Instagram; Tantye005
Tiktok: Cepen
Juara dua lomba anak Genius S4
"Sejatinya, gadis yatim piatu sepertiku tidak akan mendapatkan cinta dari siapa pun, termasuk suamiku sendiri."
Alea harus menelan pil pahit di detik-detik menantikan kelahiran buah hatinya. Wanita itu tidak sengaja mendengar pembicaraan sang suami dengan wanita di masa lalunya. Di mana Rocky, akan menikahi Arumi setelah Alea melahirkan anak yang tidak sengaja tertanam di rahimnya.
Tidak ingin dipisahkan oleh buah hatinya, Alea memutuskan untuk pergi jauh dari kehidupan sang suami hingga 6 tahun lamanya. Selama itu pula dia selalu mendapatkan hinaan lantaran mempunyai anak tanpa suami.
Namun, persembunyian yang dia lakukan akhirnya tercium juga ketika anak kembar yang dia besarkan bertemu dengan Rocky secara tidak sengaja di ajang pencarian bakat cilik.
Akankah Alea dan Rocky dipersatukan oleh anak-anak mereka, ataukah mungkin anak itu akan menjadi pemicu perselisihan karena hak asuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 - Kamu mencintaiku?
Alea tersenyum lebar setelah keluar dari kantor yang tidak terlalu besar. Ia sangat senang karena diterima bekerja dan akan masuk besok. Meski gajinya tidak seberapa, setidaknya ia tidak bergantung pada Rocky. Wanita beranak dua itu berjalan menuju jalan raya untuk menunggu taksi.
Kening Alea mengerut ketika melihat sebuah mobil berhenti tepat di hadapannya. Awalnya ia ingin berlalu, tetapi saat orang yang di dalam mobil membuka jendela, ia jadi urung.
"Ibu, ayo naik!" pinta Davino.
"Kalian?"
"Naiklah, Nona," ujar Adrian yang sedang mengemudikan mobil, di samping pria itu duduk si kembar.
Alea melirik jok belakang, di sana ada Rocky yang sedang duduk tanpa melirik ke arahnya. Ia segera membuka pintu dan duduk di samping pria yang masih berstatus sebagai suaminya.
"Darimana?" tanya Rocky.
Alea melirik sekilas sebelum akhirnya menatap si kembar yang beda di samping ke mudi. "Mencari pekerjaan,"
"Kenapa?"
"Kenapa?" Alea tertawa. "Sepertinya pertanyaan itu tidak perlu saya jawab." Ia memajukan tubuhnya untuk mengusap pipi Devina yang terlihat cemong karena noda coklat.
"Habis makan coklat ya anak ibu? Sampai berlepotan sana sini," ujar Alea. "Sini ke belakang duduk sama ibu. Biar ibu membersihkan wajah adek."
Tanpa diperintah dua kali, Devina segera berpindah tempat dan duduk di tengah-tengah ayah dan ibunya. Gadis kecil itu duduk dengan tenang sambil menunggu sang ibu membersihkan wajahnya dengan tisu.
"Ibu, adek senang banget hari ini. Ayah banyak beliin adek dan kakak mainan. Ada boneka, berbie dan rumahnya, dan banyak lagi."
"Benarkah?"
"Iya ibu, kakak sekarang punya mobil-mobil remot seperti teman-teman di kampung, bahkan lebih bagus," celetuk Davino ikut bercerita.
"Bilang apa sama ayah?" tanya Alea penuh senyuman. Melihat binar bahagia di wajah anak-anaknya saat menceritakan sebuah mainan, ia ikut senang.
"Terima kasih ayah," ucap Davino.
"Terima kasih Ayah, adek sayang ayah banyak-banyak." Devina langsung memeluk ayahnya yang sejak tadi diam memperhatikan interaksi mereka.
"Sama-sama, nanti ayah akan membawa kalian lagi jika tidak banyak pekerjaan."
"Sudah cukup, banyak mainan bisa membuat mereka lupa belajar."
...
Lelah jalan-jalan seharian membuat Davino dan Devina tidur cepat, sementara Arumi sibuk belajar di kamarnya karena sebentar lagi akan ulangan pertengahan semester. Sedangkan kedua orang tua mereka duduk di ruang tamu tanpa ada yang membuka suara, padahal telah berada di sana hampir setengah jam lamanya.
"Kenapa ingin bekerja? Saya sudah berjanji untuk menafkahi kalian," ujar Rocky.
"Konsep nafkah seperti apa yang kamu bicarakan? Jika nafkah untuk anak dan istrimu maka tidak masalah, tapi saya bukan istrimu Rocky. Kita telah berpisah selama 6 tahun lebih, mustahil talak belum jatuh. Saya kembali bukan untuk meminta nafkah, saya memutuskan tidak pergi karena tidak ingin anak-anak hidup menderita sementara ayahnya mempunyai segalanya."
"Apa yang kamu katakan?"
"Mari hidup masing-masing, kita terhubung hanya karena anak-anak. Lagi pula saya tidak ingin menjadi orang ke tiga dalam hubungan kalian." Alea beranjak dari duduknya, tetapi urung bergerak karena genggaman tangan Rocky cukup erat.
"Saya berusaha menebus kesalahan yang saya lakukan dengan membahagiakan anak-anak, dan memenuhi semua yang dia inginkan. Apa itu kurang bagimu?"
"Konyol, membahagiakan dan memenuhi keinginan mereka itu kewajibanmu sebagai seorang ayah Rocky."
"Apa yang kamu inginkan?"
"Kejelasan! Sudah berapa kali saya katakan, saya butuh kejelasan dalam hubungan kita. Apa kamu belum mengerti hm? Sejak awal menikah hingga saat ini, kamu selalu mementingkan diri sendiri dan melakukan, membenarkan semua hal dengan pikiranmu yang entah seperti apa."
"Mari kurangi perdebatan dan tidak selalu bertemu. Satu lagi, tolong katakan pada kekasihmu agar tidak menemui saya. Saya bukan perempuan yang mempunyai banyak sabar. Saya bisa saja melukainya."
"Arumi menemuimu? Kapan? Apa yang dia katakan?"
"Kalian akan menikah, kalian sepasang kekasih."
"Alea, tolong jangan dengarkan apapun yang dia katakan! Tadi saat bertemu, saya hanya menjelaskan padanya bahwa saya sudah menikah danganmu. Saya telah memutuskan hungan dengan dia."
"Lalu?"
"Kita kembali, kamu mau menerima saya? Kamu mau melupakan kesalahan yang selama ini saya lakukan? Saya ingin hidup bersama kalian."
"Karena?" Alea menatap manik Rocky, mencoba mencari sesuatu di dalam sana, tetapi sepertinya ia tidak menemukan.
"Karena saya ingin si kembar mendapatkan keluarga yang utuh. Ibu dan ayah mereka akan hidup bersama tanpa ada kata perpisahan."
"Kamu?"
"Saya?" Rocky menunjuk dirinya. Ia seperti orang bodoh di hadapan Alea saat ini. Entah kenapa, tapi ia tidak berdaya setiap kali berbicara dengan Alea.
"Selain si kembar, kenapa kamu ingin kembali?"
"Ka-karena saya ... sudah jam sepuluh malam. Tidurlah. Kita bisa bicara nanti."
"Apa kamu mencintaiku?" tanya Alea ketika Rocky sampai di ambang pintu dan hendak membukanya.