Ilya Perry-Ivanova menikahi Nicholas Duncan hanya untuk satu tujuan: melarikan diri dari sangkar emas neneknya yang posesif.
Tapi Nicholas Duncan, sang pecinta kebebasan sejati, membenci setiap detik dari pernikahan itu.
Tujuannya Nick hanya satu: melepaskan diri dari belenggu pernikahannya, yang mana berarti Ilya. Istrinya yang paling indah dan jelita.
Ketika satu pihak berlari ke dalam ikatan itu, dan pihak lain mati-matian berlari keluar, mampukah mereka selamat dari perang rumah tangga yang mereka ciptakan sendiri?
×wasabitjcc
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wasabitjcc, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Rencana Bulan Madu
"Yesss, Maui. Aku datang. Hehehehehehehe." Tawa aneh Ilya mengisi kamar tidurnya yang sunyi.
Saat itu jam delapan malam, sesudah menyantap makan malam bersama Ingrid, Ilya lekas ke kamar tidurnya untuk melanjutkan perencanaan bulan madunya yang spektakuler.
Di atas tempat tidurnya dan Nick, terbentang sehelai kertas poster besar yang dipenuhi dengan tulisan rapi, gambar-gambar tempelan dari brosur, dan panah-panah yang menghubungkan berbagai rencana.
Di atas kertas itu juga, tertera judul yang ditulis dengan huruf kapital tebal, dihiasi gambar bunga, lebah dan gelombang air laut. Judul itu berbunyi: BULAN MADU FENOMENAL KHAS ILYA PERRY-IVANOVA!
Rencana Ilya terpapar di atas kertas itu, sangat terperinci.
Mulai dari pergi snorkeling di Molokini, menyusuri Road to Hana, menikmati pijat pasangan di resor, menyaksikan matahari terbit di Haleakalā, menghadiri kelas selancar, ke pesta Luau, mencicipi anggur, dan segala macam perencanaan lain.
Menyertai rencana panjang itu, ada juga daftar restoran yang wajib dikunjungi, rekomendasi spot foto aesthetic, dan jadwal matahari terbit dan terbenam yang sempurna untuk selfie.
Ilya sangat antusias. Perencanaannya saat itu benar-benar epik.
Setelah berjam-jam berkutat dengan kertas dan pulpen warna-warni, pintu kamarnya pun terbuka. Nick masuk melalui pintu itu, tampak lelah setelah bekerja seharian.
Hari itu, Nick terpaksa lembur karena seseorang sudah membuatnya harus mengambil cuti minggu depan. Seseorang yang menjengkelkan dan sekarang tersenyum sumringah padanya.
"Hello, my Prince." Sapa Ilya, senyumnya mekar dengan ceria.
Nick merotasikan mata. Keceriaan wanita itu hanya menambah letih di tubuhnya. Ilya yang ceria selalu membuatnya curiga. Perempuan itu pasti memikirkan sesuatu lagi. Sesuatu yang akan berujung menyeretnya ke dalam kekacauan.
Nick menjatuhkan tas kerjanya ke sofa, dan saat melonggarkan dasi, matanya menangkap pemandangan di tempat tidurnya yang sekarang berantakan. Di isi oleh kertas-kertas coretan, pensil l, dan spidol warna-warni.
"Ada apa ini?" tanya Nick—matanya sudah memicing curiga.
"Ini adalah rencana spektakulerku," sahut Ilya, sepasang manik hijaunya berbinar cerah. "Aku sudah selesai membuat perencanaan bulan madu kita!"
Ilya melebarkan kertas itu dan menunjukkan isinya pada Nick yang mengerutkan dahi.
Nick mendekat dan mulai membaca poin-poin yang ditulis Ilya dengan mata memicing tajam.
"Snorkeling jam 6 pagi..., pendakian ke kawah Haleakalā..., kelas berselancar, tunggu, apa ini?"
Nick mendongak dari kertas dengan daftar panjang mengerikan itu. "Kamu berencana melakukan semua ini di Maui?"
Ilya mengangguk. "Ya. Menyenangkan, bukan? Aku sangat antusias."
"Huh?" Jadi perempuan itu sungguhan? Dia sungguhan ingin pergi mendaki kawah jam lima pagi?
"Kamu tidak perlu memikirkan apa pun, Baby. Semua sudah diatur olehku." Ilya melanjutkan ucapannya dengan bangga.
Raut wajah Nick berubah. Ia menyilangkan tangan dan menghela napas panjang—napas jengah yang sudah sangat dikenal Ilya.
"Ilya," kata Nick perlahan, nadanya datar. "Aku tidak mau melakukan rencanamu. Aku setuju kita bulan madu, tapi aku tidak setuju dengan perencanaan gilamu. Aku hanya mau bersantai di sana, bukan berpetualang. Aku, aku lebih suka bulan madu yang tenang."
Ilya cemberut. "Tapi, Nick! Ini Maui! Ini bulan madu! Ini seharusnya menjadi perjalanan sekali seumur hidup! Apa artinya bulan madu tanpa petualangan?"
"Artinya tetap bulan madu," sahut Nick. "Kita bisa pergi ke pantai, berbelanja souvenir, dan itu saja."
Nick memijat pangkal hidungnya. Kelelahan dan frustrasi bercampur. Ia tahu, mendebat seorang Ilya adalah hal yang paling menguras energinya, terutama jika perempuan itu sangat ambisius.
"Itu akan menjadi bulan madu yang tidak menyenangkan."
"Bersamamu tidak menyenangkan, Ilya."
Ilya melotot. "Mengapa kamu sangat senang menjahatiku?"
"Aku berkata jujur."
"Jujur dan kejam."
"Bukan salahku, kamu yang memaksaku menikahimu."
"Ya, karena aku pikir kamu baik hati, tampan, dan manis. Kenapa kamu tidak bisa baik padaku? Kamu tidak perlu tergila-gila padaku, tapi kita bisa berteman, kan?"
"Tidak ada orang yang berteman dengan penindasnya. Apa yang kamu lakukan sekarang adalah penindasan. Aku tidak mau memiliki keterikatan apa pun padamu dalam jenis apa pun."
"Sayang sekali, kita sudah menikah. Kamu tidak punya pilihan lain selain menerimaku, Nicky."
Nick mendengus lemah. "Tidak semua hal bisa kamu dapatkan Ilya, tidak hatiku, dan tidak dengan perjalanan bodoh ini."
Nick menatap peta Maui yang bersinar dengan rencana petualangan yang tidak ia inginkan, dan berakhir menghela napas lagi.
"Kamu tahu, ini sungguh tidak adil. Kamu membuat keputusan besar ini tanpa persetujuanku, dan sekarang kamu membuat rencana-rencana panjang dan mengharapkan aku mengikuti semuanya. Bukankah aku suamimu, Ilya? Mengapa kamu tidak mendengarkan aku?"
"Aku mendengarkan kamu."
"Kamu tidak."
"Aku dengar."
"Jadi kamu setuju tidak ada bepergian kesana-kemari?"
"Tidak."
"Kan! Kamu tidak mendengarkanku. Kamu keras kepala!"
Ilya manyun. "Aku akan mendengarkan kamu kalau kamu mengatakan sesuatu yang masuk akal, dan baik, dan tidak kejam. Aku akan mendengarkan kamu kalau kamu bersikap seperti suami sungguhan."
"Kamu yang tidak masuk akal di sini!"
Ilya menyilangkan tangannya di dada dan membuang muka, ia enggan menatap Nick.
"Ilya..." panggil Nick, pembicaraan mereka belum berakhir, dan sekarang perempuan itu malah mengabaikannya. Demi Tuhan, kenapa dia bisa menikah dengan gadis berkepala batu ini?
"Begini saja, kita akan melakukan rencanamu..., tapi tidak semuanya. Hanya tiga, aku akan menyetujui hanya tiga. Setelahnya, kamu mengikuti rencanaku, oke?"
Nick tidak mau mengikuti rencana Ilya, tapi melihat bagaimana perempuan itu membuat planning bulan madunya, Nick sebagai pria dewasa yang memiliki sisi rasional dan cenderung mudah iba, tidak bisa sepenuhnya kejam pada perempuan itu.
Ini dia masalah Nick, jiwa kemanusiaannya terlalu tinggi.
Bertingkah kejam dengan mutlak, seperti villain, bukanlah dirinya. Nick tidak bisa bertingkah jauh dari batas rasionalitas.
Ilya menoleh ke arah Nick, wajah jelitanya masih menyiratkan kekesalan.
"Tiga saja?"
"Lebih dari tiga, kita batal pergi."
Ilya berdecak dan menghempaskan punggungnya di ranjang.
"Baiklah, tiga saja!"
Ilya terpaksa menyetujui negosiasi itu. Walau sebenarnya ia bisa memaksa Nick dengan sikap batunya, Ilya juga kasihan saat memikirkan situasi Nick yang dipaksa mengikuti bulan madu itu.
Baiklah, kalau Nick tidak mau mengikuti rencana liburannya, ilya akan menjalani rencana itu sendiri tanpa Nick. Biarkan saja Nick tiduran di pasir pantai. Dia akan mendaki gunung, mengarungi lautan, dan mencoba setiap makanan di Maui.
Setelah mencapai kesepakatan dengan Ilya, Nick kembali menatap kertas perencanaan Ilya yang mendominasi tempat tidurnya. Di antara banyak tulisan itu, Nick membaca tulisan Ilya yang ditulisnya dengan spidol merah muda, Wajib coba : Puding kelapa paling enak di Lahaina.
Nick menghela napas lagi, kali ini disertai dengan kekehan ringan.
"Dasar bocah," kata Nick, suaranya jenaka.
"Apa yang kamu tertawakan?" Ilya bangkit dari baringnya dan merebut kertasnya dari Nick. Ia melihat isi kertas itu dan tidak menemukan yang lucu.
"Aku menertawakan kamu," sahut Nick. "Apa kamu lupa namamu sendiri?"
"Apa maksudnya?"
Nick menyentil dahi Ilya, sentilan ringan yang daripada menyakitkan, hanya menimbulkan kekesalan.
"Kamu adalah Ilya Duncan sekarang," kata Nick, lalu menunjuk judul kertas rencana liburan Ilya. "Kamu bukan lagi Ilya Perry-Ivanova."
...----------------...