Nama: Alethea Novira
Usia saat meninggal: 21 tahun
Kepribadian: Cerdas, sinis, tapi diam-diam berhati lembut
Alethea adalah seorang mahasiswi sastra yang memiliki obsesi aneh pada novel-novel tragis, alethea meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil yang di kendarai supir nya , bukan nya ke alam baka ia malah justru bertransmigrasi ke novel the love yang ia baca dalam perjalanan sebelum kecelakaan, ia bertransmigrasi ke dalam buku novel menjadi alethea alegria
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agya Faeyza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tindakan bryan
Di sebuah kota metropolitan di luar negeri, jauh dari tanah airnya, Bryan sedang berdiri di depan jendela kaca besar yang membentang dari lantai ke langit-langit. Gedung-gedung pencakar langit berdiri gagah di kejauhan, namun pandangan Bryan tertuju pada satu titik: papan nama kantornya sendiri—cabang internasional dari perusahaan yang ia dirikan setahun lalu.
Bryan, meskipun baru duduk di bangku kelas 3 SMA, tapi ia bukan remaja biasa. Sejak kelas 2 SMA, ia sudah memulai perjalanannya sebagai pengusaha muda. Berawal dari ide sederhana, tekad kuat, dan kecerdasan di atas rata-rata, ia membangun sebuah perusahaan startup di bidang teknologi komputer. Berkat kejelian melihat peluang dan kerja keras tanpa lelah, perusahaannya tumbuh pesat, hingga menembus pasar luar negeri.
Namun, perkembangan pesat tak selalu berjalan mulus. Cabang perusahaannya di luar negeri belakangan ini mengalami masalah serius—terkait manajemen internal dan integrasi sistem. Alih-alih menyerahkan semuanya kepada tim seniornya, Bryan memutuskan untuk turun tangan langsung. Ia meninggalkan bangku sekolah sementara, dengan ijin dan restu dari orang tuanya, untuk menangani krisis ini secara langsung.
di sekolah tanpa ijin pun dia bisa mengambil cuti , karna sekolah itu milik Alexander grup, sekolah yang di bangun papa nya .
Bryan setiap hari saat pulang sekolah, ia menyempatkan membaca laporan dari anak buah nya , sebenarnya perusahaan nya di urus tangan kanan nya yaitu Leonardo , tapi ia tak pernah melepaskan tanggung jawab nya begitu saja sebagai pemilik perusahaan,
Ia Menganalisis laporan keuangan, memimpin rapat darurat, bahkan berdiskusi langsung dengan mitra dan investor. Banyak orang dewasa yang meremehkannya pada awalnya, melihat usianya yang belia. Tapi sikap tegas, pemikiran matang, dan dedikasi luar biasa Bryan membuat mereka terdiam. Ia bukan hanya anak muda ambisius, tapi juga pemimpin sejati.
Meski jauh dari teman-temannya, dari ujian-ujian sekolah dan kegiatan remaja lainnya, Bryan tahu ia sedang menjalani takdirnya. Ia tidak sedang mencari jalan pintas, tapi membangun fondasi kuat untuk masa depan. Dan meskipun dunia bisnis terkadang keras, Bryan tetap berdiri tegak, membuktikan bahwa usia bukan batas untuk bermimpi besar—dan bertindak nyata.
***
Walaupun Bryan sibuk , tapi Bryan tetap memperhatikan alethea dari jarak jauh , ia menelpon Leon yang sedang berada di perusahaan induk yang berada di jakarta .
"Halo. Leon , bagaimana Laporan tentang anak buah mu yang menjaga alethea??Bagaimana kondisi Alethea hari ini?" tanya Bryan dengan nada serius
"lapor Tuan Bryan, nona Alethea dalam keadaan baik. Hari ini dia mengikuti semua kegiatan seperti biasa. Sekolah berjalan lancar, tidak ada kejadian mencurigakan di sekitar" ucap leon
"Apakah dia tampak lelah? Atau menunjukkan tanda-tanda tidak nyaman?" tanya nya lagi
"Ada sedikit kelelahan di wajahnya sore tadi. Sepertinya ada yang nona alethea pikir kan. Tapi Dia tetap tersenyum dan berinteraksi dengan teman-temannya seperti biasa" . Ucap leon.
"Jaga dia lebih ketat malam ini. Aku dapat informasi samar bahwa seseorang mungkin mulai memperhatikan gerak-geriknya" Bryan dengan tegas memperingati leon
"Dimengerti tuan . Saya akan tingkatkan kewaspadaan. Kamera pengawasan dan jalur pantau aman. Tidak ada aktivitas mencurigakan di perimeter rumahnya" .
"Bagus. Pastikan dia tidak merasa diawasi. Dia tidak boleh tahu bahwa anak buah mu ada di sana karena perintahku, kau mengerti?" ucap Bryan dengan dingin
"Di Mengerti, Tuan. Saya hanya bertindak jika benar-benar diperlukan. Hingga saat ini, nona alethea masih mengira anak buah kita hanya teman biasa dari lingkungan sekolah" . Ucap leon sambil mengangguk
"Terus awasi lingkar dalamnya. Teman-temannya, gurunya, siapa pun yang terlalu dekat—catat dan laporkan. Aku ingin semua kemungkinan risiko diketahui lebih dulu"
"Akan saya lakukan. Untuk saat ini, belum ada yang mencurigakan. Tapi saya mencatat satu siswa baru yang tampak tertarik pada Alethea. Saya akan kumpulkan lebih banyak informasi"
"Bagus. Ingat, dia tidak boleh terluka. Jika kau melihat ada tanda bahaya sekecil apa pun—cepat bertindak" .ucap Bryan tegas
"Saya akan melakukan tugas sesuai apa yang tuan mau , Tuan Bryan. Nona Alethea aman dalam pengawasan kami " .
"Baik lah aku mempercayaimu. Jangan buat aku menyesal telah menempatkanmu menjadi tangan kanan ku , ingat lah Leon latih terus anak buah mu agar menjadi semakin kuat" .
" Baik tuan perintah di laksanakan ,Kepercayaan Anda adalah kehormatan saya. kami akan selalu menjaga nona alethea… kami tak akan mengecewakan tuan" . Ucap leon dengan tegas .
"terima kasih. Lanjutkan tugasmu. Aku akan menghubungi mu lagi dalam 24 jam" .
"Siap, Tuan. Saya siap Menunggu perintah selanjutnya." ucap Leonardo
***
Di kota jakarta, dimana alethea berada , Hiruk-pikuk kota, suara klakson, langkah tergesa di trotoar, dan aroma campur aduk dari warung tenda—semuanya mengelilingi Alethea setiap hari. Tapi hari ini… berbeda. Udara terasa lebih berat, langkah-langkah orang-orang di sekitarnya seperti terlalu dekat, terlalu lama berada dalam bayangannya.
Ia berjalan dengan beberapa teman nya menuju perpustakaan kota ,
perlahan melewati trotoar di kawasan Blok M, matanya menyisir kerumunan. Entah kenapa, sejak pagi tadi, tengkuknya terasa dingin. Seperti ada sepasang mata yang terus menatapnya, meski setiap kali ia menoleh, tak ada siapa-siapa. Hanya wajah-wajah asing yang tampak sibuk dengan urusan masing-masing.
Langkahnya sempat terhenti ketika ia merasa ada seseorang yang mengikutinya dari kejauhan. Pria itu—atau mungkin wanita?—terlihat sekilas di cermin kaca toko. Sosoknya hanya bayangan samar, tapi cukup untuk membuat jantung Alethea berdegup lebih cepat.
"Aku tidak mungkin cuma berhalusinasi, aku merasa ada beberapa orang yang mengawasi ku , apakah itu pengawal bayaangan dari papa. ?? Atau musuh yang tengah mencari kelemahan ku saat lengah , tapi selagi mereka tak bertindak terang-terangan aku akan diam kali ini , kalau sampai mengancam nyawa ku , jangan salah kan aku jika aku mengeluarkan HADES 02 dan serbuk racun ku untuk meratakan mereka semua" .gumamnya dalam hati.
" kenapa Thea ??? Kok lo seperti punya beban berat ??? Ucap Friska .
"iya nih , lo seperti memperhatikan sekitar emang nya ada apa ?? tanya Sasha memperhatikan alethea .
"Thea kalau ada sesuatu yang mengganjal di pikiran lo , cerita ke kita , kalau kita bisa membantu meringankan beban Lo pasti kita bantu kok " . Ucap Bianca menimpali ucapan teman-teman nya .
" nggak papa kok , cuma sedikit tidak capek aja , tapi nggak papa kok it's oke guys " . Ucap Thea menenangkan teman-teman nya ,
Nggak mungkin kan gue bilang kalau gue merasa di ikuti seseorang takut nya mereka jadi cemas sendiri " . lanjut nya dalam hati .
Pikirannya melayang pada papa nya. papa yang terlalu protektif, terlalu diam-diam dalam banyak hal. Apakah ini ulahnya lagi? Apakah papa nya menambah personal pengawal bayangan tanpa ia ketahui???
Tapi… bagaimana jika bukan? Bagaimana jika yang memperhatikannya bukanlah pelindung, melainkan musuh? Seseorang yang menunggunya lengah?
Alethea menggenggam tas selempangnya lebih erat. Ia berusaha tetap tenang, melanjutkan langkah seolah tak terjadi apa-apa. Namun setiap gerakan orang di sekitarnya kini terasa mencurigakan. Senyum kasir minimarket, pria yang berdiri terlalu lama di halte, motor yang berhenti dua kali di tikungan—semuanya mengganggu pikirannya.
Dalam keramaian Jakarta, Alethea merasa Dikepung rasa waspada, dan ketidakpastian yang menempel di bayangannya seperti udara lembab kota.
Ia tidak tahu… siapa yang memperhatikannya. Tapi satu hal yang pasti—ia sedang diawasi. Baik oleh pelindung… atau oleh bahaya.
Tpi saya mw sedikit berkomentar, saya membaca novel kk karna tertarik membaca sinopsisnya.
Tapi menurut saya, percakapan ringannya terlalu banyak, membuat pembaca cepat bosan. Coba kakak kurangi percakapan2nya, tpi lebih menggambarkannya aja dan alur konfliknya buat lebih dalam kata2nya.
Terus penggambaran tokohnya agak kurang menjalankan perannya. seperti papa bram( kaya, hebat, punya banyak pengawal) tpi knapa anaknya kurang terjaga, gk ada pengawal yg memantauan dari dekat/jauh.
Arvel ( berjanji mau jaga adeknya di sekolah) tpi gk tw adek tersesat, pergi menyelatkan Aliando.
Gitu aja sih thor, semoga kedepannya lebih bagus, dan mohon jangan tersinggung dengan komentar saya.😊