NovelToon NovelToon
Ayo, Menikah!

Ayo, Menikah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Cintapertama
Popularitas:918
Nilai: 5
Nama Author: QueenBwi

Arkan itu cowok baik—terlalu baik malah. Polos, sopan, dan sering jadi sasaran empuk godaan Elira, si gadis centil dengan energi tak terbatas.

Bagi Elira, membuat Arkan salah tingkah adalah hiburan utama.
Bagi Arkan, Elira adalah sumber stres… sekaligus alasan dia tersenyum tiap hari.

Antara rayuan iseng dan kehebohan yang mereka ciptakan sendiri, siapa sangka hubungan “teman konyol” ini bisa berubah jadi sesuatu yang jauh lebih manis (dan bikin deg-degan)?

Cinta kadang datang bukan karena cocok—tapi karena satu pihak nggak bisa berhenti gangguin yang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenBwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Puluh Dua

"Ibu Elira menderita Skizofrenia."

"Skizo.. Skizo-apa?"

Rasya menghela nafas, "Skizofrenia— gangguan psikologis/kejiwaan yang disebabkan oleh kelainan secara kimiawi pada otak, yang pada akhirnya mengganggu fungsi sistemik dan impuls syaraf otak. kondisi ini mengakibatkan kegagalan fungsi otak dalam mengolah informasi dari dan ke panca indera, sehingga timbul proyeksi yang tidak seharusnya"

Arkan melongo bingung.

"Intinya penyakit itu membuat ibu Elira berdelusi yang tidak seharusnya sehingga membuatnya mampu melakukan hal-hal keji. Seperti menyiksa Elira"

"Kenapa bisa?" Arkan benar-benar tertarik soal ini.

"Mungkin karena kejadian dimasa lalu yang menimpanya atau mungkin hal lainnya. Aku tak tahu jelas."

"Berarti itu termasuk penyakit berbahaya?"

"Yup.." Jawab Rasta santai sembari meminum minumannya.

"Tunggu, kalau ibu Elira menderita penyakit berbahaya itu, kenapa kakek Hans tetap menikahkan puteranya dengan ibu Elira?"

"The power of love, of course. Kudengar awalnya tuan Hans menolak, tapi Ayah Elira berhasil meyakinkan bahwa wanita yang ia cintai itu sudah sembuh."

"..dan kenyataannya tidak, begitu?" Sambung Arkan.

"Bingo!" Rasya menjawab semangat, "Ibu Elira berhasil menyembunyikan penyakitnya dan membuktikan bahwa ia sudah sembuh dan lucunya diapun berfikir seperti itu. Sebaliknya, penyakitnya malah semakin menjadi-jadi. Bahkan ia tak sadar atas perbuatannya pada Elira."

"Pasti ada pemicunya. Iya, kan?" Arkan bertanya gugup dengan kedua tangan yang saling meremat.

Rasya tersenyum penuh arti, merasa lucu dengan tingkah Arkan yang kentara sekali dimatanya 'Takut mendengar fakta' tapi tetap berisikeras.

"Ibu Elira pernah memergoki suaminya bertemu diam-diam dengan mantan kekasihnya sebelum bersama dengan dirinya. Dia yang sangat mencintai ayah Elira tentu merasa terancam.. Sayangnya ia malah melihat Elira kecil sebagai si mantan kekasih."

Arkan membeku, "Ja-jadi-?"

"Karena itu ia kerap kali menyiksa Elira kecil tanpa dia sadari. Lalu hari itu, ketika ia benar-benar kehilangan kewarasannya, ia berniat membunuh Elira. Namun terhenti hanya karena satu kalimat 'Ibu, Lira minta maaf' "

Hening lagi.

Tak ada pembicaraan selama beberapa saat sampai Arkan memberanikan membuka suara.

"A-apa karena hal itu ibu Elira memilih bunuh diri?"

Rasya menongkat dagunya diatas meja dengan senyuman tipis, "Bingo! Tebakanmu benar lagi. Ia merasa bersalah karena membuat puteri kesayangannya sekarat jadi Nyonya Pradipta melukai dirinya sendiri, seperti ia melukai Elira lalu menggantung dirinya tepat didepan anak itu."

***

Arkan terdiam disofa ruang tengahnya sejak sejam yang lalu. Pembicaraannya dengan Rasya benar-benar mengalihkan segala pikirannya.

Oh iya.. Elira sudah kembali kerumahnya tadi siang, karena itu Arkan bisa dengan leluasa melamun tanpa harus membuat tunangan manisnya itu cemas.

Padahal kalau dilihat dari karakter Elira, anak itu tak tampak seperti seorang anak yang memiliki masa lalu buruk. Tapi kenyataannya tidak begitu.

Elira menderita.

Sangat menderita tapi Arkan tak tahu bagaimana cara membantunya.

Ting.. Tong..!

Bel pintu berbunyi membuat semua lamunan Arkan buyar. Mengurut keningnya sebentar sebelum berdiri untuk membuka.

Kalau itu Langit akan ia panggil satpam dan menyeretnya.

Tapi saat melihat layar Intercome, Arkan terdiam tanpa ekspresi ketika wajah Salva terlihat.

Dimana anak itu tahu tempatnya?

Inginnya sih dibiarkan saja, tapi melihat Salva yang seperti menahan dingin.

Arkan jadi tak tega.

Maka ia membuka pintu lalu keluar dan menutupnya. Tak berminat menyuruh gadis gulali itu masuk. Karena Arkan hanya akan bertanya keperluannya dan mengusirnya.

"Darimana kau tahu tempatku?" tanya Arkan tanpa basa-basi.

Salva jadi gemetar takut karena ekspresi tajam pria itu.

"A-ah.. Aku-"

"Lupakan. Ada perlu apa? Aku sedang sibuk." Arkan menginterupsi cepat.

Gadis manis itu hanya diam sambil meremat kedua tangannya gelisah. Kedua telinganya memerah karena hawa dingin, begitupun pucuk hidungnya.

"Kalau tak ada. Aku masuk."

Baru saja Arkan hendak masuk, Salva sudah menahan tangannya.

"Kak, Kumohon, sekali saja—datang dan lihat ibu. Ibu bilang ia merindukanmu," gadis itu berucap dengan isakan kecil.

Tangan Salva ia hempaskan kasar sambil bersedekap. Sebelah alisnya terangkat naik tak percaya.

"Rindu katamu? Lalu kemana saja ia selama ini? Jika wanita itu memang merindukanku.. Seharusnya ia datang meski hanya sekali. Tapi tidak pernah sekalipun selama 17 tahun!" Desis Arkan marah.

Salva menatap Arkan dengan airmata yang mengalir deras.

"I-ibu salah.. aku tahu itu.. ta-tapi.. Aku yakin ibu punya alasannya. Ja-jadi kumohon, Ibu—"

"Aku sudah memberinya waktu selama 17 tahun. Tapi dia menyia-nyiakannya, maka aku tak perduli meski wanita itu sedang meregang nyawa saat ini. Itu balasan untuknya."

Ucapan Arkan telak membungkam Salva. Gadis manis itu menatap tak percaya. Bagaimana bisa Arkan lebih memikirkan egonya ketimbang ibunya sendiri?

Ia paham jika Arkan marah, tapi tidakkah ini keterlaluan?

Setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua, begitupun ibu mereka.

Tapi kenapa—?

"Kakak egois. Kakak egois dan jahat. KAKAK EGOIS DAN JAHAT!" teriak Salva.

"TAHU APA KAU, SIALAN?!" balas Arkan tak kalah. Kedua matanya memerah menahan tangis dan perasaan sakit. Tapi tetap menatap tajam penuh kebencian.

Jujur saja, Salva ketakutan tapi ia tak bisa pergi begitu saja.

Ini keinginan terakhir sang ibu dan Salva akan memenuhinya, bagaimanapun caranya.

Jadi ia langsung memeluk tubuh Arkan erat dengan tangisan.

"Kak, Kumohon.. Kumohon..aku.. aku akan pergi jika kakak benci padaku. Aku akan menghilang jika harus. Bahkan aku akan membunuh diriku jika itu maumu. Akan kulakukan apapun. Hanya kumohon, temui ibu kak. Aku mohon."

Hal itu entah kenapa malah membuat Arkan semakin marah. Jadi dia menghempaskan tubuh Salva kasar hingga gadis itu terhempas dan kepalanya menghantam pagar pembatas. Membuat kepalanya terluka dan berdarah cukup banyak.

"Astaga! Arkan! Apa yang kau lakukan pada, Salva?!" Pekikkan Elira terdengar tak jauh dari mereka.

Arkan menoleh tanpa ekspresi lalu pergi begitu saja meninggalkan Salva yang meringis kesakitan dan Elira yang melotot marah. Ia melewati tunangannya begitu saja tanpa memperdulikan panggilan Elira sama sekali.

"YAK! ARKAN! BERANI SEKALI MENGABAIKAN TUNANGANMU!" Kesal Elira. Inginnya mengejar dan memukul pria tampan itu tapi ia teringat Salva.

Menoleh lagi dan syok saat Salva sudah jatuh berlutut hampir pingsan karena pusing.

"Salva!" Lalu menghampirinya dan semakin panik ketika darah merembes cukup banyak dari luka dikepalanya.

"Farhan, ikuti Arkan dan kabari aku keberadaanya. Aku akan mengurus Salva dulu."

Farhan hanya menganggun dan berbalik untuk mengikuti Arkan.

Sementara Elira langsung memapah Salva dan membawanya masuk kedalam apartmen Arkan.

Dan ia kaget karena mendapati Salva yang menangis sesenggukkan kini.

"Ja-jangan menangis.. Sakit sekali ya? Tenang saja. Akan kuobati dan akan kumarahi pria tampanku itu, huh!"

"Kak, Ba-bantu aku."

***

Sementara itu Arkan tengah terduduk di salah satu kursi di taman kompleks Apartementnya saat ini. Mengabaikan fakta bahwa ia tak menggunakan mantel dicuaca yang sedang dingin-dinginnya akibat hujan deras tadi.

Sakit hatinya lebih terasa dibandingkan dinginnya udara malam ini.

Setelah semua hal yang ia alami.. Kenapa sekarang?

Kenapa sekarang baru mengatakan rindu dan ingin bertemu?

Tahu tidak Arkan selalu menggumamkan kata rindu tiap malam dan berdoa agar ia bisa bertemu ibunya?

Tentu tidak.

Karena ibunya adalah sosok yang egois yang bahkan dengan tega meninggalkan kedua puteranya demi pria lain.

Sial.. Dia benci sekali perasaan menyesakkan ini yang membuatnya sulit bernafas.

Kenapa ibu?

KENAPA MENYIKSAKU BEGINI?!!

Sebuah pelukan hangat ia dapat tiba-tiba dan hampir saja membuatnya terbuai jika suara Elira tak terdengar.

"Arkan.."

Arkan menoleh dan mendapati wajah Elira yang terlihat cemas sekali.

"Arkan, bisakah.. Bisakah kau mengalah dan bertemu dengan ibumu? Beliau sa—"

"Jangan kau juga, Lira!" Geramnya.

Kali ini Elira tak marah atau apapun, ia hanya ingin Arkan merasa lebih baik.

"Arkan.."

Arkan berdiri hingga membuat pelukan Elira terlepas. Memunggungi gadis cantiknya dengan nafas memburu karena marah.

"WANITA ITU MENINGGALKANKU, ELIRA! MEMBIARKANKU MENJADI BAHAN KEBENCIAN AYAHKU SENDIRI!! SEMENTARA IA TERTAWA BAHAGIA BERSAMA KELUARGA BARUNYA!" Teriaknya.

"Aku.. Aku menunggunya bahkan hingga detik ini. Aku menunggunya untuk pulang dan mengatakan bahwa ia menyesal, mengatakan bahwa ini bukan salahku. Tapi lihat.. YANG KUDAPAT MALAH DIRINYA YANG TENGAH SEKARAT! SIALAN SEKALI!"

Tangis Arkan pecah begitupun Elira. Ia pikir hanya dirinya yang menderita karena masa lalu, ternyata Arkan juga.

Dan mereka menderita karena satu sosok yang sama.

Ibu.

Tidak ada yang lebih menyakitkan dari ini.

Jadi Elira mendekati Arkan lalu memeluk tubuh pria itu yang tengah bergetar hebat dengan suara tangisan kencang.

Mereka terluka dan mereka sama-sama saling membutuhkan.

Hanya saja Elira tak ingin Arkan menyesali apapun.

"Arkan, Aku mengerti. Aku mengerti.." Bisiknya lalu menangkup wajah Arkan yang benar-benar berantakan. Elira sedikit menarik wajah Arkan menunduk untuk ia kecup keningnya.

"Arkan..aku pun terluka karena ibu. Tapi aku tak mendapatkan kesempatan untuk mendengarnya mengucapkan kata maaf, padahal aku tahu dari tatapannya hari itu bahwa ia menyesal. Tapi kau beda. Tuhan masih memberimu kesempatan agar kau bisa mendapat jawaban apapun yang kau inginkan. Kumohon, Jangan sia-siakan. Kau akan menyesal sepertiku."

Airmata Arkan semakin mengalir deras, kedua tangannya terangkat dan memegang tangan Elira yang masih berada dikedua pipinya. Ia tahu ucapan Elira ada benarnya tapi perasaan menyesakkan itu benar-benar menyiksanya.

"Aku takut Elira. Aku takut.." lirihnya lemah.

"Aku bersamamu, Arkan. Percaya padaku, hm?"

Anggukan Arkan membuat Elira tersenyum lalu memeluk tubuh prianya, mencoba menenangkan.

***

Pada akhirnya Arkan memutuskan untuk datang kerumah sakit tempat dimana ibunya dirawat.

Benar kata Elira.

Ia tak mau menyesali apapun.

Jika memang hal menyakitkan yang harus ia dengar, tak masalah. Setidaknya tak ada lagi yang harus ia sesali.

Saat pintu kamar rawat terbuka, disana sudah ada Salva yang terduduk dengan perban dikepalanya sembari menggenggam jemari sang ibu yang mengurus. Kemudian diatas ranjang rumah sakit, sudah terbaring seorang wanita tua dengan tubuh kurus serta penutup kepalanya, jangan lupakan alat bantu nafas yang ia gunakan.

Arkan tertohok sekali, ibunya benar-benar sudah sekarat.

Salva cukup kaget melihat kedatangan Arkan dan Elira. Tapi ia tersenyum bahagia akhirnya.

Ia mengelus tangan sang ibu yang tengah tertidur dengan alat bantu pernafasan.

"Ibu, kak Arkan datang."

Pelan-pelan kedua mata lemah itu terbuka, Salva tersenyum lagi.

"Salva tunggu diluar ya ibu?" Katanya lalu beranjak dari tempatnya untuk keluar kamar. Sebelum itu ia sempat melirik Elira dan menggumamkan kata terimakasih yang dibalas senyuman tipis juga oleh sicantik.

"Arkan.." Panggilnya lemah sekali.

Arkan mendekat dan terduduk ditempat Salva tadi, menggenggam jemari kurus sang ibu yang memucat.

Dan Arkan menyesal.. Menyesal karena mengikuti egonya.

Jika saja.. Jika saja ia bisa bersikap dewasa. Dirinya takkan se-terlambat ini.

Ibu.. Maaf... Maafkan aku. Aku merindukanmu.. Aku sangat merindukanmu..

Kumohon, Jangan pergi...

1
QueenBwi
💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!