"Jadilah istri Tuan Roger agar hutang paman menjadi lunas!"
Nazura tidak mampu menolak perintah sang paman untuk menikah dengan orang yang bahkan sama sekali belum pernah ia temui. Namun, meskipun berat tetap ia lakukan untuk membalas jasa sang paman yang sudah membesarkan.
Setelah pernikahan itu terjadi, ternyata kehidupan Nazura tidaklah lebih baik. Justru kesabarannya terus diuji.
Lantas, bagaimana kisah Nazura selanjutnya? Akankah gadis itu menemukan kebahagiaan?
Simak Kisahnya di sini.
Jangan lupa dukung karena dukungan kalian sangat berarti ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GPH 34
Sungguh tidak disangka sebuah pertemuan kembali terjadi setelah bertahun-tahun terpisah. Soal rindu, Nazura terkadang merindukan lelaki itu. Lelaki yang sudah sangat akrab dan ia anggap seperti kakak sendiri karena sifat Akmal yang bisa menjaganya dengan baik.
Namun, karena terputusnya komunikasi, mereka pun akhirnya saling hilang kabar hingga cukup lama dan sekarang mereka dipertemukan kembali oleh keadaan meskipun status mereka telah berbeda.
"Aku turut berduka cita atas kepergian orang tuamu, Na. Maafkan aku karena tidak berada di samping kamu ketika dirimu sedang terpuruk. Aku bahkan tidak bisa menjadi sandaran yang kukuh untukmu," ujar Akmal. Menatap Nazura dengan iba.
Ia sungguh tidak tega ketika wanita itu tadi bercerita tentang betapa pahit hidupnya setelah kepergian orang tuanya.
Menyesal? Ya, ia amat menyesal karena sudah meninggalkan Nazura cukup jauh bahkan dalam waktu yang lama.
"Tidak apa. Buktinya aku sekarang baik-baik saja. Semua sudah berlalu dan aku tidak ingin mengingatnya lagi," kata Nazura. Menunjukkan senyum yang sangat manis hingga membuat Akmal terpesona.
"Oh iya, Na. Bagaimana kabar Lolita? Aku yakin kalau dia sudah semakin cantik sekarang ini." Akmal menatap ke depan menghindari tatapan Nazura. Tidak ingin jika sampai tatapan mereka beradu karena jika itu terjadi sudah pasti semua tidak akan baik.
"Tentu saja. Dia bahkan sudah menjadi model terkenal sekarang ini. Ciee ... kamu masih menaruh rasa kepadanya?" Nazura berusaha menahan tawa ketika melihat raut wajah Akmal yang mendadak gugup. Seperti maling yang ketahuan mencuri.
"Kamu apaan, sih, Na! Tidak! Aku yakin kalau Lolita masih akan tetap menolakku seperti dulu karena ... ya, kamu tahu sendirilah. Aku ini jelek," kata Akmal. Mengembuskan napas ke udara secara kasar.
Ia masih mengingat dengan jelas kejadian dulu ketika Lolita menolaknya mentah-mentah bahkan memalukan dirinya di depan umum hanya karena dirinya hitam dan dekil. Namun, tidak bisa dipungkiri kalau gadis itu masih sering mengganggu pikirannya.
"Itu dulu. Tapi, kalau sekarang aku yakin Lolita akan menerima kamu karena sekarang sudah berbeda. Kamu terlihat sangat tampan. Sudah tidak hitam seperti dulu, tapi tetap manis menurutku. Apalagi kalau kamu tersenyum," goda Nazura. Mengerlingkan sebelah mata hingga membuat Akmal salah tingkah sendiri.
"Ya Tuhan, Na. Mulutmu masih menyebalkan seperti dulu. Selalu saja manis seperti buayawati." Akmal mengacak rambut Nazura dengan gemas, tidak peduli meskipun Nazura sudah mengerucutkan bibir tanda kesal.
Namun, setelahnya mereka berdua tergelak keras. Tawa Nazura pun meledak ketika Akmal memberikan banyak lelucon. Nazura merasa sangat bahagia dan melupakan sejenak beban yang sejak kemarin terasa menghimpit dada.
Bahkan, Nazura kian merasa senang karena Akmal memberikan bantuan kepadanya. Lelaki itu membantunya mencari kos-kosan yang dekat dengan tempat kerja Nazura. Setelah memastikan sahabatnya tinggal dengan baik, Akmal pun kembali pulang ke rumahnya. Rumah baru milik orang tuanya lebih tepatnya.
***
"Kamu yakin kalau Nazura berkencan dengan lelaki lain?" Suara Roger terdengar penuh amarah setelah anak buah yang ia beri tugas untuk mengikuti Nazura, mengadu kepadanya.
"Iya, Tuan. Bahkan, lelaki itu membantu Nona Nazura mencari kos-kosan," sahutnya lagi.
"Kos-kosan? Jadi, kamu tahu di mana sekarang Nazura tinggal?" tanya Roger lagi. Anak buah itu pun mengangguk cepat. "Kalau begitu antar aku ke sana."
Roger bangkit berdiri dan hendak menemui Nazura ke kos-kosan. Ia tidak mau jika Nazura meninggalkannya. Meskipun Nazura sudah menyerahkan rumahnya sebagai penebus hutang, tetapi Roger tetap akan mengejar wanita itu.
Ia tidak akan pernah melepaskannya begitu saja.
Akan tetapi, Roger berdecak kesal ketika sampai di lobi kantor, langsung disambut oleh Soraya yang sedang bersama dengan Rosa.
Sungguh, ia sangat membenci wanita paruh baya itu. Menatapnya saja ia tidak sudi.
"Roger, kamu mau ke mana?" tanya Rosa berusaha berbicara selembut mungkin. Namun, Roger bersikap tidak acuh dan meninggalkan mereka begitu saja bahkan tanpa menjawab pertanyaan Rosa.
Soraya berlari kencang mengejar Roger yang baru saja masuk ke mobil. Melihat itu, Roger menyuruh sang sopir untuk pergi dengan segera. Tanpa peduli meskipun Soraya mengetuk pintu berkali-kali.
"Roger!" teriak Soraya kencang. Namun, mobil tersebut tetap melaju pergi. Soraya menendang udara dengan kencang, sedangkan Rosa yang sudah berdiri di samping Soraya berusaha menenangkan wanita itu.
"Tante gimana ini?" Soraya merasa tidak sabar. Rosa pun meminta Soraya agar segera mengikuti mobil Roger maka mereka akan tahu ke mana lelaki itu akan pergi.
"Kamu harus tenang, Soraya. Jangan panik." Rosa merasa cemas karena Soraya mengemudi dengan gugup juga mengebut.
"Aku tidak mau kehilangan jejak Roger, Tante. Aku yakin dia pasti sedang mencari wanita murahan itu. Aarrgghh!!!!"
Soraya memekik saat mobilnya berhadapan langsung dengan sebuah mobil box dari arah depan. Karena tidak fokus dengan kemudi, Soraya sampai keluar jalur dan mobilnya bertabrakan bahkan terseret sampai beberapa meter.
Kedua wanita di dalam mobil itu pun tidak sadarkan diri dengan bersimbah darah.
***
"Apa kos-kosannya masih jauh?" tanya Roger tidak sabar karena sejak tadi mobil itu terus saja melaju.
"Tidak, Tuan. Dekat dengan tempat Nona Nazura bekerja," sahut anak buah Roger.
Di tengah ketidaksabarannya, Roger dibuat tersentak dengan ponselnya yang tiba-tiba berdering. Keningnya mengerut dalam saat melihat nama asistennya tertera di layar.
"Ada apa?" tanya Roger tanpa basa-basi.
"Tuan, Nona Soraya dan Nyonya Rosa mengalami kecelakaan baru saja."
Roger membulatkan bola matanya penuh. "Jangan bercanda, mereka tadi di kantor."
"Benar, Tuan. Mereka masih di lokasi sekarang. Saya kirimkan lokasinya kepada Anda."
Roger pun mengiyakan dan mematikan panggilan itu secara sepihak. Lalu melihat lokasi di mana kedua wanita itu mengalami kecelakaan. Dengan segera Roger meminta sang sopir agar berbalik.
Ya Tuhan, semoga mereka baik-baik saja. Maafkan aku, Na. Sepertinya untuk saat ini aku tidak bisa bertemu denganmu dulu.
suka nih peran cewe begini