Wedding Agreement

Ega yang diseret paksa oleh kedua satpam itu pun tersungkur di lantai, hingga lututnya terasa sedikit sakit.

"Maaf anak muda, bapak melakukan ini terpaksa. Bapak takut jika di pecat, sebenarnya aku tak tega melihat kamu. Aku juga tak ingin berbuat kasar, tapi ini semua perintah atasan, bapak hanya menjalankan tugas," ucap satpam berumuran lima puluh tahun itu.

"Tak apa pak, lakukan saja yang diperintah dia!" pekik Ega sambil menahan rasa sakitnya.

"Anak muda sebaiknya kamu minta maaf saja dengan pak Doni. Bapak tak tega jika mereka akan menyiksamu," ucap satpam merasa iba.

"Sudah pak, aku tak bersalah. Aku tak ingin harga diriku di injak-injak begitu saja, lagi pula dia seharusnya tak mengunakan jabatannya seenak jidat dia," ketus Ega.

"Wah sepertinya kalian cocok ya, mau aku pecat juga kamu!" tatap pak Doni pada satpam yang duduk jongkok disamping Ega.

"Pergilah dari dekatku, sebelum kamu kena masalah juga," lirih Ega lalu berdiri.

"Siksa dia! Jangan beri ampun!" perintah pak Doni terhadap orang sewaannya.

Ega yang pintar berkelahi dalam hitungan menit pun bisa mengalahkan dua orang berbadan besar yang menghajar dirinya.

Melihat orang suruhannya tak berdaya pak Doni semakin murka.

"Hai satpam, pukul ob sialan itu!" teriak pak Doni menyuruh kedua satpam yang diam mematung melihat perkelahian Ega dan kedua orang berbadan besar yang penuh tato di bagian tubuhnya.

Aku harus gimana jika kau memukulnya, nyawaku melayang seperti mereka jika aku menolak aku akan jadi pengangguran. Mencari kerja di kota besar sangatlah sulit, apa lagi anggusaran rumah belum lunas apa yang harus aku lakukan bati kedua satpam.

Melihat satpam yang masih diam tak melaksanakan perintahnya ia semakin murka dan geram, ia mengepalkan tangannya menghampiri Ega yang sedang santainya menyilangkan kedua tangannya di dadanya.

"Lebih baik ada saja yang maju! Aku ingin tahu seberapa hebat kemampuan kamu untuk berkelahi," ejek Ega.

Pak Doni pun segera melayangkan pukulan di perut Ega, namum sebelum mengenai perutnya tangan pak Doni sudah dicengkeram oleh Ega, hingga membekas merah.

Saat pak Doni melawan, Ega pun dengan sigap mengatasinya. Justru pak Doni lah yang tersungkur di lantai.

"Gimana pak Doni terhormat? Apa masih ingin melanjutkan semua ini? Oya jika anda masih ingin menghirup segarnya udara di dunia, lupakan tuntutanmu, atau kamu ingin video perselingkuhan kamu viral," ucap Ega.

Deg

Dari mana ob ini tahu perselingkuhanku, aku bahkan di rumah sakit tak pernah dekat dengan Siska kita selalu bertemu di apartemen batin Pak Dion.

"Baik aku akan melepaskanmu! Tolong beri video itu padaku," mohon pak Doni.

"Boleh asal kamu bersujud di kakiku," tegas Ega.

Pak Doni yang tak mau video hubungan gelapnya viral itu pun menuruti perkataan Ega.

"Stop!" teriak Ega saat melihat pak Doni ingin bersujud di depannya. "Aku manusia berpendidikan, aku memiliki hati nurani, dan aku memiliki rasa sopan santun terhadap orang yang lebih tua dari ku. Berdirilah, ini rekaman video kamu," ucap Ega.

Awas aku akan menyuruh orang untuk membunuhmu anak muda pikir pak Doni di dalam hatinya dengan tersenyum kecut.

"Pak Doni, aku tahu pikiran licikmu! Jadi jangan harap kamu bisa membunuhku. Aku juga masih memiliki ribuan video mesum kamu, dengan ****** lainnya," tegas Ega berlalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Ega yang melihat Asha duduk dengan gelisah segera menghampirinya.

"Mas Ega gimana? Apa ada yang luka?" tanya Asha khawatir dengan melepas masker Ega.

"Jangan di lepas! Aku baik-baik saja, hanya sedikit berdarah di ujung bibirku."

"Kita periksa ke dokter Rudi atau dokter Al ya, aku takut setelah ini akan terasa nyeri mas," ajak Asha.

"Tidak, aku pulang saja. Ini tidak sakit sama sekali kok. Kamu masuklah, nanti siang aku jemput kamu," perintah Ega.

"Mas dipecat ya, maaf ya gara-gara mas belain aku jadi kehilangan pekerjaan. Seharusnya kita tadi tak meladeni Bela, dia itu memang suka syirik denganku mas," ucap Asha merasa bersalah. "Aku ikut mas pulang, tadi aku sudah izin dengan dokter Wulan kok."

"Sayang, itu sudah menjadi kewajiban aku untuk membela juga melindungimu dari mereka. Benaran kamu mau pulang, nanti nilai kamu jelek gimana?"

"Tak apa jelek, aku nanti mau fokus jadi ibu rumah tangga aja," tawa Asha.

Memang itu yang aku harapkan darimu, Sha. Aku ingin kamu di rumah mengurus aku dan anak-anak kita nanti. Aku sangat mencintaimu, aku berjanji akan selalu menjagamu.

"Benaran apa yang kamu katakan?"

"Iya suamiku tercinta," kekeh Asha sambil melingkarkan tangannya di lengan Ega.

****

Di rumah Asha segera menarik tangan suaminya agar duduk di sofa. Ega yang melihat perlakuan aneh Asha tercengang menatapnya.

"Duduk!" perintah Asha seperti seorang guru yang akan memarahi anak didiknya karena ketahuan menyontek.

"Sha, apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Ega penasaran.

"Menurut mas aku mau ngapain?" kesal Asha yang merasa suaminya tak peka.

Mas Ega ini kenapa tak paham sich? Aku menyuruhnya duduk ya mau mengobati lukanya masak mau menginterogasi sich umpat Asha.

"Kamu mau menciumku ya, melanjutkan yang tadi pagi! Sini aku tutup mata biar kamu tak malu," kata Ega dengan memanyunkan bibirnya kedepan.

Asha segera menyentil kening Ega pelan, hingga Ega membuka matanya memegangi keningnya.

"Pikiran kamu mesum amat sich mas! Aku itu mau mengobati luka bibirmu yang memar itu mas. Apa mas tak tahu disini ada kotak p3k," ketus Asha melepas kacamata Ega.

"Ini akan sembuh jika kamu beri ciuman bibirmu. Obatnya hanya itu Sha, tak ada yang lain," goda Ega yang sebenarnya sangat ingin merasakan bibir ranum Asha yang membuatnya candu.

"Sembuhkan dulu bibirmu mas, baru minta cium," tegas Asha mulai mengeboti luka Ega.

"Sha ada yang ingin aku katakan padamu," ucap Ega.

"Apa katakan saja?!"

"Sha sebenarnya aku ingin jujur padamu kalau aku ..."

"Bentar mas, ponselku bunyi. Bunda melakukan video call," potong Asha meraih ponselnya yang ia letakkan di atas meja.

Asha segera menggeser tombol hijau hingga wajahnya memenuhi layar ponselnya.

"Assalamualaikum bunda," sapa Asha dengan senyum sumringah.

"Waalaikumsalam anak bunda yang paling manja. Sayang gimana kabar kamu?" tanya Bunda Aira di dalam layar ponselnya.

"Baik bunda, bunda dan papa gimana kabarnya? Aku kangen sama kalian," ucap sendu Asha.

"Besokkan hari libur mainlah kesini, ajak suami kamu juga. Bunda lagi ada di Kediri ini, sama bang Nathan sama mbak Aisyah juga," jelas Aira.

"Di rumah opa sama uti ya bun?" ucap Asha. "Aku mau kesana, aku kangen kalian semua, tapi mas Ega mau ngak di ajak kesana," ucap Asha lalu menatap Ega untuk meminta jawaban.

Bersambung..

vote lagi ya aq sdh up 3 eps untuk bonus hri minggu kalian yuk ramaikan grub chatku