Kisah Cinta Arka

Hari ini Tia mengantar Reyhan ke bandara. Rasanya berat bagi mereka untuk berpisah karena semenjak menikah, mereka belum pernah berjauhan sebelumnya.

"Mas, aku akan merindukanmu," ujar Tia saat mereka berpelukan sebelum Reyhan berangkat.

"Sama aku juga," balas Reyhan semakin mempererat pelukannya.

"Jangan lupa kalau lagi senggang telepon aku!" ujar Tia pada Reyhan.

"Pasti, aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa istriku," ucap Reyhan sambil melepas pelukannya pada Tia dan mencium keningnya.

Reyhan pun pergi diikuti seorang asisten dan seorang sekretaris. Tia melambaikan tangan dari kejauhan. Reyhan pun membalasnya dan tersenyum dengan sepenuh hati.

Setelah keluar dari bandara, Tia menaiki taksi dan pulang menuju apartemennya. Dia merebahkan tubuhnya di dalam kamarnya karena semenjak hamil, Tia merasa tubuhnya cepat lelah.

"Sepi sekali tanpamu Mas," gumam Tia sedih seraya membelai tempat tidurnya.

Tidak berapa lama ponselnya berbunyi pertanda ada pesan masuk dari seseorang. Tia membukanya dan terkejut.

Arka : Hai Tia, masih ingat aku?

Tia : Tentu. Ada apa Arka?

Arka : Bagaimana kabarmu? Aku dengar kamu hampir tertabrak mobil beberapa waktu yang lalu?

Tia : iya. Aku baik - baik saja Arka.

Arka : Bisakah kita bertemu dan bicara? Jangan menganggapku musuh. Kita masih bisa berteman kan?

Tia : Tentu. Kita bisa berteman, tapi aku tidak bisa bertemu denganmu.

Arka : Kenapa tidak bisa? Apa suamimu melarang bertemu dengan teman - temanmu? Oh iya apa kamu tidak mau berterima kasih pada orang yang sudah menyelamatkanmu di pantai waktu itu?

Tia : Jadi itu kamu?

Arka : Iya. kalau kamu mau berterima kasih padaku, temui aku besok di cafe Cinta jam 1 siang.

Tia tidak membalasnya. Ia berpikir kenapa harus Arka yang menyelamatkannya waktu itu. Sebenarnya dia sudah tidak mau bertemu Arka lagi karena takut perasaan cintanya akan bersemi kembali, tapi takdir mempertemukan mereka kembali.

Keesokan harinya Tia masih berpikir apakah ia harus menemui Arka atau tidak, tapi kalau di apartementerus dia juga merasa bosan. Mau menemui Salsa, tapi dia sekarang sudah bekerja. Tidak berapa lama ponsel Tia berdering. Setelah melihat ID penelepon ternyata dari Reyhan, Tia pun menerimanya.

"Halo Mas,"  sapa Tia.

"Sedang apa, Sayang?" tanya Reyhan.

"Eggak ngapa - ngapain Mas. Aku bosan, boleh enggak aku keluar bertemu teman?" tanya Tia.

"Tentu saja. Lakukan apapun sesukamu. Aku merindukanmu, Sayang," balas Reyhan.

"Aku juga Mas, cepatlah pulang!" ucap Tia.

"Iya Sayang, aku tutup dulu ya. Sebentar lagi ada meeting," pamit Reyhan.

"Iya Mas. Sampai jumpa," balas Tia.

Setelah menutup telepon dan menaruh ponselnya, Tia merasakan janin di dalam kandungannya bergerak. Tia memegang perutnya dan membelainya dengan penuh kelembutan.

"Kamu juga rindu papa ya, Nak? Sabar ya, papa juga merindukan kita. Papa sedang bekerja. Pasti kamu kangen dielus - elus tangannya papa ya?" gumam Tia sambil tersenyum. Karena memang setiap hari Reyhan selalu mengelus dan mengajak komunikasi anaknya yang masih di dalam kandungan Tia.

"Setelah ini kita jalan - jalan ya, Nak. Biar enggak bosan di rumah terus. Oh iya kita minum susu dulu ya biar kamu sehat," ujar Tia pada anaknya yang masih di dalam kandungan.

Tia pun membuat susu di dapur dengan takaran sesuai petunjuk yg tertera pada kemasan. Setelah itu ia meminumnya.

"Kok enggak seenak biasanya ya? Padahal susunya sama, ternyata lebih enak buatan papa dari pada mama ya Nak. Hihihi," gumam Tia setelah meminum susunya.

Sudah pukul 12.30. Tia bersiap - siap hendak menemui Arka. Dia berpikir sekarang mereka hanya berteman. Jadi tidak ada salahnya ngobrol sesekali. Memutuskan silaturahmi juga tidak baik. Sekaligus ia ingin mengucapka terima kasih karena sudah menyelamatkannya di pantai waktu itu.

Setelah mengunci pintu dan menuruni lift, Tia naik taksi di depan apartemen. Seseorang yang diperintahkan Reyhan mengikutinya.

***

Perusahaan GC

Arka keluar dari ruangan kantornya. Sebelum menuju lift dia berpesan pada sekretarisnya.

"Batalkan semua jadwalku hari ini!" perintah Arka.

"Baik Pak!" jawab sekretarisnya.

Arka pun masuk ke dalam lift dan menuju ke lantai dasar. Dia menuju area parkir dan masuk ke dalam mobilnya. Dia mengeluarkan ponselnya bermaksud hendak menelepon Tia, tapi dia ragu dan mengurungkannya. Dia pun menyalakan mesin mobilnya dan melaju ke cafe CINTA. Cafe di mana mereka sering bertemu saat mereka masih pacaran dulu.

Setelah 20 menit perjalanan, Arka pun sampai di cafe CINTA. Dia turun dari mobilnya dan masuk ke dalam cafe. Dia memilih tempat di lantai dua yang lebih privasi karena tempatnya bersekat - sekat seperti kamar. Dia memesan capuccino kesukaannya. Dia tidak tahu Tia akan datang atau tidak, tapi dia tidak berharap lebih. Dia sadar siapa dia dan Tia sekarang. Mereka bukan pasangan kekasih seperti lima tahun yang lalu. Dan Tia sekarang sudah menjadi milik orang lain.

Tidak berapa lama Tia sampai di depan cafe. Ia turun dari taksi lalu masuk ke dalam cafe menanyakan meja atas nama Arka pada resepsionis. Setelah reseptionis memberitahukannya, Tia pun segera menuju tempat Arka di lantai dua.

Arka sedang menunggu di dalam kamar sambil menyeruput minumannya, tiba - tiba pintu ruangannya terbuka. Dia melihat ke arah pintu dan tampaklah Tia dengan perut buncitnya. Sekarang Tia terlihat lebih cantik dan seksi. Tubuhnya semakin berisi.

Tia, kenapa kamu tidak menikah denganku saja waktu itu? Kenapa kamu harus menikah dengan orang lain? Batin Arka. Hatinya sakit. Apalagi melihat keadaan Tia yang sedang mengandung anak orang lain.

Tia pun duduk di depan Arka dengan sangat hati - hati karena sedang hamil.

"Sudah pesan minuman?" tanya Arka canggung.

"Ya, aku sudah memesannya," jawab Tia. Tidak berapa lama pesanan Tia pun datang.

"Bagaimana kabarmu Tia? Apa kamu bahagia dengan suamimu?" tanya Arka pada Tia.

"Tentu saja aku bahagia Arka. Dan kamu lihat sekarang, aku sedang mengandung anaknya," jawab Tia lalu menyeruput minumannya.

 "Ya, aku melihatnya. Berapa bulan sekarang? Apa kamu benar - benar mencintainya?" tanya Arka meragukan perasaan Tia terhadap Reyhan.

"Jalan lima bulan. Hey kalau aku tidak mencintainya, bagaimana aku bisa hamil anaknya sekarang?" balas Tia sewot.

"Hahaha. Kamu benar. Oh iya Tia, aku dijodohkan," ujar Arka tiba - tiba.

"Itu bagus kan? Biar kamu cepat menikah dan bisa melupakan cinta kita. Aku tahu Arka, kamu masih belum bisa melupakanku. Aku berharap kamu dapat pengganti yang lebih baik dariku," ujar Tia sambil tersenyum.

"Ya, aku masih mencintaimu. Kamu adalah cinta pertamaku. Dan dulu aku berharap kamu adalah wanitaku yang pertama dan terakhir, tapi ternyata kamu menghianatiku," jawab Arka dengan tersenyum getir.

"Maafkan aku Arka, semua ini kecelakaan dan juga mungkin memang takdir. Kita memang tidak berjodoh. Jangan pesimis meskipun kamu dijodohkan, yakinlah orangtuamu memilihkan yang terbaik untukmu," balas Tia memberikan semangat pada Arka.

 "Kamu benar, terima kasih Tia. Aku akan menerima perjodohan ini. Apa boleh aku memelukmu untuk yang terakhir?" tanya Arka pada Tia.

"Tentu," balas Tia. Mereka pun berpelukan di dalam kamar yang sangat privasi sehingga tidak ada orang yang bisa melihatnya.

"Oh iya, terima kasih sudah menyelamatkanku di pantai waktu itu." ucap Tia pada Arka.

"Sama - sama Tia," balas Arka sambil tersenyum.