Anak Genius : First Night With CEO

Pernikahan, adalah lambang kekuatan dari setiap insan. Kasih dan kisah yang terjalin, sejatinya akan larut dalam sebuah acara sakral nan suci yang disebut pernikahan. Menikah, adalah bersatunya asa dan cinta, antara sepasang muda-mudi yang tengah dimabuk cinta.Menikah adalah salah satu jalan yang Tuhan ridhoi.

Perjalanan cinta, perjuangan cinta, akan berakhir dalam sebuah pernikahan yang indah, bagi mereka yang saling mencintai. Namun, bagaimanakah kisahnya jika pernikahan tak didasari oleh rasa cinta dan kasih sayang? Bagaimana jika pernikahan terjadi karena sebuah paksaan? Benarkah hal itu?

Hari ini, adalah hari di mana seorang Elleana Patrice, telah SAH menjadi seorang istri dari Gavin Alexander. Pernikahan yang tak diinginkan Ellea, pernikahan yang tak dihadiri oleh satu pun keluarganya. Hanya Daniel, yang menemani semua proses acara dari akad hingga resepsi.

Pernikahan ini tetap berjalan lancar dan SAH, walaupun Ellea hanya didampingi oleh wali hakim. Wajah Ellea terlihat sumringah dan bahagia. Ia seakan larut dalam kebahagiaannya menikah dengan sang pemilik kekuasaan di Negara ini. Akting yang patut diberi seribu jempol, karena Ellea bisa memainkan perannya sebagai pengantin dengan sangat baik.

Balutan gaun pengantin rancangan desainer ternama, telah Ellea pakai dengan sangat anggun. Cantik, sangat memesona bagi siapa saja yang melihatnya. Begitupun juga Gavin, ia terlihat gagah mengenakan jas yang senada dengan gaun Ellea. Ia tersenyum melambaikan tangannya pada beberapa tamu undangan yang hadir.

Kini Ellea sadar, ia bisa melihat betapa Gavin sangat berkuasa. Apapun bisa ia lakukan dan dapatkan. Restu orang tuanya pun bisa ia beli. Entah apa yang menyebabkan Merry dan Jordan luluh pada Gavin, sehingga membiarkan pernikahan dadakan ini terjadi. Ellea sudah siap, ia sudah sanggup menanggung semua beban dan resiko yang akan terjadi karena pernikahan ini.

"Mommy, mereka kagum memandangmu, mereka menyukaimu. Mommy sangat cantik, dan luar biasa. Daddy benar-benar membuat Mommy seperti seorang putri," puji Daniel, di sela-sela kosongnya tamu.

"Daniel, bagi Daddy-mu, semua ini mudah dilakukan. Lihatlah mereka, senyuman mereka itu hanya merendahkan Mommy, Nak. Mereka tahu, siapa kita, kita ini tak dianggap jika dibelakang Daddy-mu. Jangan terlalu bahagia karena pernikahan ini," ujar Ellea berbisik pada Daniel.

"Aku tak peduli pada mereka yang merendahkan kita. Aku hanya peduli pada Daddy yang menyayangi kita,"

Tidak, Daniel ... bukan kita, tapi hanya kau! Gavin tak akan mungkin menikahiku, jika kau tak ada. Dia menikahiku, karena Gavin menginginkan kau sebagai penerus perusahaan nantinya. Kau beruntung, memiliki Daddy yang kuat seperti Gavin. Sayangnya, kau tak beruntung memiliki Mommy sepertiku. Batin Ellea.

Acara mewah nan private ini, hanya dihadiri oleh beberapa orang penting dan kerabat saja. Aaron telah memperkuat sistem keamanannya, agar tak sembarang orang bisa memasuki gedung pernikahan. Nama-nama yang diblacklist pun sudah nampak tercantum di buku para pengawal. Mereka sudah siaga mengantisipasi terjadinya hal yang akan mengganggu pernikahan ini.

"Kau pandai sekali berakting, Ellea. Senyumanmu terlihat seperti kau sangat bahagia menikah denganku," bisik Gavin saat taku undangan tak fokus memerhatikan mereka.

"Aku hanya mencoba mengikuti alur yang kau inginkan,"

"Tapi, sebagai Ibu beranak satu, kau masih tetap terlihat sangat cantik, Ellea. Kau benar-benar menawan," Gavin merayu Ellea.

Jantung Ellea berdegup kencang ketika Gavin memujinya. Tapi Ellea sadar, jika Gavin seperti itu hanya untuk merayunya saja. Ucapan Gavin tak benar sungguh-sungguh dari dalam hatinya. Ellea sudah menduga hal itu.

"Kau tak perlu basa-basi. Pernikahan ini, hanya semata untuk membuat anakku SAH di mata hukum dan negara!" Pekik Ellea.

"Oh ya? Bukan hanya Daniel yang sah di mata hukum dan negara. Tapi, kau juga SAH Ellea. Kau sangat SAH, menjadi istri dari seorang Gavin Alexander. Tahukah kau, apa tugas dan kewajiban seorang istri? Tentu saja harus patuh dan menurut pada suami, bukan?"

Brengsek! Dia menjebakku. Batin Ellea.

"Ya, ya ... terserah kau saja. Aku menikah hanya untuk status, dan untuk membuktikan sesuatu." Tegas Ellea.

"Membuktikan apa?"

"Hal yang seharusnya jadi milikku,"

Gavin mengernyitkan dahinya, "Apa itu?"

"Lihat saja nanti, ini baru awal. Aku tak akan melakukannya dengan gegabah. Aku ingin tahu, apa kau terlibat dengan itu, apa tidak." Ellea mendelik.

"Ellea, apa maksud dari ucapanmu!" Gavin sama sekali tak mengerti.

Ucapan itu terhenti, ketika Presdir dari GN grup menaiki atas pelaminan dan menyalami mereka berdua. Gavin memang penasaran dengan seluk beluk Ellea. Setelah selesai nanti, Gavin akan menciba bertanya tentang Ellea dan keluarganya.

Pernikahan dadakan ini berjalan dengan lancar. Daniel sudah SAH, menjadi anak kandung Gavin. Surat keterangan dan semuanya tengah diurus oleh utusan Aaron. Gavin memastikan, tak ada yang berhak mengambil Daniel, kecuali dirinya. Daniel adalah aset berharga bagi Gavin.

Sekalipun orang tuanya menentang pernikahan ini, Gavin tak akan mendengarkannya. Gavin tak peduli apa yang mereka katakan. Gavin hanya peduli pada masa depan darah dagingnya, yaitu Daniel. Jordan dan Merry, kini tak bisa berbuat apa-apa, selain menyetujui keinginan keras Gavin.

Sejatinya, Jordan adalah pria yang sulit mengalah. Jordan e alu mendapatkan apa yang ia inginkan. Tapi, untuk Gavin, Jordan hanya bisa menghela napas, sambil mengambil aba-aba untuk langkah apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Saat ini, Jordan mencoba menerima semuanya. Ia hanya ingin, nama keluarganya tak tercoreng karena perdebatan dengan anaknya sendiri.

Beberapa jam berlalu, resepsi pun selesai. Gavin memboyong Ellea dan Daniel menuju rumah besarnya. Walau bagaimanapun, Ellea dan Daniel, kini adalah bagian dari keluarga Gavin. Gavin sengaja tak membawa Ellea pada kedua orang tuanya, karena Gavin takut kedua orang tuanya menyakiti hati Daniel ataupun Ellea.

Tapi kini, setelah menikah, Gavin sengaja membawa Ellea dan juga Daniel, menuju rumah besarnya. Gavin ingin tahu, apakah kedua orang tuanya sudah memberi restu pada mereka. Pernikahan ini, walau tak didasari rasa cinta dan kasih sayang, tapi Gavin berharap, Daniel akan tetap mendapatkan cinta dan kasih sayang yang lengkap dari kedua orang tuanya, yaitu Gavin dan Ellea.

"Mama, Papa, kuharap kalian bisa bersikap baik pada anak dan istriku. Sekalipun kalian tak menyukainya, tapi tetap ... dia adalah darah dagingku." Tegas Gavin pada kedua orang tuanya.

"Memangnya kau melihat kami menyakiti anak dan istrimu? Kami tak melakukan apa-apa. Kau terlalu berlebihan Gavin!" Bantah Merry.

"Mama, aku tahu ... kau pasti sangat marah padaku. Tapi maaf, aku bukan tak patuh pada Orang tua, semua ini mutlak karena perbuatanku dan aku harus mempertanggung jawabkan semuanya."

Gavin berlalu menuju kamar kecil, tersisa Ellea dan kedua orang tua Gavin si ruang tamu mewah nan besar itu. Gavin sengaja, ia ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh kedua orang tuanya, pada menantu dan cucunya.

"Kau senang ya? Tinggal di sini? Kau sudah merasa jadi orang kaya, iya?" sindir Merry.

Ellea menyunggingkan bibirnya, "Tidak, Mama mertua. Aku tak merasa kaya, aku merasa malu. Aku justru tak nyaman sekali tinggal di sini. Aku rindu rumah kecilku yang tentram dan damai. Di sini, hawanya sangat panas sekali. Padahal, AC dan kipas angin berjejer di mana-mana. Tapi, kenapa aku merasa panas dan gerah ya? Apa semua harta dan kekayaan di rumah ini tak berkah? Kenapa rumah inu panas sekali? Mama, Papa ... apa harta yang kalian miliki, ada sebagian milik orang lain yang kalian rebut?"

Mata Jordan dan Merry melotot tajam. Tak pernah disangka, mulut menantunya akan berani mengatakan hal yang tak mengenakan seperti itu. Mereka kira, Ellea akan lemah dan pendiam. Ternyata, Ellea benar-benar diluar dugaan.

"Siapa kau! Apa maksud dari ucapanmu itu! Keterlaluan sekali mulutmu. Kau memang tak pantas menjadi bagian dari keluarga ini. Lihat saja nanti, kau pasti akan ku buang perlahan-lahan, gadis tak tahu diri! Menginjakkan kaki di rumah ini saja, sebenarnya kau sangat tak pantas." Sambar Merry.

"Tak apa-apa, Mama mertua. Kita lihat saja nanti, apa yang akan terjadi." Ellea menatap tajam pada Merry.

Jordan menahan istrinya, sepertinya Jordan mulai curiga, dengan siapa Ellea. Jordan mulai mengingat-ingat wajah Ellea. Apakah dulu pernah bertemu dengan gadis itu, hingga terkesan seperti Ellea benar-benar mengenal mereka.

"Mama, sudah. Jangan meladeni dia. Dia sengaja membuat emosimu memuncak. Cukup, biar kita cari jalan keluar untuk membuat dia pergi." bisik Jordan di telinga Merry.

Ini baru awal, aku akan merangkak perlahan-lahan, demi menguatkan semuanya. Batin Ellea.

*Bersambung*

man teman...

ini hari senin, seperti biasa, yang berkenan memberikan vote ya, kasih vote yuk ke cerita ini ❤❤

dukung cerita ini agar naik ya, jangan lupa juga like dan hadiahnya... makasih banyak 🤗🤗🤗