NovelToon NovelToon
BEBEK GENDUT

BEBEK GENDUT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cewek Gendut
Popularitas:25k
Nilai: 5
Nama Author: Hyull

🐥🐥🐥
Setiap kali Yuto melihat bebek, ia akan teringat pada Fara, bocah gendut yang dulunya pernah memakai pakaian renang bergambar bebek, memperlihatkan perut buncitnya yang menggemaskan.
Setelah hampir 5 tahun merantau di Kyoto, Yuto kembali ke kampung halaman dan takdir mempertemukannya lagi dengan Bebek Gendut itu. Tanpa ragu, Yuto melamar Fara, kurang dari sebulan setelah mereka bertemu kembali.
Ia pikir Fara akan menolak, tapi Fara justru menerimanya.
Sejak saat itu hidup Fara berubah. Meski anak bungsu, Fara selalu memeluk lukanya sendiri. Tapi Yuto? Ia datang dan memeluk Fara, tanpa perlu diminta.
••• Follow IG aku, @hi_hyull

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hyull, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 | Karin dipecat

Yuto duduk di sisi meja Imah, dengan beberapa file PDF dan spreadsheet dari email kantor Tokyo. Di sebelahnya, Imah memperhatikan, satu tangan memegang catatan kecil, yang lainnya siap mengetik jika diperlukan.

Yuto mulai menerjemahkan isi dokumen. Tangannya bergerak cepat, menerjemahkan langsung dari Bahasa Jepang ke Bahasa Indonesia.

“Ini mereka bilang, minta ada kolom seperti ‘Kode Produk’, ‘Nama Produk’, ‘Jumlah’, ‘Harga Satuan’, dan ‘Total’. Terus, kolom ‘Tanggal Kirim’ harus pakai format YYYY-MM-DD. Kalau enggak, nanti sistem bakal error.”

Ia membuka lembar Excel baru dan mulai mengisi satu per satu sesuai urutan itu, lalu memberi warna berbeda di baris pertama untuk penanda judul kolom.

“Yang ini saya kasih formula otomatis,” ucapnya sambil mengetik cepat. “Begitu kakak isi jumlah sama harga, kolom ‘Total’ langsung ngitung sendiri. Dan ini—” Ia menyorot sebuah cell yang berisi rumus, “—saya kunci biar nggak kehapus kalau nanti file-nya diedit orang lain.”

Imah menyipitkan mata, lalu tersenyum. “Mantap kali, Pak.”

Yuto hanya tertawa kecil.

“Fara, mau ke mana?” tanya Yuto tiba-tiba, mulanya tidak menoleh, tetapi tiga detik kemudian mulai membawa arah pandangannya menuju pintu ruangan mereka, di mana saat itu Fara sudah berdiri di balik pintu, sudah menyentuh knop, jelas sekali ingin keluar.

Fara menoleh ke belakang bahunya, mendapati Yuto sedang menatapnya tajam, tetapi masih terlihat cukup teduh. “Ke dapur, Pak…” jawabnya pelan.

“Ngapain?” tanya Yuto lagi, lebih lembut diikuti sorot matanya yang juga melembut.

Fara mengangkat gelas dan toples di tangannya. “Mau ambil air hangat sama taruh toples tongkol, Pak.”

Yuto mendengus, bukan karena tak suka, tapi karena ingin ikut dengan Fara sementara dirinya masih harus membantu Imah. “Yasudah, jangan lama-lama.”

Fara mengangguk, lalu buru-buru keluar dari sana.

“Kayaknya kita butuh dispenser sama kulkas,” gumamnya seraya kembali fokus pada layar monitor.

Semua staf yang mendengarnya, hanya tersenyum, mulai terbiasa dengan kebucinan manager mereka.

Sementara itu di luar sana, Fara melangkah terburu-buru, yang polosnya merasa harus cepat hanya karena Yuto mengatakan ‘jangan lama-lama’. Ia masuk ke dapur, menyimpan toples berisikan tongkol ke dalam kulkas, lalu mengisi air panas di dispenser, dia campur dengan air suhu ruangan. Merasakan gelasnya menghangat, barulah Fara keluar dari sana.

Fara melangkah cepat, sedikit tergesa-gesa. Ia membawa gelasnya, sambil mengingat suara lembut Yuto yang mengingatkannya agar tak lama-lama.

Tapi baru dua meter keluar dari dapur, tiba-tiba sesuatu menyentuh pergelangan kakinya, membuat tubuh Fara terjungkal ke depan.

Teriakannya tertahan, tak ingin menimbulkan keributan.

Gelas di tangannya terlepas dan pecah di lantai. Air hangat memercik, dan salah satu pecahan tajam kaca menyayat punggung tangan kirinya. Darah mengalir, membuat Fara refleks meringis menahan nyeri.

Usai itu, dengan cepat ia menoleh ke belakang. Ia menemukan Karin berdiri tak jauh dari tempatnya jatuh, raut wajah Karin tampak kaget, cemas, tapi hanya sesaat karena usai itu langsung bersikap angkuh.

“Kakak kok gitu?” tanya Fara, suaranya masih tenang, tetapi ada kesal yang ditahan. Ia tahu, jelas kali, sudah pasti Karin yang menyenggol kakinya tadi. Nggak ada siapapun di sana kecuali Karin.

Alih-alih meminta maaf, Karin mendengus keras. Suaranya meninggi, dan penuh amarah ia menjawab, “Apa! Kenapa! Aku kan nggak sengaja!” serunya lantang. “Makanya, kalau jalan yang betul! Pikiran jangan ke mana-mana! Jangan menggatal jadi orang!”

Bentakan itu menggema di lorong yang tadinya sunyi. Beberapa staf di ujung koridor mengangkat kepala, terkejut. Fara membelalak, pertama kali mendengar Karin membentaknya seperti itu.

Karin langsung berbalik, siap melenggang pergi, tapi langkahnya terhenti seketika. Di ujung koridor, berdiri sosok yang membuat darahnya seolah berhenti mengalir.

Pak Adam.

Direktur utama mereka.

Bersama Bu Endah, manajer pemasaran internasional—yang kini berlari kecil melewati Karin dan menghampiri Fara.

“Astagfirullah, Fara…” ucap Endah panik, berlutut di samping fara. “Ya Allah, ini tangannya berdarah.”

Fara hanya meringis, karena rasa sakitnya semakin terasa intens.

Sementara itu, Karin terpaku. Matanya menatap takut ke arah Pak Adam, mencoba menebak, “Apa tadi Pak Adam sama Bu Endah ada lihat? Tapi, mukanya kok tenang kali?” pikir Karin.

Adam memang tetap diam. Wajahnya sulit ditebak. Tanpa satu kata pun, ia berjalan melewati Karin—tanpa menoleh, tanpa suara, seakan ia tak ada di sana.

Langkah Adam baru berhenti tepat di depan Fara dan Endah.

“Bawa ke ruangan Yuki aja, Kak,” ucapnya tenang kepada Endah.

Endah langsung mengangguk.

Dengan cekatan, ia membantu Fara berdiri. Fara menggigit bibir, menahan sakit yang makin menusuk.

Mereka melangkah menuju ruang kepala cabang, meninggalkan Karin yang kini benar-benar terpaku. Bukan karena dihukum, tapi karena tidak dihukum—dan justru itu yang membuatnya lebih takut.

Diamnya Pak Adam terasa lebih menusuk dari amarah apa pun.

Di koridor yang perlahan sepi kembali, Karin berdiri sendiri, sementara debaran jantungnya seolah-olah berbalik mengejeknya.

Tak lama kemudian, ia melihat Zubaidah, cleaning service mereka, melangkah menujunya, lalu tanpa mengatakan apapun, Zubaidah membersihkan lantai dari pecahan kaca, juga dari air dan bercak darah Fara yang tertinggal.

Sementara itu, di dalam ruangan kepala cabang, Yuki, sang kepala cabang, yang baru saja meletakkan map di mejanya, langsung dikagetkan dengan kedatangan mereka.

Endah masuk lebih dulu, membawa Fara yang terlihat kesakitan, yang mana tangan kirinya berbalut tisu dengan noda merah yang masih merembes. Di belakang mereka, Adam, si direktur utama, melangkah santai dan duduk tenang di sofa tamu.

"Loh, Fara kenapa?" tanya Yuki cepat, membuka laci mejanya. Ia mengambil kotak P3K dan buru-buru menghampiri mereka di sofa tamu.

Tak dulu menjawab, Endah langsung membersihkan luka Fara, meski tidak parah, cukup membuat Fara meringis. Cairan antiseptik menyentuh kulit, membuat rasa perih merambat tajam hingga ke ujung syarafnya.

"Fara, kenapa?" ulang Yuki bertanya langsung ke Fara. Fara melirik sekilas, ingin menjawab, tapi bibirnya hanya terbuka sedikit—tak ada kata yang keluar.

Fara takut, karena ada direktur di sana.

"Sayang, kenapa si Fara?" Yuki menoleh lagi ke istrinya.

Endah mendesah singkat, masih fokus pada luka. “Nanti aku cerita.”

Namun ketegangan langsung melonjak saat suara Adam terdengar, tenang namun berat.

“Siapa nama teman kamu itu dan di bagian apa dia?” tanyanya, mata tajamnya menatap Fara lurus-lurus.

Fara terkejut. Jantungnya terhenti sejenak. Ia ragu—tidak tahu apakah harus menjawab jujur atau justru menahan demi menjaga situasi. Tapi sorot mata Adam terlalu tajam.

Ragu-ragu, ia menjawab pelan, “Namanya... Kak Karin, Pak. Kak Karin di ruang administrasi.”

Adam hanya mengangguk pelan. Wajahnya tetap datar, tak terlihat marah.

Lalu, sambil mengamati luka di tangan Fara yang masih diobati Endah, Adam berkata datar, “Pecat dia, Yuki.”

Hening.

Yuki membelalak, Endah terdiam, sementara Fara sontak mendongak dengan mata membulat.

“Serius, Bang? Apa nggak—” ucapan Yuki terhenti saat Adam mengangkat telapak tangannya tanpa menoleh.

“Nggak ada ruang untuk kekerasan di kantor ini. Apalagi yang dilakukan dengan sengaja.”

Semua terdiam.

Fara mematung, tidak percaya apa yang barusan terjadi. Ada rasa bersalah, tetapi juga… lega? Ia tak tahu. Jika membayangkan Karin mengetahui dirinya telah dipecat, Fara menjadi tak tega.

Di ruang berbeda, akhirnya Yuto selesai membantu Imah. Tepat saat ia bangkit dari duduknya, barulah ia menyadari, Fara belum kembali.

Ia mengernyit, langkahnya bergerak cepat keluar dari ruangannya.

Di koridor sepi itu, ia melihat Zubaidah sedang mengepel lantai. Tanpa mendekat, ia bertanya sedikit keras agar cleaning service itu mendengarnya. “Kak,” panggilnya.

Zubaidah langsung menoleh. “Ya, Pak?”

“Ada Nampak Fara?”

Zubaidah mengangguk. “Tadi dibawa Bu Endah sama Pak Adam ke ruangan Pak Yuki, Pak."

Yuto mengernyit lagi. “Hah? Ngapain di bawa ke sana?”

“Tadi si Fara jatuh, tangannya kena pecahan gelas, ini saya lagi bersihkan—“ ucapan Zubaidah menggantung di udara saat ia melihat Yuto sudah berlari kencang menuju ruangan Omnya.

.

.

.

.

.

Continued...

.

.

.

Mampus kau Karin!!!

1
~ Dyan Ramanda ~
/Chuckle/
Layla Amallia
gemesssshhhh /Kiss/
Yuli Yanti
mantap,,,,mantap,,,
Dewiendahsetiowati
hadir thor
RaihanArfadilla Ani
puas aku liat ruka ngamuk
jadi lompat bacanya ,liat judul ruka mengamuk 🤣🤣🤣🤣
makasih hyull😍😍😍😍🙏🙏🙏🙏
Umi Jasmine
betul tindakanmu fara, biar tau ortumu klu mmg spti itu
mak² rempong
pengen AQ taboklah mama nya dek Fara ini😡😡😡... geram kali AQ liat nya
Whyuni Prihartati
nga papa fara untuk berontk skli kli
EsTehPanas SENJA
ngga boleh kau gitu hei eka! eee sapa namamu...?! walau itu anak kao sendiri tetap harus ijinlah kao!! kenapa ga kau tolak itu pintaan ijah?! bilang saja ga ada uang! malah kau korbanin perasaan darah dagingmu sendiri!
EsTehPanas SENJA
aaaah sedih ... kaya ngga dianggap gitu ya! diabaikan! sabar ... cuma itu kuncinya! sabar ....
EsTehPanas SENJA
begini tabiatnya banyak! sebanyak orang yang kalau punya hutang ditagih malah galakan dia 🤣🤣🤣
EsTehPanas SENJA
ini betul ini .. ga perlu sempurna asal sreg di hati cukuplah itu 😁
EsTehPanas SENJA
gigit lah gigit.... 🤣 gemes kali nampaknya 🤣
Kirey Ruby
Memang betul kalo nek Ani itu garda terdepan di keluarga,tp kalo misal nek Ani udh ga ada,yg jd garda terdepannya digantikan siapa ya..? ☹️🤔
Ga sabar lah bagaimana acara lamaran kalo bawa2 nek Ani,mantap,rame,tegang jg pastinya buat mamak si Fara,Shella pasti iri hati krn adiknya yg gendut bisa dpt Yuto yg perfect man,tp walau Fara gendut tetap menggemaskan kali di mata Yuto 🤗😍😘
Hyull: Eh... jangan lupakan RUKA!!!
Pelatih tinju satu ini udah nggak kosong!
Hyull: Pengganti Hani ada Yuri duongs! Tapi sayangnya Yuri jauh.
Ada Sora juga, tapi Sora kosong /Facepalm/. Cuma jago bacot aja, gk ada isinya.
total 2 replies
Tri NH
ndk skip aja bacenye kurang puas kak🤭, ape agik di skip, bagaikan makan nasi tanpa ikan asin, kurang nikmat😁
Hyull: /Curse//Curse//Curse//Curse//Curse//Curse/
total 1 replies
Ibu² kang Halu🤩
asik asik, ada acara lagi nich🤩🤩 yok lah, siap-siap kita ikut acara lamarannya babang Yuto & Fara🤗🤗
Ayu retonisa
kalao sudah pake Hati laki2 macam mana pon pasti tau kalau gadis kesayangan itu terluka /Grin/
Ikha Mangil
bgs Fara itu hatimu, perasaanmu , anak kandung tpi serasa di anaktirikan sedih, 🥺, langsung nikah aja lah Fara terus keluar dri keluarga yng toxic
mak² rempong
sihii Abang Yuto pengen kokop kokop juga🤭🤭🤭🤭 untung g jadi
Ikha Mangil
sihi Abang Yuto😁🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!