAH TERBIT CETAK


"Aku mau riset ke Jepang."

Menjadi awal dari kandasnya mimpi indah Anggi bersama Dio, the first love never die.

Ditambah tragedi yang menimpa kedua orangtua Dio, membuat masa depan yang sejak lama diangankan harus pupus dalam sekejap.

Namun ketika Anggi masih berusaha menata hati yang retak, Rendra datang hanya untuk berkata,

"I just simply love you."

"Gimme a chance."

A romantic story about Dio-Anggi-Rendra

--------------

Season 1 : Kisah Tak Berujung Bad Senior in love

Season 2 : Always Gonna be You

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sephinasera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35. Tak Bisa ke Lain Hati

Anggi

Ia masih tersenyum-senyum sendiri demi mengingat apa yang baru saja terjadi.

"Makasih banyak untuk hari ini," Dio tersenyum penuh arti. Sambil mengulurkan tangan mengacak halus puncak kepalanya. Lalu mengusap pipinya. Sekilas tapi berhasil membuat tubuhnya seperti tersengat listrik tegangan tinggi. Dan tangan Dio terasa masih tertinggal di sini, batinnya sambil mengusap pipinya sendiri yang masih terasa hangat.

Tapi begitu teringat, jika ia harus segera masuk ke dalam. Ia pun buru-buru membuyarkan lamunan dan mulai mencari ponsel. Berniat menghubungi Nila untuk meminta tolong membuka gembok pintu gerbang Raudhah untuknya.

Tangannya masih berusaha mencari-cari letak ponsel di dalam sling bag, saat terdengar suara pintu mobil yang tertutup dengan begitu keras. Seperti dengan sengaja dibanting.

Ia sampai harus memicingkan mata untuk melihat ke arah suara. Karena keadaan di sekitar yang lumayan gelap.

Kini jantungnya mulai berdebar tak karuan. Merasa takut kalau-kalau ada seseorang yang berniat buruk padanya.

Dan dari penglihatan yang terbatas, samar-samar terlihat sesosok jangkung berjalan mendekat. Tentu saja membuatnya semakin khawatir. Pikiran buruk dan mengerikan semakin banyak bermunculan. Jangan-jangan ....

"Baru pulang?"

Ia hampir melompat kaget, sampai mundur beberapa langkah. Saking terkejutnya melihat siapa orang yang menyapa.

Yaitu orang yang paling tak ingin ditemuinya, Rendra. Kini tengah berdiri di kegelapan, dengan ekspresi wajah seolah ingin menelan orang hidup-hidup.

"Bisa masuk nggak?"

Api kemarahan menyala-nyala di kedua

mata Rendra, yang ia yakini mampu membakar apapun yang ada di sekeliling mereka berdua. Namun nada bicara Rendra tetap rendah dan datar, seolah tak terjadi apa-apa. Keadaan yang bertolak belakang itu dilengkapi dengan rahang Rendra yang tegas mengeras.

Ia yang masih shock hanya bisa diam termangu. Tak mampu mengeluarkan sepatah katapun.

"Salsa!" begitu teriak Rendra sambil memukul-mukulkan gembok ke besi pintu gerbang. Pastinya menimbulkan suara yang sangat keras dan berisik.

"Buka pintunya!" teriak Rendra.

Ia sontak tersadar dan berusaha mencegah, "Eh, jangan! Nanti semua orang bangun," ujarnya khawatir.

"Sekarang udah terlalu malam. Nanti mengganggu orang tidur," sambungnya sambil menelan ludah.

"Terus ... kamu masuknya gimana, hayo?" Rendra mengerling ke arahnya.

"Saya telepon teman sebentar," jawabnya sambil mengaduk-aduk isi sling bag bermaksud mencari ponsel.

Aduh, kalau sedang emergency begini, tangannya mendadak mengalami tremor lokal. Yang justru semakin memperlama waktu mencari.

"Halo, Salsa ...." tiba-tiba saja Rendra sudah berbicara di ponsel. "Tolong buka pintu gerbangnya, Anggi mau masuk."

Membuat gerak tangannya yang masih berusaha mencari ponsel mendadak terhenti. Dengan pandangan tak percaya, dilihatnya Rendra masih menempelkan ponsel di pipi kanan.

"Tolong cepet Sa, di luar dingin," tambah Rendra sambil melihat ke arahnya.

Selama sepersekian detik mata mereka bertabrakan. Sorot mata sayu Rendra berhasil membuat hatinya sedikit mencelos.

"Sebentar lagi Salsa ke sini," ujar Rendra yang sudah menutup telepon. Namun dengan mata yang terus saja menatapnya tajam. "Kamu nggak kedinginan kan?"

Pertanyaan Rendra membuat hatinya semakin mencelos. Ada rasa nyeri yang menyerang entah berasal dari mana.

Ia baru hendak menjawab tapi tertahan. Sebab sudah terdengar suara gerendel pintu yang dibuka. Disusul dengan munculnya Salsa yang tergopoh-gopoh.

"Sori ... ganggu malem-malem, Sa," begitu seloroh Rendra, demi melihat muka ditekuk Salsa.

Tapi Salsa tak menjawab. Bibir Salsa seolah terkatup rapat, diam seribu bahasa.

Dengan gelisah, ia menunggu Salsa yang sedang berusaha membuka gembok. Gerakan tangan Salsa terlihat seperti slow motion, lama dan lambat.

Sementara udara malam yang dingin terasa semakin menggigit di kulit. Membuat badannya menggigil karena kedinginan.

Lalu tanpa diduga, sebuah jaket tiba-tiba saja sudah tersampir di pundaknya. Sedikit banyak langsung mampu menimbulkan rasa hangat yang bisa dirasakan oleh seluruh tubuhnya.

"Dingin ya?" Ada senyum dalam suara Rendra. "Pakai jaket nih, nanti mimisan lagi."

Kalimat terakhir Rendra semakin telak memukul ulu hatinya. Saking tak menyangka, ia sampai tak mampu mengucapkan terima kasih. Bibirnya terasa berat untuk digerakkan. Sementara Salsa yang menyaksikan bagaimana Rendra meletakkan jaket di sepanjang bahunya, terlihat semakin menekuk muka.

Akhirnya gembok berhasil dibuka. Salsa segera menarik pintu gerbang agar terbuka. Cukup untuk masuk selebar badan satu orang dewasa.

"Nanti jangan lupa dikunci," ujar Salsa ketus. Sambil menyerahkan kunci gembok padanya. Dan langsung berlari masuk ke dalam rumah. Membuatnya semakin bertambah tak enak hati.

Ketika ia masih bingung dengan apa yang harus dilakukan untuk pertama kali. Tiba-tiba kedua tangan Rendra sekilas menyentuh lengannya. Dan dengan sedikit dorongan memintanya agar segera masuk ke dalam.

"Keburu tambah dingin di luar," begitu kata Rendra sambil meraih kunci gembok dari tangannya. Lalu dengan sigap Rendra menutup kembali pintu gerbang. Mengunci gemboknya. Dan menyerahkan kunci ke tangannya melalui celah besi pintu gerbang.

"Buruan masuk," sambung Rendra cepat.

Dari balik pintu gerbang, ia yang masih linglung sempat melihat ekspresi kedinginan di wajah pucat Rendra. Yang kali ini hanya mengenakan kaos oblong hitam. Dengan sebelah tangan melambai, menyuruhnya untuk segera masuk ke dalam rumah.

As always, tubuhnya merespon dengan sangat baik. Menurut membalikkan badan dan melangkah masuk. Sama sekali lupa untuk mengucapkan terima kasih. Saat teringat, ia sudah masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Oh, my ....

"Heh, dari mana aja sih, bikin ribet aja," gerutu Shelly, yang ternyata sudah menunggu di balik pintu ruang tamu. Di belakang Shelly berdiri berjajar separuh penghuni kost, semua memberinya tatapan kesal.

"M-maaf," hanya itu yang bisa terlontar dari mulutnya.

"Anak baru udah belagu," sungut Shelly.

"Maaf," ujarnya sekali lagi. Ia memang bersalah telah melanggar peraturan jam pulang kost.

"Maaf aja nggak cukup, iqob kerjain," Shelly semakin menjadi.

"Iya," ia mengangguk.

"Pelanggaran berat, iqobnya juga spesial. Besok bersihin semua kamar mandi."

Ia terkejut, "Semua? Bukannya peraturan cuma satu?"

"Pelanggaran kamu apa dulu. Kasusnya berat begini," Shelly terus saja bersungut-sungut. "Kalau nggak mau ya udah, mau pilih denda?"

Ia menggeleng. Daripada didenda harus membayar kas sebesar 100.000 dan printilan lainnya, lebih baik ia membersihkan kamar mandi saja.

"Besok harus udah dikerjain semuanya!" ujar Shelly lagi.

"Iya, Mba," jawabnya menyerah, saking lelah dan letihnya. "Sekarang, aku boleh ke kamar nggak?"

Shelly dan yang lain langsung minggir guna memberinya jalan.

"Makasih," ujarnya sambil melewati mereka yang kesemuanya memasang wajah kesal.

Di depan pintu kamar saat membuka kunci, ia mendengar dua orang sedang berbisik-bisik di dapur,

"Kasihan Anggi, masa dihukum berat begitu."

"Lagian ... dia juga sih. Udah lah pulang malem, sampai bikin Bang Rendra nunggu semaleman di depan. Enggak banget deh."

Ia tercekat. Dan langsung menghampiri ke dapur. Di mana Nila dan Ira sedang berbisik-bisik.

"Gimana tadi? Bang Rendra nunggu semaleman?" tanyanya penasaran. "Nunggu semaleman gimana maksudnya?"

Sambil bersungut-sungut, Ira beranjak pergi tak menjawab. Meninggalkan Nila yang memasang wajah menyesal, "Kamu nggak tahu, kalau Bang Rendra nunggu di sini dari habis maghrib?"

"Habis Maghrib?!" tanyanya terkejut.

"Katanya, Bang Rendra udah ngechat sama nelepon kamu, tapi nggak diangkat," Nila mengembuskan napas melihatnya kebingungan.

Membuatnya buru-buru mengambil ponsel di dalam sling bag. Dan langsung lemas, begitu melihat layarnya. Dari puluhan notifikasi masuk, ada unread messages dan missed calls dari ... Rendra. Ya ampun ....

"Kasihan tahu, Nggi. Bang Rendra dari habis Maghrib sampai barusan kamu dateng, nunggu di mobil," terang Nila.

"Padahal sama Mba Salsa udah berkali-kali disuruh pulang, tapi Bang Rendra tetep aja nungguin kamu, nggak mau pulang," lanjut Nila.

"Aneh juga sih, kok bisa Bang Rendra nggak ditegur sama satpam kompleks. Soalnya, dulu pernah kakakku datang ke sini malem-malem karena ada perlu. Eh, ditegur sama satpam. Dimarahi sama Mba Salsa lagi, dikira itu bukan kakakku beneran."

"Tapi Bang Rendra nongkrong di sini semaleman kok nggak ditegur ya?"

Ia tak lagi bisa mendengar kalimat yang diucapkan oleh Nila. Karena kepalanya dipenuhi oleh rasa tak enak, kasihan, sekaligus sedih. Ditambah jaket hijau yang kini menempel hangat di sepanjang bahunya.

Rendra, kamu nggak harus melakukan ini semua. Karena hatiku sudah menjadi milik orang lain.

***

Rendra

Entah kekuatan apa yang bisa membuatnya melakukan itu semua. Padahal yang terpikir di kepala adalah langsung menyerbu cowok sialan kurang ajar yang memegang-megang kepala juga pipi Anggi dengan twieo ap chagi sampai tersungkur seperti lawan-lawannya dulu di setiap kompetisi, mam pus!

Tapi anehnya akal sehat lebih mendominasi dirinya malam ini. Ia justru melakukan hal aneh seperti bersikap manis dan memakaikan jaket. Dua hal yang bahkan tak pernah terlintas di pikirannya. So weird.

Kini, meski hatinya marah campur sedih, ia sedikit lega karena tak melakukan hal-hal yang biasa ia lakukan saat marah, yang pasti bisa merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Terasa seperti versi the best of me yang keluar tiap kali ia berhubungan dengan gadis judes keras kepala itu. Fucking true yeah.

Kini ia mulai bisa berdamai dengan diri sendiri, melintasi jalanan utama kota Jogja yang mulai lengang, ditemani siaran malam Swaragala FM, yang seolah tahu isi hatinya dengan memutarkan lagu spesial,

'Bulan merah jambu luruh di kotamu

Kuayun sendiri langkah langkah sepi

Menikmati angin menabur daun daun

Mencari kembaranmu di waktu lalu'

'Sisi ruang batinku hampa rindukan pagi

Tercipta nelangsa merenggut sukma

Terwujud keinginan yang tak pernah terwujud

Aku tak bisa pindah, pindah ke lain hati'

'Begitu lelah sudah kuharus menepi

Hidup telah ditambatkan berlabuh dipantaimu'

'Sisi ruang batinku hampa rindukan pagi

Tercipta nelangsa merenggut sukma

Terwujud keinginan yang tak pernah terwujud

Aku tak bisa pindah, pindah ke lain hati'

***

Catatan :

Twieo ap chagi. : istilah dalam taekwondo, yaitu tendangan depan yang dilakukan sambil melompat

1
Lugiana
reread ping suwidak jaran panggah 😢😢😭😭😭😭😭
Umi Fauzan
cerita terbaik
Tutik Winarsih
baca lagi dan tak ada bosannya
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
Alhamdulillah punya teman yang baik y Nggi dan bisa diandalkan
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
the one and only ya Nggi
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
ayo Dio, keluar dari novel tanganin deh tekhnologi di negeri ini biar menjadi nomor satu di dunia
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
salting ya Nggi 😁
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
emang enak dikacangin 🤣
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
malah cubit2an
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
apa ya oleh oleh Dio
peuyeum kali ya
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
tu mah, camannya datang
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
caman idaman mama Nggi😁
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
mendengar namanya disebut aja bikin panas dingin ya nggi
ᖇᑌᔕᔕᗴLLL
cemilan legend yang masih eksis sampai sekarang
famita
mau baca ke berapa kalipun tetep mewek 😭
Afidatul Rifa
menyerahkan, menitipkan dgn sepenuh hati wanita yg qta cintai kepada laki" yg mencintai wanita itu, rasanya pasti nyesek tapi Dio bisa legowo itu loh yg bikin q banjir air mata, meski dah baca berulang-ulang 😭😭😭
Afidatul Rifa
udah baca lama banget sampe lupa alir ceritanya jadi mampir lagi deh
Devi Safitri
baca ulang 2025
Nita_Ria Nita
mampir lagi aku ,sdh baca yg ke 5 kli abis nya kngen SM Abang Rendra🤭🙈
Emiliya Wati
aku slalu memimpikan novel ini dibuat filmnya.. kira2 aktor yg cocok jadi Rendra siapa ya??
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!