Gubrakkk
Nala Casandra memegang kepalanya, dia baru saja membaca sebuah novel dan sangat kesal. Dia marah sekali pada seorang antagonis yang ada di novel itu. Sangking kesalnya, dia melemparkan novel itu ke dinding, siapa sangka novelnya mental kena kepalanya, sampai dia jatuh dari sofa.
Dan siapa sangka pula, begitu dia membuka matanya. Seorang pria tengah berada di atas tubuhnya.
"Agkhhh!" pekik Nala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Racun yang Lebih Keras
"Wah, Yunda!" putri Sekar Mirah tampak begitu takjub dengan hasil dari besi yang di panaskan di atas arang yang menyala itu.
"Rambutku bisa seperti ini" katanya lagi sangat excited.
Nala tersenyum.
'Ini namanya catok keriting, rambutnya jadi keriting. Mama ada di jaman ini. Ya ampun, kalau aku buka salin pasti ramai. Aku akan kaya!' batinnya.
Sumi dan Welas yang melihat hasil karya majikan mereka itu bahkan sampai tercengang. Hanya dengan besi di panaskan, lalu rambut di putar ke besi itu. Jadinya sangat bagus.
Penampilan putri Sekar Mirah menjadi sangat berbeda dan cantik sekali.
"Gusti Ratu Sekar Arum, tiba!"
Nala segera meletakkan besi panas itu di tempatnya lagi, di samping tungku arang. Dan mereka semua segera memberi hormat pada ratu Sekar Arum.
"Sembah pangabekti Gusti Ratu!"
"Bagaimana? acaranya sudah mau di mulai, urusan Mongol juga sudah banyak yang datang..."
"Ibunda, lihatlah penampilanku!" kata tuan putri Sekar Mirah yang begitu senang menunjukkan penampilannya pada ratu Sekar Arum.
Dan ratu Sekar Arum cukup terkejut melihat putrinya, yang biasanya hanya rambut terurai dengan hiasan kepala dari emas. Sekarang rambutnya di sanggul rapi dengan model yang sulit dia sebutkan namanya. Keritingnya berbeda.
"Sekar Mirah, cantik sekali kamu, nak!" puji ratu Sekar Arum sambil menyentuh rambut putrinya.
"Ini semua karena Yunda Sekar Nala, pasti akan banyak yang iri dengan gaya rambutku ini!" kata putri Sekar Mirah bangga.
Ratu Sekar Arum mengangguk.
"Dan lihat ini ibunda, kukuku cantik kan?" tanya putri Sekar Mirah lagi menunjukkan kukunya yang sudah berwarna merah jingga terang. Dan itu benar-benar lebih terlihat menawan.
Lagi-lagi ratu Sekar Arum mengangguk. Dia menoleh ke arah Nala.
"Kerja bagus Sekar Nala. Kamu akan dapat hadiah untuk hal ini. Gayatri, kirimkan emas satu kotak ke istana melati!"
"Sendiko dawuh Gusti Ratu!"
"Terimakasih Gusti Ratu!" ucap Nala sambil memberikan hormat.
"Lalu, kamu! apa kamu akan berdandan seperti Sekar Mirah?" tanya ratu Sekar Arum.
Biarpun penampilan Sekar Mirah sangat cantik. Tapi aslinya, Sekar Nala bahkan jauh lebih cantik dari putrinya itu. Dia merasa khawatir.
"Tentu saja tidak Gusti Ratu. Putri Sekar Mirah yang akan menjadi satu-satunya wanita paling cantik di jamuan itu!"
'Cih, menjilatt saja siapa yang tidak bisa?' batin Nala.
Dia sengaja berkata seperti itu untuk mengamankan nyawanya.
"Bagus! sekarang kamu bisa kembali ke istana melati. Kudengar pangeran Arga Yudha Kertajaya sudah kembali dari luar kerajaan. Caritahu, apa yang dia lakukan di luar, mengerti?" tanya ratu Sekar Arum.
Sebenarnya bukan ke pertanyaan sih? lebih ke perintah.
"Baik Gusti Ratu"
Nala keluar dari istana kenanga sambil merentangkan kedua tangannya.
"Ya ampun, akhirnya aku bisa bernafas dengan lega!" kata Nala.
Bagaimana dia tidak merasa lega, setiap detik di istana kenanga, seperti dia akan bisa mati kapan saja. Mengerikan.
Orang pikir bisa hidup di istana itu sangat menyenangkan. Pakaian mewah, makanan enak. Tidak tahu saja, banyak intrik tersembunyi di dalamnya. Salah langkah, bisa mati kapan saja.
"Tuan putri, bibi Gayatri memberikan ini sebelum pergi!" kata Sumi yang tangannya gemetaran menunjukkan cepuk yang sama dengan yang waktu itu pada Nala.
Nala menghentikan langkahnya.
"Tuan putri, bibi Gayatri masih mengawasi di belakang!" kata Welas yang melihat ada bayangan wanita berpakaian pelayan di belakangnya.
Nala meraih cepuk itu dari Sumi. Tadinya, dia ingin langsung membuang isinya. Tapi karena ada bibi Gayatri yang mengawasi, dia tidak jadi melakukannya.
Nala membawa cepuk itu sampai di istana melati.
Nala yang merasa dirinya juga harus segera bersiap. Segera memasuki kamarnya.
"Pangeran, kamu sudah kembali..."
Nala yang berniat menegur baik-baik pangeran Arga Yudha Kertajaya, malah dicuekin. Pangeran Arga Yudha Kertajaya malah melengos dan segera meninggalkan kamar itu.
"Eh, dia kenapa? habis makan lem Korea. Mulutnya tertutup begitu rapat" gumamnya sambil melepaskan pakaiannya.
Ketika dia melepaskan pakaiannya, Nala menjatuhkan cepuk dari ratu Sekar Arum.
"Ck, hampir lupa. Di buang dimana ya?" gumamnya lagi sambil mencari tempat yang bisa dia jadikan tempat pembuangan racun itu.
Pada akhirnya, Nala menemukan sebuah tempat. Pot tanaman tumbuhan Sri rejeki. Dan benar saja, begitu Nala menuang semua isi cepuk itu kesana. Tanaman yang tadinya berwarna hijau tua sangat cantik dan rimbun, segera berubah menjadi layu dan perlahan warna hijaunya hilang, menjadi pucat, lalu seperti digerogoti dari dalam, banyak lubang di batang tanaman yang tadinya begitu segar itu.
Mata Nala melebar, sepertinya kali ini bibi kesayangannya itu memberikan racun yang lebih keras. Jika pada tanaman saja hasilnya seperti itu. Bagaimana jika di dalam tubuh manusia. Rasa sakit tak tertahankan pasti akan sangat menyiksa.
Nala sampai pucat, melihat apa yang terjadi pada tanaman di depannya itu. Dia menelan salivanya dengan susah payah. Tangannya gemetaran. Nafasnya seolah tercekat. Dia sungguh tak bisa bayangkan jika pangeran Arga Yudha Kertajaya benar-benar keracunan, racun yang sangat ganas seperti itu.
Brukkk
"Tuan putri!"
Welas berteriak sekencang-kencangnya ketika mendapati tuan putrinya jatuh pingsan.
Pangeran Arga Yudha Kertajaya yang sebenarnya berada di luar kamar, juga segera masuk ke dalam begitu mendengar teriakan Welas.
"Sekar Nala! Sekar Nala!"
Pangeran Arga Yudha Kertajaya segera menggotong tubuh Nala ke atas tempat tidur.
"Panggil tabib!" pekiknya.
Sumi segera berlari, dia tidak bisa percaya pada tabib lain selain Ki Tamba.
"Mbak Welas, tuan putri..."
"Tenang Sumi, tidak ada luka. Mungkin tuan putri kelelahan!" katanya mencoba menenangkan Sumi, meski dia sendiri sangat khawatir.
'Gusti, pinaringan selamet tuan putri' ujar Welas berdoa dalam hatinya.
"Selamat Gusti pangeran!" kata Ki Tamba yang tiba-tiba memberikan sikap hormat dan ucapan selamat kepada pangeran Arga Yudha Kertajaya.
"Apa maksudmu Ki?" tanya pangeran Arga Yudha Kertajaya.
Sumi dan Welas juga sangat terkejut.
"Gusti putri Sekar Nala, tengah mengandung! dia pingsan karena terlalu lelah, setelah istirahat semua akan baik-baik saja!" lanjutnya.
Pangeran Arga Yudha Kertajaya terkesiap, tapi senyuman bahagia langsung terpancar dari wajahnya.
"Sumi, kamu dengar itu. Tuan putri mengandung"
Sumi bersorak dan melompat. Kedua pelayan Nala sangat senang.
"Sumi, antar Ki Tamba. Kalian keluar dari sini!" kata pangeran Arga Yudha Kertajaya.
"Sendiko dawuh Gusti pangeran!"
Begitu semua orang keluar, pangeran Arga Yudha Kertajaya meraih tangan Nala dan menggenggamnya.
"Kita akan punya anak, Sekar Nala. Apakah kamu masih ingin meracuniku?" ucapnya lirih.
Dari pancaran sinar matanya, ada kebahagiaan, tapi ada juga kesedihan yang begitu dalam.
***
Bersambung...
salin=>salon