Sebuah keputusan yang boombastic bagi seorang Chantika menjatuhkan pilihan nya kepada seorang petualang cinta yang super gila. Hanya gara-gara ingin memberikan hukuman terhadap cinta pertama nya. Namun, tak ada yang gratis di muka bumi ini. Semua harus ada take and gave.
"Jadi kan aku yang kedua dan akan ku pastikan semua sakit hatimu, akan terbalaskan!" ucap Rendy sembari menyeringai.
Haruskah ia menerima tantangan itu? Dari mana awal segalanya di mulai? Menjadi kan seorang Rendy pengantin nya pengganti cinta pertama yang telah menghianati kesucian cinta nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Camelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Batu Nisan
"Sabar saja, duduk dengan manis dan tenang! Sebentar lagi kita sampai di tempat tujuan!" ucap Rendy melirik sekilas Chantika yang cemberut.
"Pria ini senang sekali menyimpan misteri dalam hidupnya! Atau memang dia hobby main terka menerka?" batin Chantika bermonolog sendiri.
Pletak..
Jemari Rendy mendarat sempurna di kening mulus milik Chantika seperti biasanya.
Sentilan yang meninggalkan rasa panas di dahinya, langsung membuat kaget Chantika.
"Astaga, Panjul! Ini kening mulus-mulus jadi merahkan, karena ulah jemari kamu yang tidak pernah makan bangku sekolah!" cerosos Chantika sembari mengusap keningnya bekas sentilan Rendy.
"Hahahaha..! Emang jemariku tidak pernah makan bangku sekolah, Ijah!" kekeh Rendy menyambut dampratan sang istri yang telah dirindukan beberapa hari ini.
"Besok masuk sekolah dulu! Biar pintar itu jari kamu!" omel Chantika lagi.
"Emang bisa gitu? Sekolah dulu, ya! Biar pintar! Biar lancar dan tepat mendaratnya!" goda Rendy yang mendapat sambutan lembut dari sang istri.
"Ini orang sengaja mengetes kesabaranku, sampai sebesar apa batasnya!" Chantika ngedumel lagi.
"Jangan suka ngedumel sendiri! Orangnya ada disebelah, kok!" ucap Rendy sambil tersenyum manis, melirik ke arah Chantika yang masih cemberut memandang ke luar jendela mobil.
"Jangan cemberut terus begitu, nggak baik buat bibirnya! Kasihan kacanya kena jiggong itu!" ledek Rendy pada Chantika yang mengerucutkan bibirnya di kaca mobil.
Mobil hitam yang dikendarai Rendy telah memasuki kompleks pemakaman elit di Kota M. Pemandangan yang sejuk menyambut kedatangan mereka berdua, hijaunya daun pepohonan serta angin yang sepoi-sepoi sangat terasa. Kanan kiri jalan ditanami pohon-pohon yang rindang.
Rendy memberhentikan mobilnya tepat di pelataran parkir sebuah makam elit yang memang agak jauh dari tempat tinggalnya.
Chantika bertanya-tanya sendiri dalam hatinya. "Kenapa Rendy membawanya kesini? Ada keperluan apa, dia datang kemari? Rendy hendak berkunjung ke makam siapa?"
Pikirannya dipenuhi dengan kebingungan tanpa adanya jawaban dari yang bersangkutan. Dia hanya memilih menunggu, daripada berakhir dengan ocehan yang panjang dari si Rendy.
"Masih betah di dalam sini atau ikut masuk ke dalam? Kamu bisa memutuskan sendiri, karena aku tidak mau memaksakan suatu keputusan kepada kamu!" tawar Rendy seraya melepas seat belt yang melingkar pada tubuhnya.
"Jangan dipaksa lah, karena dipaksa itu tidak enak dan tidak baik buat kesehatan!" balas Chantika dengan melepas ikatan seat belt nya juga.
"Hmmm.. Selalu ada jawaban untuk sebuah pertanyaan!" ucap Rendy yang keluar duluan dari mobil. Dan bergegas berjalan setengah memutar guna membukakan pintu mobil untuk Dewi Chantiknya.
"Terimakasih, orang baik dan tampan" ucap Chantika lembut.
"Sama-sama, Dewi chantikku tapi bawel" balas Rendy dengan senyuman yang tersungging manis di bibirnya.
Setelah menutup pintu mobil. Rendy berjalan ke arah bagasi mobil dan mengambil seikat kumpulan bunga mawar putih favorit seseorang yang penting dalam hidupnya. Lalu, menyerahkan kepada Chantika.
Kemudian mereka berjalan beriringan menuju salah satu blok.
Terpampang jelas tulisan di sebuah batu nisan yang terbuat dari batu marmer yang menjadi objek kefokusan manik hitam Chantika.
Naura Abraham Soedibyo
Tanggal lahir dan tanggal kematiannya masih jelas juga dengan cat berwarna hitam mengukir indah di batu nisan itu.
Chantika yakin, jika almarhumah berpulang ke Rahmatullah dalam usia tidak lagi muda.
"Assalamu'alaikum ahlad-diyaar minal mu'miniina wal muslimiin" ucap Rendy memberikan salam dan berjongkok memegangi batu nisan di hadapannya, sembari meletakkan satu ikat bunga mawar putih favorit mamanya, yang berhias pita merah.
Chantika ikut menyusul bersimpuh di sisi Rendy dalam diamnya. Dia tetap menutup rapat bibirnya tanpa menggeluarkan satu kata pun.
"Ini tempat tinggal wanitaku yang selalu menjaga jiwa dan ragaku, dengan kasih sayang yang tulus tanpa meminta balasan kepada diriku. Dia adalah mama kandungku yang telah melahirkan aku ke dunia ini dengan segala perjuangannya" jelas Rendy tanpa diminta Chantika.
Chantika mengganggukan kepalanya sebagai jawaban, mengiyakan kalimat Rendy barusan.
"Mama, Rendy datang membawa menantu sesuai janjiku" ucap lirih Rendy bersimpuh sambil mengusap batu nisan di depannya. "Dia cantik seperti mama, walaupun sedikit bawel orang nya. Tapi hatinya baik dan tulus cintanya buat Rendy, ma! Sifatnya hampir persis sama mama, tapi tetap saja ada perbedaannya di antara kalian berdua. Mama adalah orang yang selalu menjaga jiwa dan raga Rendy. Sedangkan Chantika adalah istri tercintanya Rendy. Wanita sang pemilik hati Rendy"
Hati Chantika bagai teriris mendengar curhatan seorang Rendy mantan playboy cap kadal yang sudah insyaf. Terlihat kuat di luar, namun rapuh juga jika dihadapan wanita yang telah melahirkannya.
"Dari pertama Rendy melihat dia. Ada sosok mama di dalamnya. Sikap ceplas-ceplos nya itu hanya untuk menutupi sifat kelembutan dan keibuannya yang disembunyikan. Tapi, Rendy dapat melihatnya di dalam sorot matanya yang tajam bak pisau yang menembus jantung Rendy, namun ada cinta yang tulus terpendam hingga Rendy dapat menggalinya dan mendapatkan keutuhan cinta suci milik Dewi chantikku"
Yang membuat Chantika tak percaya saat itu adalah suami tampannya bisa menitikkan air mata. Jauh dari exspetasinya.
Chantika benar-benar dibuat terkejut dengan sifat Rendy sangat berbeda dikala perjumpaannya pertama kali dengan seorang Rendy Suryodinata. Yang memiliki postur tubuh tinggi, berkulit putih bersih dan gagah.
"Ma, hari ini Rendy datang kesini untuk meminta restu kepada mama. Do'akan istri Rendy ini, yang sedang terkena penyakit amnesia sementara segera sembuh. Agar tidak melupakan Rendy sebagai suaminya. Yang lebih utama lagi nih, ma! Agar pabrik penggiling padi tidak berhenti beroperasi, kasihan Pak Tani tidak bisa mencangkul setiap hari di sawah. Bisa tumpul ini cangkulnya, jika tidak dipakai lama!
Setelah mendengar curhatan seorang Rendy kepada Mamanya. Yang bercerita tentang pengalamannya, mempunyai istri seorang Chantika.
Kini giliran Chantika yang menyapa mama mertuanya.
"Mama, ini Chantika anak menantu mama. Chantika hanya bisa mengucapkan banyak terimakasih karena telah melahirkan Arjuna tampanku. Chantika berjanji akan menjadi seorang istri yang sholehah buat seorang Rendy Suryodinata. Aku datang kesini duduk bersimpuh untuk memohon restu mama, agar Keluarga kami menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Keluarga yang saling menjaga, membimbing, menghargai dan menghormati. Saling setia dan menutup rapat aib keluarga kecil kita"
Hampir satu jam mereka berdua berkeluh kesah dan mengirim do'a untuk mama Naura. Tiba saatnya, kini mereka pamit untuk kembali ke rumah.
"Kami pulang dulu ya, ma" pamit Rendy dan Chantika berbarengan.
Rendy berjalan di depan. Sedangkan Chantika berbelok lagi dan membisikkan kepada batu nisan mama Naura.
"Ma, jangan kutuk Chantika jadi batu seperti Maling Kundang atau dikutuk jadi jambu monyet! Chantika berpura-pura amnesia, bukannya Chantika meragukan cinta putra mama kepada Chantika. Tapi berbohong sedikit kan tidak apa-apa ya, Ma! Biar ada seninya, Ma! Chantika janji tidak akan lama kok ini! Dadah, Ma. Chantika sayang Mama Naura. Eemmuuaacchh!" bisik lirih dan cium dari Chantika pada batu nisan Mama Naura.
❤️❤️❤️❤️
Jangan lupa pencet tombol like dan komen buat semangat CHANDY up..
Terimakasih 🙏🥰
niat ko pelakor😑
Kangen dengan keuwuwan mereka😚😘
Terus ini si Yuyud mau ngapain ya? Hadeuh terniat banget nih orang mau menggoda Randy. Pakai apa tuh dia mau memperdaya bang Rendy? semoga bang Randy tak tergoda sama ulet bulu itu😒
Kasihan orang tuamu Yud, mereka sudah Rendy anggap keluarga sendiri, tapi kamu bisa mencorengnya dengan kelakuan kamu macam itu.
sini tak tabok pake bakiak dl biar ga konslet tuh otaknya😆